Chapter 14. Acara Ulang Tahun Sekolah (1)

11 2 0
                                    

Di SMA Bhakti Nusa Mulya sekarang sedang ramai sekali. Cuacanya sangat cerah, membuat keringat berjatuhan karena matahari terik sekali. Sejauh mata memandang, balon warna-warni terpasang di mana-mana. Stan-stan yang menjajakan berbagai macam jajanan berjejer rapi di lorong-lorong sekolah. Di lapangan pun sudah dipasang panggung yang cukup besar beserta mikrofon, lighting, dan sound system. Berbagai macam suara terdengar riuh, mulai dari suara semangat sang pembawa acara di atas panggung, teriakan-teriakan dan tepukan tangan penonton, dan suara-suara orang yang mengobrol. Wangi-wangi makanan pun semerbak tercium di sepanjang lorong, membuat Adinda yang sedang sibuk pun jadi lapar.

Sudah sejak kemarin Adinda sibuk sekali karena hari ini sudah hari ke-2 perayaan hari ulang tahun sekolah. Kemarin, lomba-lomba yang butuh ketenangan seperti olimpiade dan menggambar sudah diselenggarakan dan lomba-lomba yang butuh keramaian seperti bernyanyi dan futsal diselenggarakan hari ini. Jadwal Adinda untuk bernyanyi sehabis Zuhur, saat sedang panas-panasnya. Semoga Adinda bisa memberikan yang terbaik nanti.

"Duh, panas banget," keluh Adinda sambil mengipas-ngipas dirinya dengan kertas susunan acara. Sekarang Adinda sedang di lorong stan-stan makanan. Ia ingin makan dulu sebelum bernyanyi nanti.

"Adindaaa!" panggil Wilen dan Rena dari ujung lorong. Mendengar itu, Adinda langsung tersenyum senang dan menemui sahabatnya.

"Ih, kalian kok baru dateng sih? Udah mau jam 12, lo!" gerutu Adinda yang dari tadi memang sendirian.

"Lah, kita 'kan cuma mau lihat lu lomba, Din, sama mau lihat Evelyn Fajar juga sih, hehe ...." kekeh Wilen.

"Iiihh, rame banget jajanannya!" seru Rena senang seperti sedang ada di surga. "Kalian mau jajan nggak?"

"Ini gue baru mau jajan. Makan siang dulu sebelum tempur, dah," sahut Adinda.

"Gue udah kenyang, sih. Tadi gue udah makan sebelum ke sini, tapi kalau jajan dikit masih bisalah." Wilen membuka tasnya, mencari uang. Setelahnya mereka bertiga pun jajan yang ada di sana. Adinda memilih untuk membeli mie ayam, Wilen membeli dimsum, dan Rena membeli hotdog kentang. Mereka baru saja akan makan di meja kantin, tapi suara 'permisi' membuat mereka berhenti melangkah dan menoleh. Ada anak perempuan yang memakai kemeja biru muda dan celana jeans.

"Kakak-kakak ada yang kenal Kak Farhan, nggak?" tanya anak tersebut pada Adinda, Wilen, dan Rena. Ya, anak tersebut adalah Arin yang nekat masuk ke sekolah ini sendirian tanpa ditemani kakaknya.

"Eh?" Mereka bertiga mengeluarkan respons yang sama dan saling bertatap-tatapan. Farhan dicari oleh anak perempuan? Apalagi Arin memang tidak tinggi, jadi ia terlihat seperti anak SD yang baru masuk SMP.

"Kamu nyari Farhan?" tanya Adinda dan Arin mengangguk.

"Waduh." Rena bingung sekarang. Mungkin mereka bertiga sekarang sepemikiran. Di mana mereka harus mencari Farhan di tengah keramaian seperti ini?

"Din, bukannya Farhan udah ikut lomba kemaren, ya? Emang sekarang dia dateng?" tanya Wilen.

"Nggak tahu, deh," Adinda pun jadi ikut bingung, "tapi kalau Farhan emang nggak dateng, kenapa anak ini bisa ada di sini?"

"Saya tadi berangkat ke sini sendiri," jawab Arin yang membuat Adinda, Wilen, dan Rena terkejut.

"Hah?! Kamu berangkat sendiri?!" seru Adinda yang sepertinya mengira kalau Arin ini masih SD. "Nama kamu siapa? Farhan siapanya kamu? Nanti kakak coba cari dia."

"Sa ... saya adeknya, Kak. Arin."

"HAH?!"

Makin hebohlah mereka bertiga karena tidak menyangka jika mereka akan bertemu dengan adiknya Farhan di sini secara kebetulan. Siapa yang bisa menyangka, 'kan?

Masih Seorang ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang