1

28.3K 1.1K 31
                                    

•Ae Ri POV

Ku susuri jalan raya dengan kedua kakiku. Rasa ngilu dan menggigil menyapaku. Hembusan angin menyambutku dengan antusias. Jika bukan karena pria arogan itu, mana mungkin aku menemuinya. Ya, pria yang tak pernah mengakuiku sebagai istrinya. Miris.

Terus saja aku berjalan, berjalan hingga pergelangan kaki yang ku pakai sebagai tumpuan mulai terasa perih dan ngilu. Tambah lagi dengan dinginnya kota Seoul di malam hari.

Apa yang ia inginkan, sehingga menyuruhku untuk cepat pulang menemuinya?

Apakah aku berbuat salah? Setahuku, aku mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik, bahkan melayaninya dengan baik. Emm... dalam artian seperti menyiapkan sarapan, merapikan bajunya, berlari ketika dia memanggilku :v

Hanya karena sebuah kecelakaan sederhana, aku terpaksa menjadi istri dari seorang Park Jimin.

"Tsk. Jika bukan karena ibunya, aku pasti sudah melarikan diri." Kataku seraya menggosok-gosok kedua tangan.

**

Tak lama kemudian, tungkaiku terhenti. Mataku tertuju pada gerbang besi tua yang masih bediri kokoh. Pikiranku melayang-layang. Membayangkan perlakuannya selama ini. Segera saja ku gelengkan kepalaku untuk menghentikan lamunan panjangku.

Ku jajakkan tungkai kakiku hingga terhenti di depan pintu rumah kediaman Tuan Park.

Berhubung orang tua Jimin berpulang ke Busan, maka aku dan Jimin yang ditunjuk untuk merawat rumah ini. Tidak, hanya aku saja yang merawat rumah ini sendirian. Menyebalkan.

Ragu-ragu kepalaku menyembul masuk dari balik pintu dengan menunduk. Kepalaku masih senan tiasa menunduk ke bawah. Sekilas aku melirik sebuah sepatu bermerk gucci yang berwarna hitam pekat. Siapa?

"Sepertinya aku pernah melihat sepatu itu, tapi dimana?" Gumammu menengadah ke atas.

BRUUGH!!! Aku terpental dan terjatuh ketika menyadari pemilik sepatu itu ternyata Jimin suamiku.

"Sssh... Sakit," ringukku memijat bokong.

"Dari mana saja kau? Kenapa lama sekali huh!" bentaknya.

Jujur saja aku tidak pernah dibentak oleh orang tuaku atau siapapun. Tetapi dia? Huh! berani-beraninya dia membentakku. Menyebalkan.

"Maaf..." lirihku. Ku ramas dadaku dengan kuat. Rasa sesak membuat air mataku mengalir tanpa komando. Aku berniat ingin mengusap air mata sialan ini-tapi aku tidak ingin ia menyadari bahwa aku wanita yang lemah.

Jimin menarik pergelangan tanganku dengan kuat, sangat kuat.

"Ikut aku!!!" geramnya. Aku hanya meringis kesakitan tapi dia tidak mempedulikanku yang merasa kesakitan.

Kami mulai menaiki tiap anak tangga. Sungguh, aku tidak pernah menyangka jika ia akan sekasar ini padaku-istrinya. Dia menarikku menuju kamar.

"Lihat ini." BRUUGH!!! Jimin menghempasku ke kasur berukuran besar milik kami. Sayangnya itu hanya milik Jimin. Ketahuilah, aku hanya tidur di sofa didekat tempat tidurnya.

Jujur saja aku merasa gugup dan takut. "A-apa yang ku lakukan?" kataku terbata.

"Kau merusak bajuku, baju kesayanganku."

Lagi-lagi Jimin membentakku.

"Aku akan mencucinya lagi, ini hanya noda biasa."

"Apa? Noda? Noda biasa katamu?!" teriaknya sarkastik mengagetkanku. Segera ku usap dadaku untuk bersabar menghadapinya.

My Vault Sky [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang