BAB 23

12 2 0
                                    


"When you look closely to the path you have travel on, you will realise that god was always with you, directing every step you took"
(Lailah Gifty akita)

Intan tertatih dengan dibantu berjalan oleh Nugie dan Audry dengan trekking pole yang mereka bawa. Dan sepertinya trekking pole itu sudah tidak bisa membantunya, karena kali ini mereka semua harus berjalan merangkak, bukan lagi berdiri.
Wajah mereka berdebu, cuaca begitu dingin, tubuh yang lelah seakan-akan terus saja berkata "Menyerahlah, menyerahlah". Akan tetapi semuanya kini hilang diterpa sesuatu yang membuat mereka tersenyum takjub. Tepat pukul lima seperempat mereka diberi sebuah kejutan dari Semeru yaitu matahari terbit di atapnya Pulau Jawa.

"Bentar Ndre," teriak Vino keheranan.

"Kenapa?" sahutnya.

"Itu...," kata Vino sambil menunjuk ke arah timur. Nugie tersenyum saat melihat Vino yang terpana takjub melihat sesuatu yang sebelumnya belum pernah dia lihat selama ini.

"Nug, kamera!" pintanya.

Nugie mendekatinya sambil memberikan tas summit yang berisi kamera.

"Ini sih namanya keren. Seperti mimpi kita berdiri melihat matahari terbit di atas awan sekarang. Gila, seperti laut aja ini awannya," katanya lagi sembari terus memotret.

Mas Firman mendekati Vino dan berseru padanya, "Ini kejutan ketiganya Semeru. Ranu Kumbolo, padang ungu Oro-Oro Ombo dan pastinya ini," tunjuk mas Firman.

Yang lain pun tampak bersemangat melihat matahari terbit, walau mata lelah karena kantuk mendera. Tak henti-hentinya mereka bertujuh kagum dengan keindahan ciptaan Tuhan, sebuah mahakarya sempurna. "Ini gila men!" seru Vino dengan masih terus memfoto keindahan matahari terbit Gunung Semeru.

Mas Fiman yang berdiri di dekat Vino kemudian menepuk punggungnya perlahan dan berseru lirih, "Sebentar lagi kita sampai di puncak!" Vino tersenyum, dan kembali adegan dua boneka kudanil sedang bertemu dan saling melemparkan senyuman barby.

"Iya mas, kita sampai," sahutnya yang merasa dialah teman seperjuangan dengan Mas Firman yang berbentuk seperti gajah.

"Lanjut?" tanya Andre.

Semua serempak menjawab, "Lanjut..." Kelompok pendaki dari Bang Ben juga nampak bersemangat, tahun 2004 ini mungkin akan menjadi tahun yang luar biasa bagi Nugie dan rekan-rekannya. Cerita drama kehidupan dan pendakian menghiasi perjalanan kehidupan mereka.

Mereka pun dengan bersusah payah melanjutkan kembali pendakian tersebut, Mas Firman merangkak di belakang Vino dan Andre, Audry dan Intan mengikutinya di belakang, sementara itu Nugie dan Ahmad masih menjadi sweeper di bagian belakang mengiringi mereka semua. Para pendaki lain juga nampak saling bersusah payah, saling bahu membahu dan saling berteriak parau pada rekan-rekannya, "Ayo kalian bisa!" Di depan, Andre mengangkat tangan kanannya untuk memberi isyarat kepada tim untuk berhenti.

"Gimana? Masih capek?" tanyanya.

"Enteng begini capek? Buat apa kita dulu latihan fisik kalau enggak kita gunakan saat ini," kata Vino terengah-engah dengan wajah penuh debu.

"Gaya banget, tadi aja pengen balik kandang, sekarang ngomong enteng," celetuk Nugie. Dan langsung saja semua tertawa melihat kelakar Vino pagi itu.

Di hadapan mereka semua, puncak tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru menanti injakan kaki para petualang-petualang tersebut. Beberapa meter di depan sudah menunggu mereka yang selalu bertanya, "Seberapa hebatnya sih Mahameru itu dan apa yang sebenarnya dicari oleh para pendaki-pendaki ini? Dan apa nilai yang ada saat kita mendaki ke sana?"

"Kemarin yang semuanya pada nanya Mahameru itu apa. Itu jawabannya..." tunjuk Mas Gembul. "Beberapa meter lagi, puncak Mahameru menanti kedatangan kita," tukasnya lagi.

NUGIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang