Epilog.

3.1K 218 17
                                    

"Nado saranghae."

°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°•.

Luhan terbangun dari tidurnya, alarm pagi yang membangunkan dirinya. Luhan menyibak selimutnya dan menemukan Sehun sedang tertidur pulas disampingnya.

Luhan tersenyum, melihat Sehun sedang mengenakan cincin dijari manisnya, ia juga melihat kepunyaannya.

Betapa bahagianya Luhan, ia sudah mempunyai suami yang mencintainya.

Sehun terbangun dari tidurnya dan menemukan Luhan sedang melihatnya terlelap.

"Kau melihatku?" Luhan mengangguk. "Kenapa melihatku? Aku tampan ya?"

Pletak!

"Mau kau tampan atau tidak, tetap saja aku akan melihatmu," ucap Luhan. "Aku punya dua mata yang digunakan untuk melihat."

"Aku."

"Huh?" Luhan bingung.

"Kau punya mata yang digunakan untuk melihat aku, kedua mata itu harus sepenuhnya tertuju padaku." Luhan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Wae?"

"Kau berlebihan!"

"Tapi kau suka, bukan?"

Luhan menaikkan sebelah alisnya. "Tidak, aku tidak menyukaimu," Sehun mencibir.

"Baiklah, jangan menyukaiku. Arraseo?!"

"Aku memang tidak akan menyukaimu," Sehun kembali mencibir. "Tapi aku mencintaimu."

Sehun menarap horror Luhan. Luhan menatap Sehun dengan tatapan datar.

"Wae?" Tanya Luhan. Sehun menggeleng dan masuk kedalam kamar mandi.

"Aku mencintaimu Hannie!!" Sehun setengah berteriak didalam kamar mandi. Luhan menggeleng sambil tersenyum dengan teriakan Sehun. "Kau mendengarku? Hannie!"

Senyuman Luhan pudar, berganti dengan wajah datarnya. "Hannie?! Kau tidak membalasku?!" Sehun masih saja berteriak memanggil Luhan.

Luhan menggeleng dan keluar dari kamarnya. Ralat! Kamar mereka berdua.

°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°•.

Luhan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Sehun. Ia mencicipi Nasi goreng kimchi yang dibuatnya. Pas! Menurut Luhan.

Sehun datang dari kamarnya dengan kemeja putih yang bagian atasnya belum sepenuhnya terkancing dan dasi yang bergelantungan dilehernya. Jangan lupa Jas nya ia gantung di lengannya.

Sehun menaruh Jas di kursi makan dan menuju Luhan, memeluk pinggangnya.

"Sepertinya badanmu bagus Hannie," Sehun berkata tepat di telinga Luhan, membuat Luhan geli. "Kapan kita akan berbulan madu?"

"Setelah urusan pekerjaanmu selesai," ucap Luhan datar. Sehun mengerucutkan bibirnya dan mengangguk.

"Kenapa kau menjadi dingin, Hannie? Kau marah padaku?" Luhan menggeleng. "Lalu? Kau sedang pms?"

"Aku laki-laki. Berhentilah membicarakan bahwa aku adalah wanita," Luhan kemudian melepaskan tangan Sehun yang melingkar di perutnya.

"Tetaplah seperti ini," ucap Sehun lalu mencium leher Luhan.

"Baiklah, tapi tidak ada jatah sarapan pagi."

Sehun melepaskan tangannya dari perut Luhan. Luhan terkikik geli. Ia mengambil dua buah piring dan menyiapkan nasi goreng kimchi dengan cantik di piring putih tanpa corak.

"Sepertinya lezat!" Sehun duduk dan mengambil sendoknya.

Sehun menyuapkan sesuap nasi goreng kedalam mulutnya.

Asin!

Meminum air putih dengan cepat sampai habis.

"Kenapa? Tidak enak?" Tanya Luhan. Sehun menggeleng. "Lalu?"

"Kau ingin aku menyerangmu?" Luhan menautkan alisnya.

"Apa maksudmu?"

"Kenapa nasi goreng kimchi ini asin?" Luhan kemudian menyendokkan nasi goreng kedalam mulutnya. "Bagaimana?"

"Tidak asin. Mungkin kau saja yang ingin cepat-cepat punya anak!" Tanpa Luhan sadari, perkataan itu membuat Luhan terancam bahaya.

Sehun menatap Luhan dengan tatapan lapar. "Mungkin iya!" Sehun mendekati Luhan.

"A-aku laki-laki!"

"Lalu?"

"Kita tidak bisa melakukannya!"

"Bisa saja, kita bisa mengadopsi?" Luhan meneguk ludahnya.

"Me-mengadopsi? Kalau begitu kita tidak perlu melakukannya. Aku masih perjaka!" Luhan kemudian bangkit dan dengan cepat melesat masuk kedalam kamar, tapi sayangnya Sehun menangkap pergelangan Luhan dengan cepat.

"Lalu kau ingin menghilangkan keperjakaanmu itu dengan perempuan?" Luhan terdiam, ia sakit mendengar hal itu. "Baiklah, lakukan saja jika kau bisa, dan sehabis itu aku akan membunuh wanita itu!"

"Aku tidak akan melakukannya dengan siapapun bodoh!" Ucap Luhan.

"Baik-baik! Sekarang cepat betulkan dasiku!" Sehun mendongakkan kepalanya dan menunjuk dasinya. Luhan menarik dasi itu dengan kasar hingga Sehun menunduk.

Kini wajah Sehun dan Luhan sama-sama berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Hidung mereka bersentuhan.

"Ekhem!" Sehun segera mendongakkan kembali wajahnya. Wajah mereka sama-sama memerah.

"Sudah!" Luhan kemudian membenarkan kerah kemeja Sehun.

"Kau memang istri yang baik!" Ucap Sehun.

"Aku laki-laki!" Ucap Luhan.

"Terserah!" Sehun masih terlalu gugup untuk berdebat. Mereka berdua dalam diam, Sehun sekelebat mengambil jasnya dan mencium pipi Luhan.

Sontak Luhan terkejut dan menghadap kearah Sehun, Sehun yang awalnya hanya ingin mencium pipinya Luhan untuk yang kedua kalinya, kini malah mencium bibir mungil Luhan.

"Maaf aku sengaja," ucap Sehun nyengir kuda dan meninggalkan Luhan. "Saranghae!"

"Nado!" Bisik Luhan setelah Sehun berangkat kerja.

Dan itulah keluarga mereka. Hidup bahagia, meskipun terkadang rintangan yang mereka jalani cukup sulit dan meluangkan banyak waktu.

°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° END °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•°

END GAIS wkwk

Duh gabikin baper, ya kalo baper berarti sedih. Susah kalo bikin baper tapi cowok.

Yuk cek worksheetku, bagi penggemar kaisoo, chanbaek dan ff...

Gumawo buat teman-teman yang senantiasa memvote, comment dan dukung aku dicerita ini.

Vote.

Comment.

Gumawo, annyeonghi gaseyo! :)

😃🙋🙆

Love Him! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang