"They have to be metaphorical, because their interpretation will be different for each individual life!" (Fred Van lente)
Intan dan Audry nampak ketakutan saat badai gunung tersebut menerjang. "Nug...," panggil Intan. Dia memegang erat lengan Nugie.
Sementara itu, Mas Firman berdiskusi dengan Bang Ben beserta beberapa orang lain. Suara badai tersebut memekakkan telinga dengan derunya yang semakin keras terdengar, membuat semua pendaki tersebut sedikit mengeraskan suaranya saat berbicara. Beberapa orang merasakan nyali yang menciut saat terpaan badai itu menerjang, yang pada akhirnya mereka memutuskan kembali. Memang kekuatan alam tidak bisa diduga, juga tidak bisa dilawan. Sama seperti saat badai ini menerjang, badai yang menyiutkan nyali beberapa orang pendaki.
Bang Ben mendekati tim Nugie, dan bertanya. "Kira-kira masih bisa lanjut enggak teman kalian? Kalau enggak, biar kembali aja ke Arcopodo, di sana mungkin juga masih ada beberapa orang yang enggak ikut ke atas," anjurnya pada kelompok Mas Firman.
Nugie memandang Audry yang kedinginan, dia tahu apa yang sedang dirasakan Audry saat ini. Nugie mendekat, "Dry, sebaiknya kamu balik aja ke camp. Nanti beberapa orang dari kita akan mengantar kamu ke bawah."
Audry menggelengkan kepalanya, dia bersikeras bertahan dalam keadaan lemahnya. "Ini kesempatan yang jarang sekali aku dapat Nug. Aku mau sampai puncak bersama-sama."
"Tapi dengan keadaan ini kamu enggak mungkin bisa sampai di atas," sahut Vino yang berusaha menahan pegangan ponco yang hampir terhempas oleh badai tersebut.
"Iya, lagian kita bisa kapan-kapan lagi mendaki ke sini." Intan menambahi.
Audry memegang tangan Intan sembari tersenyum. "Aku mau yang sekarang, bukan besok."
"Tapi...," sahut Vino terpotong.
"Tenang, aku baik-baik saja," kata Audry.
Vino melihat Mas Firman dan menyerukan satu kode. "Gimana Mas? Apa gak bahaya kalau kita lanjut. Badai ini juga buat kita kesulitan untuk naik ke atas. Bau belerang juga menyengat Mas," ujarnya gusar.
Mas Firman mengangkat kedua bahunya, dia pasrah. Lalu dia melihat Nugie, "Menurut kamu?"
"Kalau sekiranya masih bisa, ya enggak apa-apa juga sih. Badai ini pasti juga enggak lama Mas, dan bau gas ini mungkin hanya sebentar saja, karena angin sekarang menuju ke arah kita," ulas Nugie sambil melihat jam tangannya.
"Kurang beberapa jam lagi kita juga udah sampai di atas, matahari juga pasti sudah nongol nanti. Gas sulfur ini nanti bisa terurai kalau terkena matahari," tambahnya lagi.
Setelah berdebat agak lama, akhirnya mereka semua memutuskan untuk melanjutkan pendakian setelah badai mereda. Mereka semua nampak merapatkan barisan untuk mencegah badai langsung menerpa tubuh mereka. Beberapa waktu kemudian badai tersebut berangsur berkurang. Dan semua kelompok pendaki lainnya juga bersiap untuk melanjutkan pendakiannya kembali.
Beberapa waktu kemudian setelah badai mereda, mereka melanjutkan pendakian. Kurang lebih mendaki selama 15 menit dari arah belakang kelompok Mas Firman, tiga orang dengan pakaian yang lusuh dan sedikit ketinggalan zaman untuk tahun milenium seperti saat ini, melewati mereka. Mereka menundukkan kepalanya dan tersenyum pada kelompok Mas Firman tanpa berkata apa-apa. Andre dan Bang Ben hanya berdiam diri melihat mereka bertiga, sedangkan Vino membalas sapaan mereka dengan mempersilakan mereka mendahului, "Silakan Mas," jawabnya dengan senyuman.
"Pakaian mereka kuno ya," bisik Vino setelah ketiga pendaki tadi sudah melewatinya.
"Sst... Engak boleh begitu No," Nugie memperingatkan sahabatnya untuk tetap menjaga segala macam perkataannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NUGIE
RomancePerempuan, cinta dan Purnama adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan diantara kisah romantisme sang demonstran. _______________________________________ NOVEL ini pernah diterbitkan dengan judul "ACTA ES FABULA di Surakarta ; ISBN : 978-602-6915...