Prolog

50 4 0
                                    

-Play the Music Above-

Kembali lagi bersama gadis kesayangan kita di gedung terbengkalai di belakang sekolah, bedanya kali ini suasana masih cukup terang karena masih jam setengah 6 sore. Sebenarnya gedung ini tidak terlalu istimewa. Hanya gedung bertingkat empat yang sudah lama ditinggalkan dan entah kenapa juga tidak ditinggali atau dirobohkan. Tidak terlalu luas dan juga tidak sempit, bahkan temboknya yang tadinya berwarna putih pun sudah kusam dan menghitam. Tidak banyak yang pergi ke gedung ini karena jika sudah gelap memang cukup menyeramkan.

Biasanya Adinda akan duduk di pojok belakang gedung ini sambil makan, mengerjakan tugas, merenung, atau merokok. Suasananya memang tenang sekali karena di hadapan belakang gedung hanyalah tanah kosong yang ditumbuhi rumput dan berbagai macam pohon dan kali ini Adinda sedang mengerjakan PR yang akan dikumpulkan besok.

Sampai jam setengah 7 malam, Adinda akhirnya menyelesaikan PR-nya dengan bantuan senter dari ponselnya karena pencahayaan di gedung ini memang kurang. Adinda pun mengambil sebatang rokok dari dalam tasnya. Adinda memang bukan perokok berat yang akan menghabiskan satu bungkus dalam sehari. Sebenarnya ia paham betul bahaya merokok, karena itu ia lebih sering tidak merokok daripada merokok, paling banyak ia hanya merokok sebanyak dua puntung sehari dan itu hanya pernah terjadi sekali selama hidupnya. Lalu mengapa Adinda masih melakukannya jika ia tahu itu berbahaya? Coba tanyakan saja pada teman kalian yang merokok.

Baru saja Adinda mengisap rokoknya sekali, tapi ia mendengar sesuatu. Ada suara langkah kaki lain. Sudah gelap, di belakang gedung terbengkalai, sendirian pula. Adinda mengembuskan asap dari mulut dan hidungnya. Ia tetap tenang sambil membereskan barang-barangnya karena bisa saja itu adalah satpam yang berjaga di gedung ini.

Adinda pun bangkit dan berjalan sambil memasang ranselnya, mengisap rokoknya untuk terakhir kali, dan hendak mematikan rokok yang ia pegang, tapi seketika ia terdiam karena pemandangan di depannya sekarang lebih mengejutkan daripada jumpscare di film horor.

Tepat di bawah lampu 10 watt itu, meskipun tidak terang, Adinda tahu itu adalah ... Farhan yang juga sedang melihat Adinda. Ia sedang bersandar di tembok belakang gedung dengan kaus biasa dan celana training. Bukan, tentu bukan pakaian Farhan yang membuat Adinda terkejut, tapi tentang apa yang Farhan lakukan di sini dan ... apa yang Farhan pegang di jarinya?

Ya, mereka berdua sama-sama ketahuan sedang melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.

***

Note: Halooooooo!! Jumpa lagi dengan saya AuthorGaje #tebarbunga
Kira-kira ada yang kangen sama Author nggak ya? Kalo ada, nanti saya malu. Hehe #readersmuntah. Cerita keenam Author kali ini bawain genre teenlit😂 Cerita kali ini bakal saya rancang dulu, nggak kayak kakak-kakaknya dulu yang dibikin tanpa perencanaan😂

Vote dan komentar tentang saran dan kritik kalian kutunggu di sepanjang cerita ini.

Happy reading💜

Masih Seorang ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang