Grow up [BONUS STORY]

62 2 0
                                    

Part "HURT" akan disambung setelah part ini. Ini adalah bonus part yang mengisahkan tentang awal pertemuan antara Cassie, Aaliyah dan Shawn. Hingga mereka tumbuh besar bersama.

Cassie POV.

Namaku Cassie West, anak tunggal dari Louis West dan Kathy West. Aku berasal dari California. Namun karena tuntutan pekerjaan ayahku, akhirnya kami pindah ke Pickering, Toronto-Ontario Kanada saat usiaku masih 6 tahun. Aku tinggal di sebuah blok yang dikenal akan keindahan bunganya. Aku sangat senang karena aku memang penyuka bunga. Bunga lili. Bagiku bunga lili adalah kesucian yang sangat indah.
Pada hari pertama aku pindah, aku melihat anak kecil perempuan yang sangat imut dan menggemaskan yang sedang bermain didepan rumahnya yang tepat bersebelahan denganku. Ia berusia tiga tahun. Aku menghampirinya dan ikut bermain dengannya. Ia sungguh lucu, aku memang sangat menyukai jika bermain dengan anak kecil. Ya walaupun saat itu aku juga masih kecil tapi sok udah tua gitu. Aku menyukainya karena aku sangat ingin memiliki adik perempuan.

Namanya Aaliyah. Hampir setiap hari aku bermain dengannya. Entah itu sepulang sekolah, sore ataupun saat orangtua kami bertemu. Pertemanan antar orangtua kami pun dimulai oleh karena aku sering main ke rumahnya.
Aaliyah memiliki seorang kakak laki-laki. Ia lebih tua dua tahun dariku. Ia juga tak kalah menggemaskannya dengan Aaliyah. Namanya Shawn. Dia selalu menggangguku disaatku bermain dengan adiknya. Ia cukup jahil. Namun dilain kesempatan disaat aku terjatuh dari sepeda ataupun digigit serangga atau apapun itu, dia lah orang pertama yang datang dan mengobatiku. Ia masih berusia delapan tahun, namun ia sudah sangat mengerti apa arti seorang kakak yang bertugas untuk menjaga adiknya ataupun orang yang lebih muda darinya.

Shawn selalu menyanyi disaat ada kesempatan. Ia berlagak sebagai penyanyi papan atas dan memaksa aku dan Aaliyah untuk jadi penontonnya. Pipinya memerah disaat ia menyanyi dengan nada yang tinggi. Aku dan Aaliyah tertawa disaat melihat pipinya yang merah bak udang rebus itu.

Cerita berlanjut disaat usianya 13 tahun, ia mulai belajar bermain gitar dari video-video di youtube. Aku dan Aaliyah masih jadi penonton setianya dan kadang Aaliyah ataupun aku yang merekamkan nya saat mengcover sebuah lagu. Ia senang mengunggah video nya ke Vine. Luar biasa disuatu pagi saat ia bangun tidur ia mendapat 10.000 follower. Aku ingat wajah terkejutnya sekaligus perasaan senangnya saat tau itu semua. Left behind the beginning of Shawn's career, lets talk about the teenagers lives.

Dua tahun kemudian, aku duduk dibangku SMP dan Shawn kelas tiga SMP pada saat itu. Ntah perasaan apa yang mulai mengangguku disaat masa puber ini. Setiap melihat Shawn disekolah atau jika bertemu dirumahnya, rasanya tubuhku meriang, gemetaran, jantungku kayak pacuan kuda, aneh deh pokoknya. Apalagi saat ia menyapaku dan berbicara denganku, semuanya terasa berbunga-bunga manja. Beda rasanya. Perasaan ini nggak kayak aku masih kecil dulu. Kalau dulu aku melihat Shawn seperti seorang kakak.

Disaat kami semakin tumbuh besar dan saat ia memiliki teman-teman seperti Brian, Matt dan juga squad-nya. Kami jadi jarang bertemu. Sehingga aku tak tau apakah Shawn sudah mulai berpacaran atau tidak. Yang ku tahu, aku masih sendiri dengan perasaan yang aneh ini kepadanya.

Aku ingat disaat hari pertama ku masuk SMA, ada beberapa kakak kelas laki-laki yang godain aku. Aku lagi jalan sendirian menuju loker ku. Mereka menghampiriku dan mulai menggodain aku. Aku meminta mereka untuk menjauh tapi mereka malah nyolek pipiku. Aku sudah mengambil ancang-ancang buat jurus jitu ku. Tapi belum sampai aku mengambil posisi, Shawn datang dengan gaya khasnya. "Lu semua lebih baik minggir. Soalnya ini cewek gue. Oke?" ucapnya. Aku ngga percaya dengan apa yang dia bilang tadi. Dia bilang aku ceweknya? Ugh. Ya aku tau sih itu cuma bohongan, tapi oh miracle please come to me. Nah aku juga bingung kenapa tu tadi mereka pada cabut saat Shawn bilang kayak gitu. Padahal ni anak ga ada seram-seramnya banget. Malahan super cute. Ugh.

