***
"Jadi tahun ini peraturannya sedikit berubah. Semua orang bisa ikut dan gak di klasifikasikan melalui umur. Pastinya kalian semua gak terlalu peduli juga sama hal itu."
Mex menutup lembaran di tangannya dan meletakkan ke atas meja. Menatapi petarung miliknya satu persatu. "Gue gak perlu lagi ngeraguin kemampuan kalian. Kita cuma perlu ngabisin semuanya satu persatu."
Setelah membagikan jadwal latihan kumpulan di ruangan bubar.
"Bentar," tahan Mex pada Raga. "Gue ngomong sama lo bentar."
"Kenapa?"
"Soal Satya."
Raga mendengus. "Udah ya. Kemaren Kevin, sekarang lo. Emang gue keliatan lemah banget apa gimana?"
"Bukan gitu," Mex terlihat serius dengan perkataannya kali ini. "Satya udah berkembang pesat. Lo belum pernah ketemu dia lagi setelah tanding taun lalu. Kemampuan dia berubah drastis dari yang terakhir -"
"Sama kayak gue," sela Raga. "Thanks buat peringatannya. Tapi gue tau gimana cara ngadepin dia. Lo gak usah takut. Kita bakalan menangin uang itu."
Mex mengusap rambutnya. "Gue lebih takut kehilangan petarung gue daripada uang."
Raga terkejut. Pasalnya, Mex selalu mementingkan uang dan kemenangan di atas segalanya.
"Ya, tapi gue juga gak mau uangnya ilang." Lanjut Mec cengengesan. Membuat Raga mendengus. Ia menepuk pundak Mex sambil berlalu keluar. Melambai acuh atas teriakan Mex yang belum selesai bicara.
Kevin sudah menunggunya di ruang ganti. Berbincang ringan soal latihan yang dilakukan Raga. Kevin sebenarnya juga seorang petarung seperti Raga. Namun cowok itu sudah pensiun dan memilih menjadi pendamping Raga dalam bertinju.
Ponsel Raga tiba-tiba bergetar. Membuatnya membuka layar dan menemukan chat yang sangat sering ia lihat belakangan ini. Tak pelak, chat yang tidak pernah ia balas itu membuat Raga sedikit terhibur. Karena biasanya, chat itu berisi curhatan dan kegiatan tidak masuk akal.
"Wah, anjing."
Umpatan dari Kevin di sebelahnya itu membuat Raga menoleh dari layar ponsel. "Apa?"
"Lo ngapain senyum-senyum sambil liatin hape gitu! Wah wah... " Kevin terlalu histeris menemukan sahabatnya bertingkah tidak wajar. Ia bangkit dan mondar mandir.
"Apaan dah." Dengus Raga dan kembali bersandar. Menggeser layar lagi.
"Metta?" Tebak Kevin. Raga menaikkan alisnya bertanya. Kemudian Kevin mengumpat untuk kebutuhan dirinya lalu kembali duduk.
"Lo kesurupan?"
"Jadi lo udah beneran itu sama si Metta?" Tanya Kevin mengabaikan wajah bingung Raga.
"Beneran apa maksudnya?"
"Jangan pura-pura bego lo. Bego beneran mampus."
Raga tertawa.
"Ga, seriusan. Lo udah beneran ama itu cewek?" Tanya Kevin lagi. "Atau jangan-jangan lo sama dia udah tidur bareng, makanya lo jadi gini."
Raga dengan mudah menoyor kepala sahabatnya itu. "Ngomong lo kenapa dah ngaco. Emang gue gak boleh senyum. Muka muka gue. Kenapa lo yang sewot?"
"Ini gue bukan sewot, njing. Gue nanya. Lo sendiri yang bilang gak bakal suka sama cewek itu. Liat sekarang..."
"Gue gak suka sama cewek itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIN [Completed]
Teen Fiction(Sudah diterbitkan - Tersedia di toko buku) SEGERA DIFILMKAN. #1 in Teen Fiction, 25 Mei 2017 Ametta Rinjani Cewek paling cantik disekolah. Suka dugem, sombong, tidak peduli pada apapun selain dirinya sendiri. Memiliki predikat playgirl...