bagian 28 : pengungkapan(2)

38 2 0
                                    

"A..ap..apa? Kau.. r...ria...! Pantas saja kenapa aku terlalu bodoh? Kenapa aku tidak memperhatikan semua kejadian ini. Aku tak pernah nyadar bahwa kau menyukai warna pink! Sama seperti sosok mu menjadi andria, dan setiap mayat aku menemukan sapu tangan berwarna pink, dan di ujung sapu tangan ada nama depan R dan itu adalah ria, bukan rita. Aku salah. Dan setiap target orang terdekat ku selalu berakhiran huruf A. Dan itu adalah nama terakhir mu! Kezia,rika, bu surti. Walaupun bu surti berakhiran huruf I namun nama sebenarnya adalah bu rana. Bu surti hanya panggilan anak anak kantin. Lalu  kau membunuh rasha. Dan di diary mu saat aku baca, sebenarnya itu adalah namaku! Anya, namun aku tak menyelesaikan membaca karna terpotong suara teriakan saat catty bunuh diri. Dan aku bodoh, aku malah tidak melanjutkan, aku terlanjur panik mendengar teriakan itu, dan kalau di perhatikan nama samaran mu ANDRIA dan nama belakang samaran mu RIA yang berarti kau pelakunya tapi aku tak sadar itu! Aku juga bermimpi saat koma, aku berada di kompor sandiwara, karna kau yang telah mengancam rita, rika, catty! Kau mengancam rita agar rita yang di anggap sebagai pembunuh. Dan saat kau di panggil catty di ruang kesenian pada malam hari itu adalah rencana mu, dan aku pun bermaksud berkeliling dan menemui mu, tapi aku malah melihat kamar itu, karna kau sengaja! Kau menyalakan lampu depan kamar itu sehingga aku penasaran, lalu aku masuk dan aku melihat rika, sebelum kau mengancam rita kau menyiksa rika duluan, karna rita sudah pasti akan memberontak. Dan tak kusangka.. permainan mu berjalan sangat lancarr... bagus sekali..." aku menangis, tak kuat menahan air mataku.

Tak kusangka pelakunya selama ini adalah sahabat ku sendiri, orang yang pernah ku tolong! Orang yang pernah ku bantu, tapi malah berkhianat hanya karna laki laki. Ternyata benar. Kita tak boleh sembarang percaya pada orang.

"Hahaha... kikikikkk.. dan sekarang! Saat nya mengakhiri hidup mu anya!" Andria, oh bukan. Ria senyum menyeringai sangat lebar, hingga membuat ku tergidik.

Ia mendekati ku, lalu ia jongkok menyamai tubuh ku, hingga wajah ku kini berhadapan dengannya.

"Ada pesan terakhir? Sebelum aku mengakhiri hidup mu, aku ingin bermain dengan mu." Dia tersenyum licik padaku, lalu ia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.

Ia menggores kan pisau itu ke pipiku, darah ku mengalir deras keluar pipiku, aku meringis kesakitan.

"Ouuww... maafkan aku, aku melukai wajah mu yang cantik.." wajaah nya tampak merasa bersalah, namun aku tau itu hanya bualan saja.

Ia lalu menyayat tangan kanan ku, kini tubuh ku sudah penuh luka dan darah. Aku tetap menjerit dan meringis kesakitan. Ia pun bosan memainkan pisau lipat nya, dan pisau nya itu ia buang sembarang. Lalu mengeluarkan jarum pentul dari sakunya.

"Ok.. sekarang kita bermain memakai jarum ya.. aku bosan dengan pisau itu.." ia memasang wajah sangaat bosan dan lugu wajah itu sangat ku benci.

Ia menusuk kan jaru itu ke seputar leher ku, hingga membuat lubang di sekeliling, darah pun mengalir dari leherku.

"Kyahahahahah!!" Ria tertawa bengis di hadapanku.

Jeduk..

Ria tersungkur jatuh, seseorang menendang nya, rehan. Pelakunya rehan.

Namun dengan cepat ria bangkit.

"Aku tak akan melepaskan mangsa ku." Dia menatap tajam ke arah rehan.

"Dan aku tak akan melepaskan kekasihku." Sambungnya, ia tersenyum licik pada rehan.

"Walaupun kau wanita, dan seharus nya aku tak memukul wanita. Namun kau tak bisa di katakan wanita lagi. Kau iblis!" Rehan menatap tajam matanya dengan emosi.

"Iblis?? Khyaaaahahaha!!" Ria malah tertawa puas mendengar ucapan rehan.

Rehan pun menghampirinya dan loncat, lalu melempar kan tinju pada pipi ria, dan tepat sasaran.
Ria tidakk terjatuh hanya saja wajah nya menjadi berbelok sesuai tinjuan rehan. Wajah ria tampak memar.

"Berani sekali kau.. merusak wajaah ku!!" Ria tampak kesal dan menatap penuh emosi.

Krass...

Oh tidak! Ria melempar kan pisau dan pisau itu pas sekali menancap tulang kering rehan, rehan terjatuh, kakinya lemas. Ia tak dapat berdiri.

"Rehann!" Teriak ku, namun suara ku serak, karna ada jarum tertancap di leherku.

"Sebaiknya aku menyelesaikan kau dulu." Ria menatap ku, lalu menghampiri ku. Namun langkahnya terhenti, rehan menahan kakinya.

"Anya! Cepat pergi! Kabur dari sini! Kau harus selamat! Jangan pikirkan aku, cepat pergi selamatkan dirimu." Rehan berkata seperti itu padaku.

"Tidak.. aku tak mungkin meninggalkan mu.. aku sudah cukup kehilangan semuanya.. rehan.." aku menangis tersedu sedu.

"Sudahlah cepat pergi! Aku sudah tak kuat menahan kakinya. Cepat! Selamaatkan dirimu untukku! Tolonglah! Lupakan segalanya! Hiduplah bahagia." Ria tampak memberontak.

"Tak mungkin bisa.. siapa yang akan mengingatkan ku lagi saat aku lupa? Siapa yang akan membantu ku? Siapa yang akan menjaili ku? Siapa yang akan menghibur ku? Siapa yang akan mentraktir ku? Siapa yang selalu membangunkan aku pagi? Siapa kalau bukan kaau rehan! Seenaknya saja kau berkata aku bisa melupakanmu! Hikss.. hiks.." aku menangis sangat deras, mungkin darah ku sudahh kalah dengan air mataku.

"Ku mohon anyaa.. pergi.. aku berjanji akan menyusul.. kau percaya kan? Ku mohon.." rehan terus meyakinkan ku.

"Apa kau bisa meenepati janjimu? Hiks.." aku mencoba meyakinkan janjinya.

"Tentu."

Aku pun berusaha beranjak, aku berusaha lari sekuat tenaga, rasa sakit di leher,wajah, tangan dan tubuh ku masih terasa.

Author pov.
"Dasar bodoh! Bisa janji seperti itu." Ria menginjak kepala rehan ke lantai, hingga kepalanya kini retak dan berdarah.

"Anya.. maafkan aku.. aku tak bisa menepati janjiku.. tapi perlu kaau tahu.. aku mencintai mu, menyayangi mu, menyukai mu setulus hatiku. Dan aku berharap kau bahagia tanpa hadirnya aku. Aku minta maaf tak bisa di sisi mu lagi, tuhan sudahh mengutus mengakhiri hidup ku.. aku sudah tak bisa di dunia lagi..  tugas ku mungkin sudah selesai untuk menjaga mu.. aku ingin kau terus bahagia tanpa memikirkan kebahagiaan ku, makaasih untuk semua kebaikan mu anya.. aku tak akan melupakan itu, selamat tinggal." Rehan pun menutup matanya. Dan meninggalkan anya untuk selamaanya.
Ria pergi mencari anya lagi.

Anya pov.
Perasaanku tak enak. Perasaan apa ini? Aku merasa rehan sudah tak hadir lagi di sisiku, tak mungkin. Aku tak boleh berfikir seperti itu, rehan sudah berjanji padaku.










***

Jangan lupa di vote dan coment ya:)

Life Or Death? [FINAL PART]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang