Aku pernah membuat duniaku berporos pada satu titik bernama Kamu. Lalu, Kamu memutuskan pergi. Duniaku berhenti.
- Ametta Rinjani -
💞Play the music before read💞
Di dua jam pertama setelah makan siang, Metta bertahan dengan hanya mengirimi pesan untuk Raga. Itu pun berakhir tanpa ada balasan. Dan sekarang semua masakan Metta sudah mendingin sempurna tapi cowok itu belum juga datang.
Metta kembali melihat jam untuk yang kesekian kalinya. Yang menunjukkan waktu mendekati makan malam. Ia lalu beranjak mengangkat semua piring. Bermaksud memanaskan makanan agar nanti saat Raga datang, cowok itu bisa langsung mencicipi masakannya.
"Bisa berubah gak ya rasanya?" gumamnya menatap ke dalam microwave. Setelah selesai menata kembali meja makan, Metta mengambil ponselnya, mengirim pesan untuk kesekian kalinya hari ini.
Ametta Rinjani
Ga, dimana?Setelah memastikan pesan itu terkirim, Metta kembali duduk di sofa menghadap televisi yang menyala tanpa suara. Ia jadi gelisah memikirkan keberadaan Raga. Tidak biasanya cowok itu terlambat.
Dulu saja saat Metta memaksa minta jemput, Raga selalu datang tepat waktu.
Ponselnya yang bergetar menarik perhatian Metta, berharap itu kabar yang ia tunggu. Namun nama pemanggil yang tertera disana membuatnya meluruhkan bahu turun.
"Halo,"
"Selamat malam, Nona."
"Apa?! Jangan basa basi. Gue lagi nunggu kabar orang."
"Saya tidak akan menyita waktu Nona terlalu lama," laki-laki itu berdehem. "Ini mengenai Tuan,"
"Sejak kapan urusan Tuan kalian jadi urusan gue?"
"Tidak lama lagi, Nona akan segera bertemu tuan."
Metta menarik tubuhnya menjadi duduk tegak.
"Jadi, 'Tuan' lo itu memutuskan keluar dari sarangnya?" Metta mendengus. "Untuk apa? Mengecek keadaan peliharaannya"
"Sampai hari itu tiba, saya harap Nona tidak membuat masalah. Waktu pertemuan masih dibicarakan oleh Tuan dan akan saya sampaikan langsung keputusannya. Selamat malam."
Sambungan terputus, dan Metta kebingungan.
Ia masih memandangi layar ponselnya beberapa saat sebelum berubah mejadi gelap. Metta tidak tahu harus merasakan apa. Tentu bertemu dengan walinya sendiri adalah keinginannya sejak dulu. Dan sepertinya ia akan mengetahui siapa orang di balik kehidupannya selama ini.
Apakah ia harus senang?
Pasti akan sangat tidak nyaman melihat orang itu. Namun itu lebih baik dari pada menghabiskan hidup seorang diri dengan sendirian.
Tidak, Metta tidak sendirian.
Ia memiliki Raga saat ini. Hanya memikirkannya saja Metta sudah merasa penuh akan bahagia. Bertemu ataupun tidak dengan walinya, rasanya tidak begitu penting lagi sekarang.
Metta bermaksud menelpon Raga ketika terdengar bel berbunyi dari pintu depan. Tanpa menunggu ia berlari membuka pintu, sudah mempersiapkan diri untuk marah -tidak benar-benar ingin marah- karena Raga yang sudah sangat terlambat datang.
"Kamu kemana aj-- Loh? kok basah kuyup?" ucap Metta terbelalak.
Di luar memang sedang hujan dan itu sebabnya ia menutup semua jendela sekarang. "Kamu gak bawa mobil?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SIN [Completed]
Teen Fiction(Sudah diterbitkan - Tersedia di toko buku) SEGERA DIFILMKAN. #1 in Teen Fiction, 25 Mei 2017 Ametta Rinjani Cewek paling cantik disekolah. Suka dugem, sombong, tidak peduli pada apapun selain dirinya sendiri. Memiliki predikat playgirl...