bagian 12 : terungkap.

34 3 1
                                    

Aku menoleh kebelakang, terdapat seseorang, suaranya tampak ku kenali lalu orang itu membuka penutup kepalanya, dan ternyata RITA! Tak percaya apa yang aku lihat sekarang.

"Ri.. ta.. apa mau kamu?" Tanya ku, memberanikan diri.

"Apa mau gue? Lo tanya apa mau gue? Haha lucu lo. Sok polos, tapi padahal lo tau apa mau gue, YAITU KEHIDUPAN LO. GUE PENGEN LO MATI." Jawab rita, tampak ia mengambil sebilah pisau di balik jubahnya.

"Ta..pi ke.na.pa? Aku ga tau kesalahan aku ke kamu rita, buka mata kamu! Ini rika! Sodara kamu! Kenapa kamu tega ngelakuin ini!" Bentak ku, beranjak dari duduk, dan sekarang posisinya adalah saling berhadapan pada rita.

"Dia? Sodara gue? Hikkss.. hikss. Sodara mana yang tega mau ngelaporin perbuatan gue ini hah? Sodara mana? Lo jahat sama gue rika.. hiks. TAPI SEKARANG GUE GA PEDULI. GUE MAU LO MATI." Rita mulai mendekat, jujur. Aku sangat takut. Sangat. Sangat. Takut.

"Gak.. stopp... rita.. walaupun aku ga tau kesalahan ku, aku minta maaf kalo aku salah, kamu ga harus jadi kaya gini.." aku mundur satu langkah. Mentok. Belakang ku tembok. Buntu. Otak ku buntu. Ga ada ide. Sama sekali buat keluar.

Rita semakin lama dekat dengan aku, tinggal satu langkah lagi dia akan di dekat aku. Aku sama sekali ga bisa lepasin ketakutan ku ini sama psikopat sepertinya. Ya. Harus di katakan psikopat, karna dia gila. benar benar. GILA.

"Ada kata kata terakhir anya?? Hahahah..." suara tertawa itu, terdengar melengking dan licik. Senyum nya yang menyeramkan membuat ku takut.

Aku mengingat andria, terbesit bayangan senyumannya di kepalaku.. juga bayangan rehan yang tersenyum ceria padaku. Apa kabar dengan kamu andria? Apakah kamu baik baik saja di ruang kesenian? Semoga saja.

Ibu.. walaupun kau tampak dingin padaku, atau tak mau mengurus ku, tapi aku tetap sayang padamu, dan berterimakasih telah melahirkan ku ke dunia yang indah ini. Dan terimakasih tuhan, kau telah memberikan ku anugerah teman yang sangat baik.

Kezia.. bu surti... tunggu aku di sana. Mungkin ini akhir dari segalanya. Mungkin sampai disini saja aku bernapas, berjalan, menatap dunia indah ini. Selamat tinggal semua. Rehan, andria jaga diri kalian, akku sayang kalian.

Aku menutup mataku. Tak kuat melihat semuanya. Terasa angin hembusan pisau yang telah di lontarkan padaku, tangan ku mengepal takut untuk melihat.

Tunggu? Kenapa aku belum mati? Aku tak merasa pisau telah menancap di perut ku. Ada apa? Aku membuka mata sedikit demi sedikit.

Tampak di depan ku tubuh rita berbaring lemas, dia pingsan, aku mendangak. Di depan ku sudah ada rasha yang memegang kayu lalu menatapku.

"Kita harus pergi anya!" Rasha menarik tanganku, kami meninggalkan tempat itu.

Saat di luar, aku teringat andria

"Tunggu. Bagaimana dengan andria?" Tanya ku khawatir.

"Tak penting memikirkan orang lain. Kita harus cepat pergi, dan masuk berjaga di kamar asrama." Rasha menarik tanganku.

.

Aku pun sampai di kamar, rasha meninggalkan ku dengan pesan "jangan membukakan pintu, jika ada yang mengetuk, tanyakan siapa terlebih dahulu." Lalu pergi begitu saja.

Hiks.. hiks.. terdengar suara tangisan di pojok kasur, andria? Apakah itu andria?

"Andria? Itu kau?" Tanya aku, mendekati kasur andria

"Anya... tak kuat.. sungguh tak kuat.." andria membuka selimut nya, AKU TERKEJUT. Sangat terkejut. Melihat mukanya yang penuh luka lebam, jari jarinya penuh luka seperti di jepit sesuatu.

"Ada apa andria? Mengapa dirimu?" Aku mengambil kotak pengobatan dengan panik, aku lansung mengobatinya dan mendengar ceritanya.

"Catty.. dia... dia bohong.. aku tidak di panggil oleh guru kesenian. Catty menyiksa ku di ruang kesenian. Dia memukuli ku. Aku tak kuat.. sakit.. hiks.. hiks.." aku mendenygarkan dengan penuh kasihan, berniat ingin bercerita tentang apa yang terjadi barusan, terurung begitu saja. Aku tak mau menambah beban andria, bukan waktu yang tepat membicarakan ini.

***

Jangan lupa di votment:)

Life Or Death? [FINAL PART]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang