Typo, berhati-hatilah!
Haruna
'Haru sayang, kami akan berkunjung ke rumah hari ini. Tapi kemungkinan nanti sore kami tiba, sekitar pukul empat, mungkin, karena Ethan masih mengurusi beberapa hal dikantor'
Oh my god.
Itu email dari Aira, ibu mertuaku.
Bagaimana ini? tanyaku panik dalam hati.
Baiklah. Tarik napas. Buang. Tarik napas. Buang.
Bukan tanpa alasan aku bersikap panik seperti ini? Penyebabnya adalah si dingin arrogant itu. Andai saja dia sedang berada di rumah tentu aku akan merasa tenang.
Ini hari keduaku di New York, tapi aku sudah dibuat kelimpungan oleh Davian. Begitu juga pagi kemarin, setelah pergi, Davian pulang ke rumah dengan wajah dinginnya satu jam kemudian.
Tapi tak lama setelah itu dia keluar dari kamarnya, dia pergi lagi dan aku tak tau kemana Davian, lagipula itu bukan urusanku.
Pernikahan kami merupakan keinginan dari orang tua Davian dan nenekku, jadi wajar saja jika kami saling bersikap acuh dan dingin pada satu sama lain.Apa yang bisa diharapkan dari pernikahan tanpa cinta?
Hambar! Mati rasa! Mungkin seperti itu.
Aku mengerang kecil melihat jam dipergelangan tanganku. Sudah pukul tiga, tapi Davian belum juga pulang. Sementara aku tidak mempunyai nomor ponsel lelaki itu.
Berjalan keluar rumah, berharap Davian segera datang. Tapi, nihil.
"Bagaimana ini?" aku berjalan mondar mandir sambil mengigit kukuku geram.
Aku kembali berjalan masuk ke dalam, "Lusy." panggilku pada salah satu pelayan.
"Ya, nona. Ada apa?" tanyanya.
"Apa kau mempunyai nomor ponsel Davian yang bisa dihubungi?"
Lusy menggeleng, "nona ingin menghubungi tuan?"
Aku mengangguk.
"Biasanya jika tuan tidak pulang ke rumah, tuan pasti sedang berada di apartemennya." jelas Lusy.
"Apartemen? Apa jauh dari sini?"
"Tidak nona," jawab Lusy, "jika nona ingin ke sana nona bisa diantarkan oleh Jerry,"
"Suruh Jerry bersiap untuk mengantarku ke apartemen Davian!" perintahku.
Lusy mengangguk dan bergegas menuju ke depan untuk menemui Jerry.
Aku masuk kedalam kamar, memakai mantel dan kembali keluar dan menemui Jerry yang ternyata sudah siap mengantarku.
.
.
.Aku menekan beberapa digit angka pada password apartemen Davian.
Tadi Lusy memberitahuku tentang password itu. Lusy sering membersihkan apartemen Davian, maka dari itu dia tahu mengenai apartemen Davian dan aku bersyukur akan hal itu.
Jika tidak aku akan sulit masuk untuk menemui si menyebalkan itu.
Saat pintu terbuka aku langsung menerobos masuk dan berjalan menuju bagian dalam, tapi mataku langsung membola besar saat kakiku menapak di ruang tengah.
Disana, di atas sofa dua sosok itu tengah asyik bergumul saling melumat bibir satu sama lain. Si wanita duduk dipangkuan si lelaki dengan posisi yang sangat intim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? 🔚
General FictionMereka menikah tanpa didasari oleh cinta. Mereka di satukan karena dijodohkan. Akankah cinta bisa hadir pada dua hati itu? Sementara perjalanan pernikahan mereka dipenuhi berbagai masalah.