"Ehm Shawn. Thanks ya. Untung aja ada kamu."

"Yah ngga usah terima kasih lah Cass. Kamu memang harus dilindungi dari orang-orang ga bener itu. Ehm gimana tadi kelasnya? Asyik?"

"Yah lumayan sih hehe. Lumayan bikin ngantuk hahaha."

"Hahaha. Dasar tukang tidur"

"Ih mana? Kamu kali, aku banyak bukti-buktinya kalau kamu itu tukang tidur profesional di kelas."

"Pasti kerjaannya Aaliyah kan atau Brian sama Matt?"

"Ah mau tau aja. Dasar kepo. Bweee. Dasar tukang tidur"

"Eh jangan kencang-kencang Cass, ntar orang pada tau haha"

"Ih tukang tidur. Ehm Shawn kayaknya Matt dan Brian manggil kamu tuh" aku menunjuk Matt dan Brian yang berada jauh dibelakang Shawn.

"Ah iya. Emm Cassie aku tinggal dulu ya. Be careful. Kalau ada apa-apa panggil aja namaku tiga kali hehe"

"awas ya kalo ga dengar hahaha"

"Haha tenang aja. Bye Cassie." Ia senyum kepadaku dengan senyum yang selalu jadi favoritku.

"Bye Shawn" Aku juga tersenyum padanya. Ya mungkin pipiku blushing kali ya.

....

Rasanya ga adil kalau cuma Cassie yang bercerita, ehm sekarang giliran ceritanya Shawn.

Shawn POV.

Aku menghampiri Matt dan Brian yang memanggilku tadi.

"Eh Shawn. Gimana udah make a move belum?" tanya Brian.

"Make a move? ah im not sure she has the same feeling as me."

"Ah Shawn don't waste your time. Lu udah pacaran tiga kali tapi ngga ada kan yang ngebuat lu benar-benar falling in love kayak perasaan lu ke Cassie?" ucap Matt seraya menepuk punggungku.

"Yo man, mana pernah gua beneran jatuh cinta sama tiga cewek itu. Tapi kayaknya gua memang harus mengulur sedikit lagi untuk mencari momen yang pas buat ungkapin perasaan gua ke Cassie."

"Ah terserah lu lah. Kita sebagai sohib lu, bakal ngedukung lu terus lah. Ya gak Matt?"

"Yo man. That's true."

"Hahaha thanks man you two da best in da world"
....

Sebentar lagi kelulusan tapi aku masih belum juga ungkapin perasaanku ke Cassie. Aku ingin disaat aku benar-benar siap. Karena itu ga mudah. Kami berteman sejak kecil. Adikku bersahabat dan sangat sayang padanya. Orangtua kami akrab satu sama lain. Kalau-kalau saja Cassie hanya menganggapku sebagai seorang kakak, lantas jika aku mengungkapkannya itu malah akan membuat kami canggung nantinya. Aku hanya ingin mencari momen yang pas dan disaat aku benar-benar siap.

Tapi aku tak kuasa menahan perasaanku ini. Aku hanya ingin berada disisinya. Disaat ia kedinginan, aku akan ada untuk memeluknya agar ia merasa hangat. Disaat ia bercerita tentang berbagai hal, aku ingin berada disisinya untuk mendengarkannya dan tertawa bersamanya. Disaat ia merasa sedih, aku ingin ada disana untuk menjadi bahu ternyamannya dan menghapus kesedihannya dan membuatnya tersenyum kembali.

Cassie adalah gadis yang amat manis. Disaat ia tersenyum, segalanya terasa berwarna. Aku hampir tak pernah melihatnya marah atau sedih. Ia selalu tersenyum didalam situasi apapun. Jikalau ia bersedih ia akan menyendiri tanpa ingin membebani orang lain. Dia juga sangat penyayang. Dia selalu terlihat seperti malaikat dikala bersama dengan anak-anak kecil. Disaat bersama Aaliyah, ia menjadi seorang kakak perempuan yang sangat sempurna.

Tanpa ia sadari aku selalu memandangnya disekolah maupun saat ia berada dirumahku. Disaat ia berbicara dan tertawa bersama teman-temannya, ialah cewek yang paling bersinar. Senyum yang terlukis indah dibibirnya, mata yang seolah mengalahkan jernihnya mata air dipegunungan, rambut coklatnya yang terurai indah dengan gelombang-gelombang kecil diujungnya seolah menunjukkan bahwa ialah sang bidadari.
Dan disaat dirumahku, maupun saat sedang bersama Aaliyah ataupun orangtuaku, terutama mamaku. Aku selalu berkata didalam hati, inilah calon istri yang sempurna. Mamaku menyayanginya seperti anak sendiri. Papaku juga demikian. Sedikit saja aku menjahili Cassie, mereka pasti menyemprotku. Tak bisa kujelaskan lagi betapa aku mengaguminya.

Aku tak sabar menunggu saat dimana aku menggenggam tangannya, menatap kedua matanya, dan berucap "I love you"

-END-

My Bestfriend's Brother [Shawn Mendes] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang