BAB 8 - "Life would be meaningless, if we have a meaning for others"

41 6 5
                                    


Beberapa saat kemudian ruangan itu mendadak hening, mereka semua saling memikirkan masalah ini dengan lebih mendetail, membahasnya berulang-ulang lewat catatan-catatan yang masing-masing mereka bawa. Nugie dan Ahmad masih terlihat sibuk memperbincangkan sesuatu dengan wajah yang serius. Nugie memandangi rekannya satu per satu, lalu berbicara kembali, "Idealisme terkadang bisa membunuh sisi realitas seseorang. Saya yakin itu. Tapi saya masih yakin dengan prinsip yang saya pegang teguh. Saya akan berkata benar jika memang itu benar, saya akan berkata salah jika itu salah. Itu sudah menjadi prinsip saya. Saya tidak ingin di sini nanti ada anggota kita yang korup. Saya tidak mau ada suap di sini walaupun itu realitasnya."

Ruangan itu menjadi hening kembali, di antara 10 orang pengurus yang hadir saat itu hanya bisa diam tanpa suara. Mereka saling berpandangan satu sama lain dan kembali mengulasnya dengan rekan-rekan di sampingnya.

"Ini adalah tonggak dasar saya dengan Ahmad mendirikan serikat buruh ini. Karena saya juga tahu di luar sana banyak sekali kaum buruh yang tertindas, terluka dengan kesewenang-wenangan mereka yang berduit," ujar Nugie.

"Jadi silakan bagi semua orang yang tidak setuju dengan pendapat saya untuk segera pergi meninggalkan organisasi ini. Saya persilahkan segera. Asal kalian semua tahu, ini bukan organisasi profit!" Nugie memandang satu per satu orang yang hadir pada malam itu. Kembali dia mengutarakan sebuah penegasan dan penekanan, "Karena organisasi ini tidak butuh orang-orang pengecut, organisasi ini butuh orang-orang yang berani menyatakan benar jika itu benar, salah jika itu salah," kata Nugie lagi dengan intonasi penekanan yang terdengar menggema di dalam ruangan kecil ini.

Setelah rapat selesai, Ahmad mendatangi Nugie, ia sedikit mencemaskan pendapat yang tadi Nugie katakan. "Nug, bisa enggak kamu lebih menekan idealisme kamu, untuk kepentingan kita bersama. Kita butuh memutuskan masalah dengan mufakat. Tapi kita juga perlu memikirkan keselamatan kita semua, nasib-nasib kita semua," cemasnya.

Nugie memegang pundak Ahmad seraya berkata, "Bisa, asalkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah kita bangun di awal pembentukan organisasi ini Mad, diluar itu tidak ada kompromi lagi."

"Oh ya, bagaimana kasus tempo hari Mad?" Nugie mengalihkan pembicaraannya.

"Kita sudah mediasi dengan perusahaan dan karyawan itu. Tapi masih belum ada titik temu," kata Ahmad. Nugie menatap Ahmad dalam diamnya, seakan dia bisa berbicara lewat sorot matanya.

Malam itu menjadi malam yang panjang bagi Nugie, dimana dia bertemu dengan namanya ketidakselarasan pendapat dengan beberapa anggotanya. Dia kembali merenungkan apa yang sudah ia lakukan sedari tadi. Dalam kamar kecilnya itu, ia kembali menuliskan beberapa kalimat dalam catatan hariannya.

"Idealisme tidak akan pernah bisa membunuh sisi realisme seseorang, asalkan dia tahu diri dan tahu tujuannya untuk apa dia mempertahankan idealismenya itu."

Tampak beberapa baris buku tertata rapih di atas meja kerjanya. Buku-buku tentang sikap protes yang tidak didengar oleh negara yang dia cintai. Dengan tetap melihat sisi humanisme yang ada dalam setiap fakta kehidupan. Nugie terdiam beberapa detik, kemudian dia memandang ke dalam sebuah bingkai foto, dimana dia berada sangat dekat dengan kakaknya yang telah meninggal karena penyakit jantung setelah pendakian ke Gunung Jaya Wijaya 17 Agustus tahun 1999. Memori kedekatan dengan kakaknya tidak akan pernah hilang, kakak yang dulunya menjadi seorang yang ia contoh. Seorang kakak yang selalu mengajaknya bermain dekat dengan bumi dan menjelajahi alam.

Beberapa waktupun berlalu, orang tua Nugie kembali menemukan sebuah surat kaleng untuk yang ke-empat kalinya dalam dua bulan terakhir ini. Surat itu berisi ancaman terhadap sepak terjang Nugie dalam membangun organisasi serikat kerja di kotanya dan juga beberapa tulisan yang dirasa menyudutkan beberapa pihak karena sikap protes pada beberapa pihak lewat surat kabar. Surat itu pun berisi larangan mengkritik ke suatu golongan tertentu.

NUGIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang