BAB 21

1 2 0
                                    


"You should be thankfull for the journey of life.
You only make this journey once in your life time" (Lailah Gifty Akita)

Pukul 23.00 WIB, alarm mereka satu per satu menyala. Mereka pun segera bergegas keluar dari tenda masing-masing. "Semua kumpul!" seru Mas Gembul. "Kita briefing dulu sebelum mulai perjalanan nanti," serunya lagi.

"Ini perjalanan summit, jadi harapannya kita semua tahu barang apa saja yang perlu dibawa dan barang apa saja yang ditinggal di Kalimati. Pos terakhir kita nanti adalah di Arcopodo. Selanjutnya kita akan mendaki sampai puncak. Ingat, kerjasama tim di sini diperlukan, egoisme harus ditinggalkan. Setelah Arcopodo nanti kita benar- benar mendaki menggunakan kaki dan segala kemampuan kita. Karena ini bukan perjalanan seperti kita di kafe atau di mall, tapi ini di alam liar yang kita tidak pernah tau seberapa tingkat keganasan alam di sini nanti. Mantap kan keyakinan kita semua, tanam semuanya di dalam otak kita, katakan puncak ada dalam genggaman kita," kata Mas Firman dengan bersemangat walau dengan badan yang tambun sekalipun.

Setelah berbicara panjang lebar dan memotivasi rekan-rekannya, mereka bertujuh berdoa bersama agar diberikan kelancaran dalam pendakian kali ini. Perjalanan kurang lebih satu jam dari pos Kalimati menuju Arcopodo.

"Mas, capek istirahat dulu ya!" seru Vino di tengah perjalanan. "Mas, kok sepi di sini?" tanyanya lagi.

Nugie menimpalinya, "Ya iyalah, namanya juga hutan!" diapun hanya melebarkan tawa menyeringainya setelah mendengar perkataan Nugie.

Rasa lelah, dingin tidak menyurutkan semangat mereka bertujuh. Mereka pun melanjutkan perjalanan malam itu. Setelahnya di pos Arcopodo, pendaki-pendaki lain nampak mulai bersiap menuju puncak.

"Ramai juga ternyata di sini!" seru Vino lirih.

Beberapa pendaki lain nampak sibuk mempersiapkan pendakian yang akan mereka jalani malam itu. Beberapa orang wanita juga nampak hadir, sepertinya mereka anggota jambore yang sebelumnya memang akan mendaki Gunung Semeru. Andre dan Mas Firman terlihat sedang asyik mengobrol dengan beberapa pendaki lain, diikuti Ahmad dan Nugie. Sedangkan Vino menemani Audry dan Intan. Suasana bersahabat terlihat begitu kental terasa, seperti tidak ada lagi jarak antar ras, suku, ataupun hal yang lain yang berkaitan dengan perbedaan. Yang ada hanya suasana kekerabatan terjalin satu sama lain.

Di Arcopodo pula mereka bertemu lagi dengan rombongan Bang Ben yang sempat berpapasan di awal waktu perjalanan menuju Ranu Kumbolo kemarin.

"Hey, kalian! Ketemu lagi di sini," ujar Bang Ben yang kemudian menghampiri mereka dengan beberapa rekannya yang lain.

"Iya Bang. Abang camp dimana?" tanya Mas Firman samar dalam gelapnya malam di sana.

"Di situ!" tunjuknya pada tenda berwarna merah, "Biar lebih deket sama puncak," tambahnya lagi.

"Mana yang lain Bang?" tanya Mas Firman lagi dengan melihat sekeliling Bang Ben.

"Itu di sana," tunjuk Bang Ben pada beberapa orang yang nampaknya sudah bersiap akan mendaki.

"Ke atas kita bareng aja, biar sekalian ramai-ramai," ajak Bang Ben.

Mas Firman melihat ke arah rekan-rekannya sebentar untuk memberi tanda untuk ajakan mendaki bersama dari Bang Ben. "Oke Bang, kita bareng-bareng aja," kata Mas Firman.

Akhirnya jumlah rombongan pun bertambah dengan kehadiran Bang Ben beserta rekannya yang lain. Semua bercampur menjadi satu, dengan segala macam perbedaan di Indonesia. Di Arcopodo semua menjadi sama dan satu, Jawa, Cina dan berbagai macam jenis manusia berkumpul menjadi satu di sini. Nampak pula beberapa pendaki dari wilayah timur pulau Indonesia, tepatnya orang-orang dari Ambon. Tak terlihat sama sekali kecanggungan dari mereka, semua berbaur menjadi satu.

NUGIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang