•Jimin POV
Wanita ini benar-benar membuatku kesal, setidaknya kau berbicara padaku. Apa aku salah lagi? Apa yang sebenarnya dia inginkan? Aku marah dia balik memarihiku, aku mulai cerewet dia malah mendiamiku, aku berbuat manis padanya dia masih saja mendiamiku dan tidak perduli.
"Apa kau masih marah padaku?" tegurku lagi yang mungkin sudah ke sekian kalinya . Ini sama sekali bukan aku.
Aku menghembuskan napasku dengan paksa. "Aku tahu aku sudah keterlaluan selama ini. Apa kau bisa memafkan kesalahanku?" lirihku mulai bersalah.
Dia masih mendiamiku. Baik! Diami aku terus, diami aku sampai kau benar-benar puas. Terus saja mendiamiku seperti ini, kenapa kau tidak mendiamiku selamanya saja huh! Batinku bergerutu.
"Kau mengganggu konsentrasiku Tuan PARK!" gertaknya penuh penekanan.
Cih, setidaknya dia mulai berbicara.
"Jangan salahkan aku jika aku terus bertanya. Dari tadi kau hanya mendiamiku, apa aku benda mati? Apa aku berwujud patu―,"
"Diamlah!!!" teriaknya memotong perkataanku dan membuatku bedegik ngeri. "Dengarkan, bayangkan, hayati dan rasakan," lanjutnya masih dengan mata terpejam.
"Apa? Kenapa? Apa yang ingin kau laku―," kataku menggantung.
"Ikuti aku... dengarkan, bayangkan, hayati dan rasakan." Dia masih mengangkat satu tangannya ke atas dengan mata terpejam. Ragu-ragu aku mulai mengikuti gerak-geriknya. Bodoh! Kenapa aku mau saja di suruh olehnya?
"Tutup matamu, tarik napas panjang dan ang―,"
Aku geram dengan apa yang telah ku lakukan, bisa-bisanya aku mau di perintah seperti ini? Bisa-bisanya aku mau mengikutinya.
"Apa kau akan membunuhku?" ucapku dengan polosnya.
Huuuufft!! "Aku lelah... sebaiknya kita pula―,"
Dengan cepat aku memotong ucapannya guna bermaksud menenangkan hatinya saja. "Baiklah-baiklah, aku akan melakukannya."
"Kita mulai dari awal lagi Jimin-ssi. Ikuti aku sekali lagi jika kau ingin dimaafkan."
"Kau mengancamku Ae Ri-ssi?" ucapku tak mau kalah. Aku meliriknya dan tidak sengaja aku melihat ukiran senyumnya merekah dibibir ranumnya. Bibir yang tidak pernah ku lihat tersenyum, bibir yang tidak pernah ku sentuh lagi.
"Ku mohon... ikuti aku, tutup matamu, tarik napasmu... angkat satu tanganmu seakan-akan kau bisa menyentuh langit itu. Bayangkan kau bisa menyentuh awan putih itu, kau bisa merasakan hembusan angin yang menyapu tanganmu. Jika kau sudah melakukannya dengan sungguh-sungguh, buka matamu pelan-pelan, aku yakin kau akan merasakan debaran jantungmu yang begitu cepat, begitu kuat seperti ingin keluar dari tubuhmu," jelasnya meyakinkanku.
Baik, aku memang sudah gila melakukan keinginannya. Perlahan-lahan aku memejamkan mataku, menarik napas, mengangkat satu tanganku. Dia tampak tidak bercanda, aku benar-benar merasakannya, aku merasakan hembusan angin menyapu tanganku, merasakan seperti menyentuh langit dan awan putih.
Ketika aku membuka mataku dengan pelan dan beralih ingin menatapnya, sontak aku dibuat terkejut olehnya. Ae Ri berada didepan wajahku. Ya, Ae Ri tepat didepan wajahku yang hanya berjarak sesenti saja, jika aku memajukan wajahku.. otomatis aku akan menyapu habis bibirnya.
Jantungku? Kenapa dengan jantungku?
"Ka-kau... kau apakan jan... jantungku?" gugupku. Sial! Kenapa aku menjadi gugup didepannya? Kenapa aku mati gaya seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vault Sky [✔]
RomanceWARNING NC21+ "Dalam hitungan detik berikutnya, aku pasti akan mendapatkan hatimu." -Jimin "Aku rasa kau yang akan jatuh duluan ke dalam pesonaku tuan Park." -Ae Ri "Bisakah kau melupakannya? Aku akan membahagiakanmu, tinggallah bersamaku." -Jungko...