13 - Tidak Sendiri Lagi

528K 35.5K 6K
                                    

To be honest, being lonely is the scariest thing in my life until you came along. 

¤¤¤

Raga bukannya tidak tahu, ia sangat menyadari mobil sedan hitam di belakangnya itu sudah mengikuti sejak keberangkatannya bersama Metta siang tadi. Kini, ketika langit menggelap pun mobil itu masih setia menjaga jarak aman dari mobil Raga.

Sesaat cowok itu kemudian menoleh ke arah kursi penumpang. Setelah berceloteh tanpa henti menceritakan apapun yang ia lihat, Metta akhirnya tertidur disana dengan kepala bersandar pada jendela.

Banyak hal berputar di kepala Raga saat ini. Mulai dari pilihan Metta mengajaknya menemui ibunya. Ibunya yang ternyata sudah meninggal. Juga keheranan Raga tentang Metta yang diumur sebesar itu tidak mengetahui cara berdoa.

Dan sekarang ditambah dengan orang-orang yang membuntuti mereka.

Meski berat untuk mengakui, namun Raga terlanjur penasaran.

Ia menepikan mobilnya di pinggir jalan. Bisa dilihatnya jika mobil di belakang juga ikut berhenti. Raga menoleh ke arah Metta sesaat, lalu turun dan mengunci mobil dari luar. Cowok itu menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku untuk menghalau dingin. Keadaan jalan terbilang sepi karena masih di kawasan jauh dari kota. Dengan langkah pasti ia menghampiri mobil sedan berwarna hitam itu.

Raga mengetuk kaca mobil. "Permisi."

Kaca mobil itu bergerak turun dan menampilkan orang dengan kacamata hitam serta pakaian serba hitam. Di sebelahnya duduk seorang lagi dengan tampilan serupa.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Raga. Menunduk demi bisa melihat orang itu lebih jelas. 

"Tidak ada." Sahut laki-laki itu kaku. Tanpa ekspresi.

"Tapi yang saya lihat, anda mengikuti mobil saya sejak tadi siang. Jika saya tidak salah duga, itu namanya membuntuti. Sesuatu yang salah jika anda mengikuti seseorang tapi tidak memiliki kepentingan apa-apa."

Laki-laki di belakang kemudi itu kemudian turun diikuti teman sebelahnya. Salah satu diantaranya berhadapan langsung dengan Raga yang memiliki tinggi tidak jauh berbeda.

"Saya pengawal nona Metta. Saya bertugas menjaganya."

Kalimat datar itu terdengar cukup jelas. Namun sebisa mungkin Raga menepis keterkejutan dari dalam benaknya.

"Kenapa dia harus dikawal?"

"Saya rasa itu bukan urusan anda," Sahut laki-laki itu. "Saya memiliki tanggung jawab untuk melindungi nona. Dari orang jahat dan dari keterlibatan pada hal berbahaya apapun. Itu sudah cukup menjelaskan keberadaan saya di belakang mobil anda hari ini."

Raga menyipitkan matanya. Tampak tidak terintimidasi sama sekali, meski ia hanya berseragam sekolah. 

"Menurut anda saya bisa membahayakannya?"

"Apapun keterlibatan seseorang di lingkungan nona Metta patut dicurigai. Tidak terkecuali. Itu berarti anda juga memiliki potensi untuk mencelakai nona."

Raga menoleh ke arah mobilnya. Seperti ia bisa melihat langsung pada Metta di dalam sana. Mencari informasi pada laki-laki kaku ini tentu tidak akan berhasil. Orang itu seperti suday dilatih untuk mengatakan apa yang boleh dan tidak untuk dikatakan.

Setidaknya sekarang Raga tahu jika orang yang mengikutinya seharian itu bukan berniat jahat.

"Metta aman bersama saya." Ucap Raga. Seakan ingin menegaskan jika keberadaan orang itu disana tidaklah penting.

SIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang