Semua anak perempuan asrama yang berada di belakang ku menjerit histeris ketakutan. Begitu pun denganku, tubuh ku gemetar dan kaget melihat pandangan di depan ku sekarang ini. Catty. Tubuh nya tergantung, leher nya terjerat tali sehingga tubuhnya tergantung.
Matanya melotot dan merah, mulut nya terbuka.
"Hey.. ada apaa ini. Minggir minggir" bu sarah, penjaga asrama putri. Aku pun menyingkir dari depan bu sarah."Astaga..." bu sarah sangat kaget. Kedua tangannya berada di keedua pipinya.
"Yasudah, semuanya tolong bubar. Balik ke kamar masing2 dan kamu efia, kamu sebaiknya pindah ke kamar yang lain. Sementara ini semua biar urusan para guru." Jelas bu sarah. Siswi lain pub bubar dan kembali ke kamarnya. Tampak di wajah mereka wajah ketakutan.
Aku pun juga kembali ke kamar ku.
"Ada apa di luar?" Andria lansung menanya, ketika aku baru menutup pintu."Emmhh... kabar duka dan mengejutkan mungkin" jawab ku. Dengan muka sedikit takut. Ya aku memang takut, aku tak bisa menutupi itu.
"Memangnya ada apa? Kabar duka apa?" Tanya andria lagi. Kini wajahnya sangat menunjukan rasa penasaran.
"C..catty.. telah.. telah.." jawab ku terputus.
"Telah apa?"
"Tiada." Jawabku sedih.
"Maksudnya apa?" Tanya andria.
"Dia bunuh diri, gantung diri di kamarnya."
"Astaga... aku turut berduka cita. Kenapa itu bisa terjadi? Lantas apa yang membuat dia bunuh diri?" Kini muka andria mulai menunjukan rasa takut.
"Entahlah."
"E..e... anya." Andria memanggilku.
"Kenapa?"
"Kau tahu? Saat ini dalam diriku, aku merasa sangat takut. Pertama kezia telah tiada, bisa di bilang pembunuhan, begitu pun dengan rika dan ibu kantin, bahkan rita dan para guru banyak yang mengundurkan diri. Dan sekarang catty telah bunuh diri. Entah apa yang terjadi di asrama ini, aku hanya butuh ketenangan namun tiada. Aku takut anya. Apa kamu bisa berjanji agar kita saling melindungi? Aku takut saat kita bertemu dengan pembunuh itu, lalu kau malah mengorbankan ku aku takut itu anya" kata andria, jelas di mukanya rasa takut dan cemas.
"Tidak mungkin aku seperti itu andria. Kita kan bersahabat. Bahkan aku sudah menganggap mu saudara aku sendiri. Sekalipun mempertaruhkan nyawa ku, aku akan tetap melindungi mu. Aku tak mau kehilangan orang yang ku cintai untuk ke 4 kalinya. Cukup ayah, kezia, dan bu surti saja. Kau jangan. Kau dan rehan lah satu satunya orang yang ku sayangi dan perduli padaku. Aku tak mau kehilangan kalian." Aku mengangkat wajahnya, sehingga kini matanya saling pandang denganku.
Mata andria berkaca kaca. "Sungguh kah?" Air matanya pun keluar.
"Tentu."
"Terimakasih andria.. hikkss." Andria memelukku.
.
.2 hari setelah pemakaman catty. Kini rasha tampak menjadi seorang yang sangat pendiam. Bahkan aku tegur pun dia tak membalasnya. Sepatah kata pun tak terlontar dari mulutnya. Mungkin dia terpukul atau bahkan takut karna teman teman nya sudah tiada.
Padahal masih ada aku rasha. Apa kau masih mengaggap ku? Kata ku dalam hati. Luka luka andria kini sudah membaik, ia sudah bisa mengikuti pelajaran. Selesai pelajaran, semua murid di kumpulkan di aula, mungkin ada sebuah pengumuman.
Aku memilih kursi di ujung tengan sebelah kanan. Sebelah kananku adalah rehan, dan kiriku adalah andria. Dua orang yang ku sayangi & sahabat sekaligus saudaraku.
"Ehemm.. test test" pak kepsek mencoba mikrofon nya.
"Semua murid perhatian. Kini jumlah kalian tinggal 74 orang. Beberapa dari kalian pasti mencurigai ini atau mengetahui ini. Dann guru disini tersisa 3 orang termasuk saya. Semuanya mengundurkan diri. Terimakasih untuk kalian yang masiih bertahan disini. Saya tidak mengerti atas apa yang terjadi di asrama ini. Saya sedih. Karna asrama yang saya bangun susah payah dan aman tentram kini menjadi hancur. Saya tak pernah berbuat kejahatan, namun siapa yang menghancurkan asrama ini saya tidak tahu. Saya mohon para murid tenang terlebih dahulu. Saya yakin saya pasti bisa mengembalikan asrama ini menjadi seperti semula." Jelas pak kepsek.
"Hah.. dasar kepsek gadungan! Tenang macam apa! Guru tinggal 3. Murid total 74 memang nya dia bisa apa! Kejadian ini kan sudah banyak korban! Dia saja belum tau pelakunya!" Kata seorang murid di belakang ku.
"Tau nih! Aku pengen pindah saja! Tak betah disini! Bisa bisa kita target selanjutnya!" Sahut temannya.
"Aku juga! Ayo kita sama sama pindah dari pada bahaya!" Sahut teman lainnya.
"Jangan dengarkan yang belakang" kata rehan, tersenyum dan menutup telinga ku.
"Hahaha.." aku tertawa.
"Apanya yang lucu?" Rehan bingung.
"Tak ada"
"Lalu? Mengapa tertawa?" Katanya.
"Memang tak boleh? Wuuuu..." aku mencubit pipinya.
"Aduduhh.. sakit tahu pipiku" kata rehan mengelus pipinya.
"Huh.. lemah!" Kataku mengejek, sambil menyulutkan lidah.
"Tidak.. memang sakit kok, mau aku balas??" Rehan tersenyum, dan membalas cubitanku.
"Awww... sakit..."
"Hahahhha... sakit kan?" Ledek rehan.
"Uhukkk... kalian ini.. ga liat ada aku ya?? Kasian tahu yang jomblo sepertiku." Kata andria menyenggol lenganku.
"Jomblo? Sendiri kan? Tidak lah kan ada aku hehehe." Jawab aku, kami bertiga tertawa lepas. Kini bebanku sudah hilang. Begitu pun rasa takut ku. Karna aku yakin kita akan saling menjaga, dan aku tak perlu cemas.
***
Terimakasih sudah membaca;)
Jangan lupa di votment ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Or Death? [FINAL PART]
Mystery / Thrillerpernahkah kau mengungkap sesuatu misteri? atau kau pernah menghadapi sesuatu yang tidak bisa kau jelaskan? pernahkah kau harus memilih hidup atau mati? inilah kisahnya..