Hari berganti hari, seusai demonstrasi tersebut berakhir semuapun kembali pada rutinitas seperti biasanya. Nugie kembali sibuk dengan kegiatan organisasinya. Seperti yang ia lakukan pada waktu itu bersama dengan teman-temannya. "Ini adalah organisasi perjuangan kita untuk mereka-mereka yang perlu mendapatkan hak-haknya." Ahmad mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke langit-langit bangunan tua itu. Suaranya begitu lantang, hingga terdengar menggema dalam ruangan tersebut.Beberapa orang saling berbisik. Salah satunya adalah Tarman, orang yang selalu mengomentari gaya berbicara Ahmad yang selalu bersemangat. Iapun pada akhirnya tak betah berlama-lama untuk tidak berkomentar. "Mbahnya lagi ngomong!" Nugie yang mendengar celetukan tersebut tersenyum simpul.
"Kita harus menyatukan tekad, semangat, visi dan misi untuk satu tujuan." Ahmad berseru-seru dengan semangat saat berbicara di depan rekan-rekannya. "Satu visi dan satu misi. Itu adalah dasar kita berdiri di sini," tambahnya untuk menutup rapat malam itu.
Malam itu cuaca tampak sedikit panas dan lembab walau jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Tak banyak aktifitas yang terjadi di jalanan kota Banyuwangi kala itu. Hanya beberapa mobil satu-dua saja yang terlihat di jalanan malam tersebut. Di area jalan Tengiri, di tempat biasa Nugie dan rekan-rekannya mengadakan rapat itu, sebuah obrolan terjadi. Mereka semua membahas tentang beberapa masalah-masalah tentang ekonomi-politik dan juga visi-misi lembaga non-profit yang ia dirikan bersama Ahmad. Organisasi serikat pekerja tepatnya. Percakapan-percakapan yang terjadi kala itupun terlihat sangat berapi-api, karena yang saat ini berbicara adalah Ahmad. Orang yang nota bene memiliki kemampuan untuk membakar semangat rekan-rekannya, lewat suara-suara dramatisnya yang selalu terdengar menggebu-gebu.
Mereka semua berbicara panjang lebar tentang berbagai hal hingga tak terasa malam semakin larut. Orang-orang di dalam ruangan tersebut akhirnya menyudahinya dan segera keluar meninggalkan ruangan kecil itu setelahnya. Hanya Nugie saja yang tetap berada di dalamnya. Tampaknya, ia masih asyik membaca buku lusuh yang ia keluarkan dari dalam tasnya. "Aku ini binatang jalang - Chairil Anwar" tampak sekilas tulisan tersebut terlihat begitu samar di bawah bayang lampu yang redup. Salah satu buku favoritnya itu terlihat menemaninya menjelajahi malam.
Pemahaman akan sastra tersebut memang terlihat begitu melekat padanya, hal ini dibuktikan dengan beberapa koleksi-koleksi buku yang banyak ia miliki.
Ia selalu menyempatkan diri untuk terus menerus mengasah kemampuan sastranya. Dalam setiap kesempatan, iapun banyak menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dengan beberapa rekan-rekan lain yang memang menyukai karya sastra. Dalam setiap hal yang ia tulis, ia selalu mengungkapkan segala macam pandangannya dalam bingkai sastra. Tentunya hal ini sangat menarik, mengingat sastra bisa menerjemahkan banyak hal menurutnya. Tentunya hal ini, kaitannya dengan karya sastra yang selalu ia padukan dengan pandangan politiknya menjadi hal yang begitu dinamis dan manis. Mungkin itu yang ia maksudkan dari setiap apa yang selalu ia tulis. Membaca dan terus membaca juga menjadi ciri yang tidak ia tinggalkan. Sama seperti malam itu."Udah malam Nug." Ahmad menghampirinya. "Aku pulang duluan ya!" pamitnya kemudian.
"Hati-hati Mad," balasnya sambil melambaikan tangannya pelan.
Lama sekali ia berada di dalam ruangan tersebut. Membolak-balik halaman buku yang ia baca. Raut wajahnya semakin tegang tanpa ada senyuman yang terlihat. Tak ada rasa jengah. Ia begitu menikmati waktunya dengan buku-buku itu. Sesekali ia mengerutkan keningnya tanpa memperdulikan keadaan sekitar yang sudah tidak ada orang sama sekali. "Titititit.." Nokia 8210 itu menyala dengan nada deringnya yang khas. Nugie memandangnya, kemudian mengacuhkannya. Tak berselang lama kemudian, handphone itu berbunyi kembali. Masih tetap sama, dia tidak menggubris bunyi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
NUGIE
RomancePerempuan, cinta dan Purnama adalah sebuah kesatuan yang tak terpisahkan diantara kisah romantisme sang demonstran. _______________________________________ NOVEL ini pernah diterbitkan dengan judul "ACTA ES FABULA di Surakarta ; ISBN : 978-602-6915...