DUA PULUH

544 54 10
                                    

3 tahun kemudian....

Koeun telah sampai di bandara tepatnya di JFK Airport. Koeun sedang dalam masa libur dan kebetulan sekali orang tuanya membolehkannya untuk pergi menemui Mark.

"Koeun-ah" panggil Mark yang berdiri sekitar 5-7 meter di depannya. Koeun segera berjalan menuju Mark yang berdiri sambil tersenyum.

Dan sekarang ia telah berdiri tepat di hadapan Mark.

"Kau tidak akan memelukku?" tanya Mark. Koeun pun memeluk Mark menandakan bahwa ia snagat merindukan pria-nya itu.

"Apa kau pergi berolahraga?" tanya Koeun tiba-tiba. "Bagaimana menurutmu? Ayo, kita ke rumahku. Kau harus beristirahat" ucap Mark merangkul Koeun lalu mengambil alih koper yang dibawa oleh Koeun.

"Tidak ke hotel?" tanya Koeun. "Kenapa harus ke hotel? Ada aku disini dan ada dua kamar di rumahku jika kau takut akan terjadi hal-hal aneh" ucap Mark membaca pikiran Koeun. Koeun menggelengkan kepalanya.

.....

Mark membuka pintu apartment-nya dan Koeun masuk duluan.

"Woah, aku tidak percaya kau tinggal sendiri di rumah apartment yang cukup luas ini" ucap Koeun.

"Memangnya aku mau tinggal dengan siapa?" tanya Mark melepaskan coat-nya. KOeun pun duduk di sofa sedangkan Makr menyimpan koper Koeun di depan salah satu kamar.

"Ini kamarmu, jika kau ingin tidur bersamaku katakan saja" ucap Mark penuh percaya diri. Koeun hanya melempar bantal yang ada di sofa sebagai balasan dari ucapan Mark.

"Aku hanya bercanda" ucap Mark berjalan membawa bantal tersebut lalu duduk di sebelah Koeun.

"Apa Suhyun masih mengganggumu?" tanya Koeun menghadap Mark.

"Tidak juga, sepertinya dia sudah mendengar soal rencana yang digagalkan oleh ayahku" ucap Mark.

"Tapi, kau tahu ini aneh, orang tuaku selalu melarangku untuk mengunjungimu bahkan saat kau memintaku karena alasan terlalu jauh atau mereka takut pada hal lain" ucap Koeun.

"Karena mereka sekarang percaya padamu" ucap Mark. Koeun hanya mengangguk lalu berdiri.

"Sekarang, tunjukkan kamarmu. Aku lebih ingin tahu kamarmu dibandingkan kamarku sendiri" ucap Koeun. Mark hanya tersenyum lalu mengikuti keinginan Koeun.

Mark membuka pintu kamarnya dan membiarkan Koeun masuk.

Kamarnya terlihat nyaman dan rapih. Ada banyak sekali figura-figura di kamarnya dan buku-buku. Cocok sekali dengan Mark.

"Buku-bukumu selalu banyak dan tidak berubah" ucap Koeun melihat rak-rak yang berisikan buku.

"Tentu saja" ucap Mark. Koeun akhir duduk di ranjang Mark.

"Apa kau sudah mulai bekerja di perusahaan ayahmu?" tanya Koeun.

"Sudah" ucap Mark duduk di sebelah Koeun.

"Sebagai apa?" tanya Koeun. "Hm... menurutmu apa?" tanya Mark.

"Direktur? President?" tanya Koeun. "Tidak, karyawan" ucap Mark.

"Aku tidak percaya kau menjadi karyawan saat kau bisa saja menempati jabatan paling atas karena ayahmu" ucap Koeun.

"Aku yang memintanya lagipula rumah ini adalah hadiah dan masih dibayar oleh ayahku namun nanti aku akan membayarnya balik, setidaknya separuhnya" ucap Mark.

"Ouh, kau anak yang baik" ucap Koeun tersenyum lalu mengusap kepala Mark seperti anak kecil.

"Apa kau tidak ingin melihat kamarmu? Apa kau tak ingin istirahat?" tanya Mark.

You Call It RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang