BAB 16 - "Follow your heart but take your brain with you"

5 4 0
                                    


Kematian Soe sendiri masih menjadi misteri bagi banyak orang. Apakah itu berkat satu konspirasi politik ataukah memang dia jenuh dengan pergolakan-pergolakan politik pada masa itu yang akibatnya ia memilih mati di tempat sunyi seperti ini. Seperti diketahui banyak pemerhati sejarah, di Jambangan pasca penjajahan perang sendiri terdapat satu bekas galian batu, dimana eksplorasi tersebut diliputi dengan pergolakan politik tahun 60-an, khususnya marak kasus yang berhubungan dengan Partai Komunis Indonesia kala itu.

Banyak sekali yang berbicara tentang masalah eksplorasi tersebut. Ada yang menyatakan satu opsi, bahwa Soe meninggal di Semeru akibat satu konspirasi pihak asing, karena konon kabarnya Soe datang ke sana untuk menunjukkan eksplorasi liar di Gunung Jambangan yang di sponsori pihak asing agar diketahui semua masyarakat, yang kedua Soe sengaja dibunuh untuk menghilangkan suara-suara pemuda-pemuda kritis semacam dia. Sedangkan opsi lainnya menyatakan bahwa Soe sudah bosan hidup di tengah kota yang penuh pergolakan politik, sehingga dia mendaki ke gunung Semeru untuk menenangkan diri dan meninggal karena asap beracun yang dikeluarkan Semeru.

Dari sanalah tanpa sengaja napak tilas pendakian Soe Hok Gie mantan aktivis angkatan '66 yang meninggal dunia di Gunung Semeru diketahui oleh mereka semua. Cerita-cerita yang sebelumnya belum pernah mereka ketahui, akhirnya mereka dengar dari telinganya sendiri. Hal yang diingat Nugie kala itu sebagai alumni Universitas Indonesia adalah pergerakan dari mahasiswa dan beberapa organisasi lainnya yang menuntut perubahan di tahun 1966. Akibat dari pergerakan itu, orde lama pun lengser dan digantikan orde baru yang dipimpin oleh Soeharto. Dan kembali, sebuah gerakan mahasiswa meruntuhkan penguasa di tahun 1998. Ingatan-ingatan itu kembali terlintas pada benaknya. Ia ang menjadi saksi diantara banyaknya para demonstran yang menuntut Soeharto turun dari tampuk jabatan presidennya kala itu.

Rentetan kisah ini pun menjadi topik bahan pembicaraan mereka semua. Banyak hal yang mereka bahas, seperti tragedi Trisakti dan Semanggi, dimana nyawa menjadi taruhan di dalam perjuangan mahasiswa kala itu. Bahkan kisah pilu itu diikuti isu yang tidak sedap didengar. Seperti banyak orang tahu, tragedi Semanggi dan Trisakti menyisakan banyak tanya yang hingga saat ini tidak terjawab. ABRI yang kala itu menjadi salah satu saksi yang memakan banyak korban mahasiswa masih melekat di ingatan banyak orang.

Tak lelah rupanya mereka semua membahas tragedi-tragedi tersebut dengan pak Kasimin. Pak Kasiminpun menanggapinya dengan baik, apalagi sejarah-sejarah kelam masa penjajahan juga menjadi topik baru pembicaraan mereka semua dengan beberapa cerita-cerita kehidupan masa lalu Negara ini, tentunya semua lewat cerita dari pak Kasimin yang masih Nampak bugar walau ia sekarang sudah memasuki usia yang begitu senja.

Malam itu, di dapur sederhana, di depan tungku perapian milik Pak Kasimin, mereka semua bercengkrama bersama, bercerita tentang banyak hal tentang kehidupan-kehidupan masa lalu. Masih ingat dengan jelas, kontroversi kematian Soe juga menyelimuti pembicaraan mereka ber-delapan. Semuanya dibahas habis dengan aroma arang kayu yang terbakar dan dingin cuaca Ranupane di sana. Pak Kasimin yang pada waktu itu sedang tidak ada tamu, pada akhirnya memberikan izin untuk mereka bertujuh agar beristirahat di rumahnya sambil menunggu pagi datang. Walau hanya tidur di plesteran sederhana beralaskan matras yang mereka bawa, itu tidak menjadi masalah daripada harus membongkar tenda dan perlengkapan lainnya.

Satu persatu mereka semua segera membaringkan tubuh lelahnya diatas matras masing-masing. Sambil terlentang dan sambil mengunyah beberapa camilannya, Vino bertanya pada mas Firman yang berada di sebelah kanannya, "Besok kita jam berapa Mas mulai berangkatnya?"

"Jam 6 pagi kita sudah harus siap, karena perjalanan segera akan kita mulai besok pagi," kata Mas Firman. Vino melihat jam tangannya, terlihat jarum jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Nugie tampak sedang asyik menikmati nasi bungkus yang ia bawa sedari tadi di Tumpang. Intan dan Audry menikmati pembicaraan itu sambil mendengarkan cerita dari kawan-kawannya.

NUGIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang