I could tell countless lies to the world, but not to her.
- Raga Angkasa -
Sejak malam ia memutuskan menginap di apartemen Metta, Raga sudah tahu jika dirinya akan berakhir disini. Sebenarnya ia juga punya kesempatan pulang di pagi harinya tanpa harus memikirkan keadaan cewek itu setelah mabuk. Namun karena kakinya sudah terlanjur berjalan di atas kubangan, sekalian saja dia terjun berenang.
Dan rasa penasarannya terhadap Metta juga menjadi alasan tambahan.
Setelah menghembuskan nafas, Raga mengetuk pintu liat berwarna coklat kokoh di depannya tiga kali. Mendengar seruan dari dalam lalu membukanya.
Bau lavender berpadu kayu dari pengharum ruangan seketika menyerang indera penciumannya. Ia menutup pintu tanpa suara, berjalan masuk dan berdiri di depan sebuah meja besar dengan laptop menyala di bagian tengah. Sosok yang sedang menggunakan benda itu tidak mengalihkan pandangannya barang sedikit untuk melihat Raga.
Sesaat sunyi masih berada di sekeliling kakinya. Pun bagi orang yang tetap sibuk dengan apa saja itu yang ia kerjakan. Raga tidak merasa perlu duduk dan hanya berdiri disana menunggu. Ingin semua ini segera selesai karena ia masih harus menemui Mamanya.
"Ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Surya pada akhirnya. Sepertinya ia terlalu mengenal darah dagingnya itu tidak akan bicara sampai ia perlu memancing.
Ketika tadi Raga baru sampai, Sonya sudah berlari menghampirinya dengan wajah khawatir. Ia mencengkram tangan Raga sembari melotot. Membisikkan jika Papanya ingin bertemu.
Dan ketika Raga telah berada disini lalu mendapat pertanyaan seolah ialah yang ingin bicara, cukup membuktikan bahwa seorang Surya Atmidja sedang tidak baik-baik saja.
"Raga nginep di rumah Kevin, Pa." Ucap Raga pada akhirnya. Tahu benar jika itulah yang ingin diketahui oleh Surya. Nama temannya yang satu itu selalu berhasil menjadi alasan karena kedua keluarga mereka terikat bisnis bersama.
"Seinget Papa kamu punya hape."
"Raga lupa."
Baik Raga, terlebih Surya sangat tahu jika kalimat itu adalah bohong.
Raga sendiri tidak mengatakan pada Sonya malam itu kemana dia pergi. Ia tidak ingin membuat adiknya harus berbohong untuk menyelamatkannya. Raga akan menanggung semua itu sendiri.
Lagipula, kebohongan di dalam keluarganya sudah sering dilakukan. Bukan hanya pada orang lain, tetapi seluruh orang dirumahnya terbiasa berbohong pada diri sendiri.
"Kamu masih main tinju?" tanya Surya langsung pada sasaran. Malas berbasa-basi karena seperti itulah ia bicara pada anaknya.
"Papa udah pernah nanya ini dulu. Dan Raga sudah jawab."
Surya mengalihkan matanya. Menatap putra satu-satunya keluarga Atmidja. "Apa jawabannya masih sama?"
Raga menurunkan matanya sesaat, lalu memandang Papanya yang terhormat itu. "Iya. Masih sama."
Surya sudah tidak lagi bekerja pada laptopnya. Ia duduk bersandar dengan kedua tangan terkait. Mengamati Raga berdiri gagah di depannya.
Sungguh, Surya berani mengakui di dalam hati jika Raga adalah cerminan dirinya di masa lalu. Sosok dengan tubuh tinggi dan otot yang pas. Gagah dan terlihat sangat kuat. Tapi yang paling mirip dengannya adalah tatapan tegas tanpa kenal takut itu. Surya selalu membanggakan Raga di hadapan teman bisnisnya. Meski diam-diam.
"Papa sudah mempersiapkan semuanya," ucap Surya memulai. "Namamu sudah tercatat disalah satu universitas berkualitas di London. Papa juga menyiapkan satu sayap cabang disana untuk kamu kelola. Sebagai latihan sebelum siap menggantikan Papa," Surya membuka laci di samping bawah kirinya, mengeluarkan cerutu dan menyelipkan di bibir. Ujung yang terbakar mengirim kepulan asap putih ke udara.
![](https://img.wattpad.com/cover/75602829-288-k813253.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SIN [Completed]
Teen Fiction(Sudah diterbitkan - Tersedia di toko buku) SEGERA DIFILMKAN. #1 in Teen Fiction, 25 Mei 2017 Ametta Rinjani Cewek paling cantik disekolah. Suka dugem, sombong, tidak peduli pada apapun selain dirinya sendiri. Memiliki predikat playgirl...