So, i let you ruin my life then. I just won't let you go instead.
- Raga Angkasa -
***
Raga tidak menyukai rumah sakit.
Tidak ada alasan jelas kenapa, tapi ia selalu menolak untuk ada disana sebisa mungkin. Pernah dulu Sonya terkena cacar dan harus dirawat dua minggu penuh. Dan Raga hanya menengok adiknya itu sebanyak dua kali. Selebihnya, ia lebih memilih menunggu di parkiran.
Lalu sekarang, Raga yang justru tengah berjalan di lorong bernuansa putih dengan bau obat dimana mana itu sungguh mengejutkan dirinya melebihi apapun.
Tidak pernah ada di dalam kepalanya ia akan melakukan ini. Mengambil bagian di dalam hidup orang lain selain keluarganya namun semakin ia menolak, keinginan itu justru semakin besar mengganggunya.
Mungkin karena itu jugalah Raga melangkah pasti untuk segera menyudahi rasa mengganggu ini.
Raga tersentak beberapa saat, namun tidak menghentikan langkahnya sampai ia berada di depan pintu kamar rawat bernomor 315. Ia membalas tatapan lurus milik pria kaku berjas hitam di hadapannya.
Ada tiga orang yang berdiri disana. Dua berdiri di sisi pintu, salah satunya pernah mendapatkan pukulan Raga tempo hari, sedangkan satunya berdiri menghalangi jalan masuk. Si Kepala pengawal.
Karena mereka juga diam, Raga pun merasa tidak perlu bicara. Setelah saling membalas mata beberapa saat, ia lalu maju meraih pegangan pintu namun tangannya langsung di tepis.
"Anda tidak boleh masuk." Ucap pria itu. Yang membuat Raga mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa saya tidak boleh masuk?"
"Hanya orang berkepentingan yang bisa mendekati Nona sekarang."
Raga memicingkan matanya. "Anda tentu masih ingat jika tadi malam saya yang membawanya kesini."
"Itu bukan berarti jika anda bisa menemui Nona seenaknya. Harus ada alasan jelas untuk keberadaan anda."
Raga memutar mata. Pertanda jika orang-orang ini sudah membuatnya bosan. Setiap kali bertemu, mereka hanya mengucapkan kalimat kosong.
Harusnya mereka bersyukur karena Raga sudah berhasil membawa Metta keluar dengan selamat dari club itu disaat mereka terlambat datang.
"Saya akan menemuinya sekarang." Ucapnya tidak peduli. Raga melangkah maju, namun kini giliran bahunya di tahan.
"Hanya orang yang berkepentingan. Jangan membuat saya harus mengulanginya lagi,"
Tentu saja.
"Kalian masih ingat apa yang saya katakan tempo hari?"
Raga melangkah maju. Berdiri dengan sikap tidak takut sama sekali meski wajah di hadapannya kaku tanpa ekspresi. "Saya yang akan menjaganya. Dia tidak membutuhkan kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIN [Completed]
Teen Fiction(Sudah diterbitkan - Tersedia di toko buku) SEGERA DIFILMKAN. #1 in Teen Fiction, 25 Mei 2017 Ametta Rinjani Cewek paling cantik disekolah. Suka dugem, sombong, tidak peduli pada apapun selain dirinya sendiri. Memiliki predikat playgirl...