Why You - 5

10.6K 472 5
                                    

Typo!!!

---

Haruna merebut gelas ditangan Mirai saat gadis itu ingin mengisi kembali gelasnya dengan vodka yang sudah tinggal setengah botol.

Beberapa menit yang lalu mereka sampai di sebuah bar yang Haruna sendiri tak tau apa namanya, yang jelas saat ini dia sedang mengikuti Mirai.

Temannya itu langsung memesan tiga botol vodka dan minum seperti orang kesurupan.

"Hentikan, Mirai!" teriak Haruna cukup keras. Dia masih mengenggam gelas kecil ditangannya, sementara Mirai mencoba meraih gelas itu dengan susah payah karena sudah setengah mabuk.

"Berikan gelas itu padaku, Haru," pinta Mirai, dia masih berusaha merebut gelas ditangan Haruna.

"Tidak," tolak Haruna, "sebenarnya ada apa dengan kalian? Maksudku antara kau dengan Lawrence."

Mirai berdecih kesal, "jangan menyebut nama lelaki brengsek itu didepanku, Haru! Aku benci segala hal tentang dia dan aku tidak ingin berurusan dengannya. Ck! Aku tidak menyangka jika kau menikah dengan salah satu anggota keluarganya."

"Oke, kesampingkan dulu masalah tentang dengan siapa aku menikah." Haruna berhenti sesaat. "Jika kau tidak lagi peduli padanya, kenapa kau sefrustasi ini dan melampiaskan rasa frustasimu pada alkohol?"

"Itu caraku agar tidak ingat dia, minum sampai mabuk dan tertidur tanpa sadar," Mirai meraih botol vodka di atas meja dan meneguknya langsung.

"Hentikan!" Haruna merebut botol di tangan Mirai. "Itu hanya merusak dirimu, Mirai."

"Kau menyebalkan, Haru, aku bahkan tidak peduli akan hal itu,"

Haruna hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk bercerita, tapi sekarang kita harus pulang, aku akan mengantarmu."

Haruna mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar minuman Mirai, dengan susah payah dia meraih lengan gadis itu dan menyampirkannya di lengannya.

"Aku tidak mau pulang!" tolak Mirai.

Haruna menghela napas lelah, dia memang agak kesusahan saat ingin membopong tubuh Mirai.

Memang tubuh sahabatnya itu tidak gemuk, hanya saja Mirai memiliki tubuh yang jauh lebih tinggi darinya.

Kalau begini dia harus menghubungi Lawrence. Demi tuhan, Haruna belum sampai seminggu berada di sini, jadi dia tidak tau seluk beluk kota ini.

Bisa-bisa Haruna tersesat kalau berjalan tanpa seseorang yang di kenalnya.

Me : Jemput kami di Dive Bar, law. Mirai tidak mau diajak pulang. Dia bahkan sudah mabuk berat

Aku mengirim pesan pada Lawrence, aku sebenarnya tidak tega jika membiarkan Mirai bersama Lawrence saat ini, hanya saja kondisinya sangat sulit.

Selang beberapa menit pesan masuk dari Lawrence.

Lawrence : aku akan tiba di sana dalam sepuluh menit, kak. Tunggu saja dan tolong jaga Mirai

Aku mendesah lega, "maaf, aku terpaksa melakukan ini." Bisik Haruna pelan.

Bar ini cukup ramai di penuhi berbagai pengunjung dan Haruna risih akan tatapan nakal beberapa orang yang melirik ke arah mereka. Lebih tepatnya ke arah si cantik Mirai. Tidak mungkin mereka melirik ke arah Haruna yang menpunyai wajah berbekas luka.

Tapi Haruna sudah terbiasa akan hal itu.

Haruna tersentak saat seseorang menepuk pundaknya.

"Mau minum bersamaku manis," ajak sesorang lelaki yang menepuk pundaknya.

Haruna menggeleng cepat dan menepis tangan lelaki tadi.

Hal itu membuat si lelaki kesal.

"Dasar jelek sok jual mahal!" maki lelaki itu kemudian berlalu pergi.

Haruna mengabaikan lelaki itu, dia meraih lengan Mirai kembali dan membawa gadis itu berajak dari kursinya.

"Ayo kita pulang," ajak Haruna.

Dengan susah payah dia membawa tubuh Mirai yang sudah mabuk berat. Tapi baru melangkah sekitar tiga langkah, tubuh keduanya terjatuh dilantai karena kaki Mirai yang tersandung.

"Ayolah, Mirai," Haruna berusaha bangkit kembali. Tapi ternyata sangat susah. Dia kesulitan membawa tubuh itu.

Mata para pengunjung langsung tertuju kearah mereka berdua, menyebabkan Haruna merasa risih.

Tapi saat dia mencoba berdiri, Haruna merasakan jika ada yang kembali menepuk bahunya.

Mendengus napas kesal, Haruna membentak orang tersebut, "jangan menyentuhku!"

"Hei, hei, tenanglah," suara seorang lelaki membuat Haruna mendongak.

Mata Haruna langsung tertuju ke arah sosok itu. Tampan, satu kata yang langsung terlintas saat melihat senyuman lelaki itu.

"Haruna 'kan? Istri Davian," tanya sosok itu.

Haruna mengangguk, "darimana kau tau?"

Lelaki itu terkekeh kecil, "tentu saja aku tau, aku bahkan hadir di pesta pernikahan kalian."

"Maaf, aku tidak ingat."

Lelaki itu tertawa, "tidak apa, tentu saja kau tidak mengingatku, karena yang menghadiri pesta pernikahan kalian sangat banyak. Oh ya, aku Arvon Bonnie, sepupunya Davian." Sambil mengulurkan tangannya.

Sopan sekali batin Haruna.

"Haruna," balas Haruna singkat sambil menerima uluran tangan Arvon.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Arvon.

Pertanyaan Arvon membuat Haruna tersadar jika dia harus membawa Mirai keluar dari bar ini.

"Mau membawa temanku keluar dari sini," jawab Haruna.

Arvon melirik gadis yang terduduk di samping Haruna.

"Bukankah dia mantan kekasih Law?"

Haruna mengernyit bingung. Saat dia ingin bertanya, suara Lawrence membungkam mulutnya yang sudah terbuka.

"Kak Haru," panggil Lawrence. "Kak Arvon ada di sini?"

Arvon mengangguk.

"Law, syukurlah kau datang," ujar Haruna lega.

Lawrence mengangguk, "aku akan membawanya pulang." Sambil mengendong tubuh Mirai dengan bridal style.

Haruna mengangguk.

"Kak Ar, tolong antar kak Haru pulang ya," pinta Lawrence.

"Tidak masalah," ujar Arvon singkat.

Lawrence tersenyum kecil, kemudian berlalu pergi membawa Mirai.

Meninggalkan Haruna dan Arvon.

"Ayo pulang," ajak Arvon.

Haruna mengangguk dan berjalan mengikuti langkah lelaki itu.

Keduanya berjalan keluar tanpa menyadari ada satu pasangan mata yang memperhatikan gerak gerik mereka dari tadi dengan tajam.

TBC

Why You? 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang