Saat aku buka....
Aku terkejut!
BUKAN HANYA TERKEJUT!
Melainkan menjerit!
Kau tau apa yang ku dapati di depan mataku? Kasur andria penuh dengan cairan merah. Ya. Kalian benar, darah.
"Aa..aann..dria..." tubuhku bergetar hebat, kaki ku pun lemas, tak kuat berdiri lagi, tiba tiba saja kaki ku terjatuh. Aku terpuruk lemas.
Aku melihat tulisan darah di tembok, bertuliskan 'permainan ini belum selesai.'
"Apa ini maksud nya?? Tak mungkin. Gak. Gak. Gak..... gak mungkinnnnn..... andriaaaa..... haaaa.... huaaaa................!!!" Tangis ku memecahkan seisi asrama, hati ku tak kuat menahan sakit ini. Aku terus terus menangis, menjerit, dan memukul diri sendiri.
Aku mendekati kasur andria, aku sentuh darahnya, aku cium bau amis nya. Aku usapkan darah itu pada wajahku. Sambil berkata..
"A.nd.ria.. aku menyayangi mu.. sejak pertama bertemu. Aku. Berfikir. Kau tak akan sebegini menyenangkan. Kau. Selalu. Ada. Untuk ku... kau mengubah hidupku.. tapi kenapaaaa.... kenapaaa..... kenapaaaaa haaaaa... !!" Suara ku tersedak tangis.. aku menjerit terus menjerit.
Tapi aneh nya.. tak ada mayat andria di kasurnya, hanya darah nya saja yang bertumpahan di kasur, lalu tulisan itu. Aku juga menemukan sebuah surat.
Aku lansung membuka surat itu. Isinya 'bagaimana? Terkejut kah? Ini belum selesai! Masih ada permainan selanjutnya! Sampai kau bisa tau betapa sakitnya perasaan ku dulu!'
Aku melempar kertas itu ke lantai, tanganku mengepal, sesakan tangis ku masih ada walaupun aku menahannya. Aku berjalan menabrak seluruh murid yang menonton ku, mataku melotot, penuh emosi. Aku berjalan keluar kamar.
"Wooooiii!! Keluarrr lo....!! Dasar pengecut....! Kenapa lo ga nunjukin muka lo sama gue!! Gue ga takut sama lo! Lawan gue kalo berani!! Jangan cuma ngumpet kaya gini..!! Kenapa ga bunuh gue aja kalo lo benci? Kenapa.. kenapa... kenapa lo malah bunuh orang orang yang gue sayangi... kenapa?? Kenapa!!! Kenapa!!!!!! Jawab peertanyaan gue pengecut!! Keluar lo....!! Lawan gue, gue lawan lo! Bukan mereka yang ga bersalah!!!!!! Keluarrr... keluar... keluarr.." aku berteriak di sepanjang lorong asrama, aku menggebrak pintu, menendang, dan menggedornya, aku mencari pembunuh itu sampai lantai bawah.
Seseorang menahan lenganku.
"Sudah lah anya, tenang.. tenang... jangan seperti ini." Rehan menatap ku, namun aku tidak.
"Tenang?? Hahaha, tenang katamu? Begitu mudah nya kau berucap seperti itu..? Apa kau tak tau betapa sakitnya hati ku.. pedih! Luka! Aku tak bisa menahan ini semua! Jika memang pembunuh itu membenci ku, mengapa tak membunuh ku? Mengapa membunuh orang orang yang tak bersalah..? Kezia. Ibu kantin. Rika. Dannn... dan... an..dri..a ...!!" Air mataku mengalir deras lagi, aku tak tahan, tubuhku bergetar hebat, kaki ku lemas, aku jatuh terpuruk lagi di lantai.
"Gakk.. gak.. ga mungkin.. andria... andria... andriaaaaa!!!!!" Teriak ku terus mengulang, aku memukuli diriku sendiri sambil menjerit, badanku bergetar hebat.
"Rita.! Ya. Rita!! Aku harus ke rita, pasti dia pelakunya!" Kata aku, aku bangun beranjak dari lantai.
"Apa? Rita? Apa maksudnya?" Rehan mengejarku.
Rehan terus mengejarku, kini dia telah menggapai tanganku, lalu menahan aku pergi.
"Apa maksudnya? Kenapa rita? Memang rita pembunuhnya?" Tanya rehan, terus mengulang.
"Lepas! Lepas rehan! Lepasin...!!" Aku meronta melepas tanganku, tapi cengkraman laki lakilah mengalahkan ku.
Rehan memelukku dari belakang. "Tenang anya. Ini bukan lah anya yang ku kenal, kamu lah yang selalu menenangkan ku saat emosi, tapi kenapa kamu tak bisa tenang. Aku tak mengerti maksudmu tentang rita. Ya walaupun aku mengerti kamu ga bisa tenang, karna terpukul. Tapi cobalah ikhlaskan, tenang, jernihkan pikiran mu."
Aku terdiam, kini aku sudah mulai tenang. Badanku sudah berhenti bergetar, tangis ku sudah berkurang, aku pun terdiam. Tubuhku lemas, tak lama. Semuanya gelap.. sangat gelap.
***
Yeayy terimakasih telah membaca, semoga enjoy ya hihi..
Jangan lupa vote!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Or Death? [FINAL PART]
Mystery / Thrillerpernahkah kau mengungkap sesuatu misteri? atau kau pernah menghadapi sesuatu yang tidak bisa kau jelaskan? pernahkah kau harus memilih hidup atau mati? inilah kisahnya..