16 - Siang

483K 30.3K 2.7K
                                    

Your smile, leaves me speechless.

- Ametta Rinjani -

Metta sedang membolak-balik buku di tangannya tanpa berniat membaca sedikit pun. Matanya sibuk mengikuti kemana langkah Raga pergi. Cowok itu kemudian hilang dalam barisan rak, sampai tidak tertangkap matany lagi. 

Metta menghembuskan nafas kesal. Meletakkan buku itu dengan sembarang. Ia tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Sikap Raga yang tiba-tiba berubah membuatnya kelimpungan. Apalagi efek yang terjadi pada tubuhnya di luar perkiraan.

Metta mungkin terkejut karena cowok itu memiliki keahlian memasak. Dan masakannya sangat enak. Dia juga bilang sering memasak untuk Mamanya.

Semakin jauh Metta sudah merasa jika dirinya sudah kalah telak.

Tapi tidak.

Metta yang harusnya mengendalikan cowok itu.

Bukan sebaliknya.

Semenajkubkan apapun Raga yang berhasil membuatnya berdebar, tpi ia tetaplah seorang laki-laki. Metta tidak akan melonggarkan kewaspadaannya hanya karena sepiring telur paling lezat yang ia makan.

Dengan langkah berani Metta menghampiri Raga yang tengah memilih kumpulan buku di bagian tengah rak. Ia berdiri disana dan menatap Raga dari samping.

Cowok itu pun menoleh sesaat sebelum kembali pada buku di tangannya.

"Lo masih mabok? senyum-senyum gak jelas,"ucapnya.

Mett berdecak. "Yelah, Ga. Gue senyum doang. Salah mulu perasaan. Gue seneng aja diajakin jalan sama lo. Tapi kenapa ke toko buku sih. Bosen ini gue," Metta melihat beberapa buku yang sudah menjadi pilihan di tangan Raga. "Lo baca komik?"

"Buat Sonya."

"Sonya?"

"Adek gue." Lanjut Raga lalu beranjak ke rak sebelah.

Metta mengangguk-angguk dengan mulut berbentuk O-nya. "Lo baik banget dah perasaan. Waktu itu dateng ke acara sekolahnya. Sekarang ngebeliin komik. Apa ya kata anak alay sekarang itu, Brother Goals banget."

"Ya masa gue jahatin ade gue sendiri."

Metta mengambil sebuah komik bersampul pink. "Tapi jaman sekarang mana ada yang peduli sama sodaranya."

"Gue bisa lo jadiin contoh kalo gitu,"

Metta meletakkan lagi komik itu sembarangan. "Emang gimana sih rasanya punya sodara?"

Raga tidak jadi menarik sebuah komik yang ia temukam di sudut rak paling ujung. "Maksud lo?"

"Sebenernya kalo boleh minta, gue juga pengen punya sodara. Kan seru, bisa gue suruh-suruh kalo lagi suntuk."

Raga menoleh sekilas. "Lo anak tunggal?"

"Lebih tepatnya, gue hampir gak punya keluarga," Metta mengambil ponsel yang sedari tadi digunakan Raga untuk melihat list. "Coba gue lihat,"

Metta memindahkan matanya dari layar lalu ke arah rak dan kembali lagi ke layar. "Bacaannya khas anak SMP banget," Ia mengambil sebuah komik yang berada tidak jauh dari sana. "Lo coba kasih ini deh ke Sonya. Gue yakin dia suka."

SIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang