bagian 10 : Teror.

39 7 0
                                    

"Mau lanjut apa lagi nih?" Tanya rehan, menatapku yang tampak tersenyum bahagia.

"Entahlah, tapi aku sangat bahagia hari ini, takan aku lupakan hari ini han, aku... tak bisa berkata lagi." Kataku, menahan air mata kebahagiaan.

"Tak perlu begitu, aku sangat sayang padamu, apapun akan kulakukan demi kebahagiaan kamu anya." Jawab rehan, dia memelukku, aku pun membalas pelukannya.

.

"Emm.. aku ingin mencoba masuk kesana, kau mau?" Tanya anya pada rehan, aku melihat sebuah tenda yang ramai di antri oleh banyak orang, disana terdapat spanduk 'ramalan masa depan' aku pun tertarik.

"Hem.. kalau kamu mau mencoba aku ikut saja." Jawab rehan tersenyum padaku.

Aku dan rehan membeli tiket, lalu antri pengunjung tak lama giliran aku pun datang, aku sudah berkata pada rehan jika sudah selesai aku akan menunggu di belakang tenda ini.

"Permisi." Ucapku ketika memasuki tempat ini, lumayan gelap. Lilin tampak di mana mana, bunga, bau kemenyan pun mengiringi.

"Silahkan duduk nak." Suara serak peramal itu membuat bulu kudukku merinding, aku pun mengikuti perintahnya.

"Bagaimana cara ibu meramal saya?" Tanyaku berusaha mencari letak matanya yang tertutup jubah hitamnya.

"Berikan kedua tangan mu, dan celupkan ke dalam ember ini, dan sebelum itu panggil saya mbah tiur bukan panggilan ibu." Kata peramal itu. Aku pun melaksanakan perintahnya, dia mengkomat kamit mulut nya, aku tak tau apa yang dia katakan.

"Hah! Gawat nak. Hidup mu terancam. Ada orang yang sangat berbahaya yang sekarang berada di dekatmu. Dia sangat membenci mu, saking benci nya dia ingin merebut kehidupanmu. Kamu harus hati hati nak!" Sontak aku kaget mendengar penjelasan peramal itu.

"Apa apaan, siapa yang di maksud mbah tiur barusan? Siapa? Siapa itu?" Tanyaku dengan terus menerus.

"Suram, kelanjutannya saya tak bisa lihat. Waktu kamu sudah habis disini, silahkan keluar." Kata peramal itu, aku pun menurut dan beranjak keluar, masih bingung dengan omongan peramal tadi, apakah ada kaitannya dengan pembunuhan asrama dan teror tadi. Entahlah.

.

Rehan pov

Sudah giliranku sekarang, aku pun memasuki tempat yang aneh ini, mungkin kalau tidak permintaan anya, aku tak akan menginjak kaki disini.

"Maaf. Saya ganggu?" Tanya ku melihat sekeliling.

"Silahkan duduk." Jawab peramal dengan jubah hitam itu.

"Berikan dua tanganmu, dan celupkan pada ember itu." Sambungnya. Aku pun menurut, lalu ia membaca mantranya mungkin aku tak tau apa yang ia ucapkan.

"Orang yang kamu cintai dalam bahaya! Kamu harus menjaganya. Dia memiliki pembenci yang sangat kuat, dia dekat dengannya. Kamu harus menjaganya, karna itu sangat berbahaya." Penjelasan itu membuat ku kaget, anya lah orang yang ku cintai, apakah dia orang yang harus aku jaga?

"Maksudnya apa? Siapa yang harus saya jaga?" Tanya rehan tak mengerti.

"Waktumu sudah habis, saya tak bisa jelaskan. Silahkan keluar." Perintahnya.

Dasar peramal aneh. Akupun keluar, masih memikirkan ucapannya, apakah anya yang harus aku jaga? Memangnya dia kenapa? Setahuku dia orang tertutup dan baik terhadap siapapun, tak mungkin ia memiliki pembenci.

.

Anya pov

"Rehan!" Panggilku melihat rehan melamun di pintu keluar.

"Hah, kau disitu anya, bagaimana ramalan mu? Baguskah?" Tanya rehan padaku. Aku diam sesaat, bingung mau menjawab apa. Karna ramalanku tak bagus sama sekali. Malah menambah pusing di otak ku.

"Entahlah." Jawabku singkat. Tapi kata kata nya masih ku ingat dalam benak 'nyawa mu terancam, ada orang yang ingin membunuh mu, ia adalah orang terdekatmu.' Kata kata itu yang selalu muncul di telingaku.

Siapa orang itu. Mengapa dia sangat benci padaku? Apa orang itu catty? Atau rika, rita? Atau malah... Rehan! Tidak! Tidak mungkin dia melakukan itu. Aku mengenalnya sejak lama. Lagipula masa laki laki menyimpan sapu tangan berwarna ping.

"Bagaimana ramalanmu rehan? Pasti bagus dong?" Tanya ku pada reha memecah keheningan.

"Tak tau, aku tak sepenuhnya percaya peramal itu." Jawab rehan.

Aku dan rehan sudah merasa lelah & puas atas hari ini, di tambah kantuk yang sudah melanda mata ini, ku lihat jam di tanganku . Dan menunjukan pukul 21.45 pasti anak asrama sudah tidur semua. Aku dan rehan memutuskan pulang.

.

Aku dan rehan pun sampai dan kami berpisah di perbatasan, aku berterimakasih lagi padanya, aku sangat bahagian hari ini. Aku pun menaiki anak tangga dan berjalan menuju kamarku yang paling pojok. Lorong asrama sudah sangat gelap, di tambah angin berhembus membuat bulu kudukku merinding. Aku masih mengingat kata kata peramal itu.

Sampailah aku di depan pintu kamar, tak sengaja aku lihat sebuah surat di bawah pintu. Surat itu tertulis untuk ku, aku pun mengambil surat itu lalu mengetuk pintu agar andria membukanya untukku.

"Hah.. syukurlah ternyata kamu anya. Kenapa lama sekali. Aku sangat takut." Andria membuka pintu lansung menarikku kedalam, dan segera mungkin mengunci pintu.

"Jadi? Ada apa sebenarnya? Aku menemukan surat ini di depan pintu, tertulis untuk ku." Kata ku mengeluarkan sebuah surat dari tas ku.

"Itulah masalahnya. Tadi ada orang misterius lagi yang mengetuk pintu. Aku kira kamu, saat aku lihat ke lubang kunci, dia tampak aneh dengan jubah merahnya. Aku melihat dia membawa sapu tangan, dan paku di tangannya, aku takut, sangat takut. Sehingga aku tak berani membukanya. Tapi ternyata dia meninggalkan itu ya. Coba kau buka, aku penasaran sekaligus ngeri." Muka andria sangat ketakutan, dia menceritakan itu sambil mengumpat di balik selimut.

"Oke isinya....."

***

Spesial cerita lebih panjang:)

Jangan lupa votment ya:)

Life Or Death? [FINAL PART]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang