Sepertinya pembicaraan mereka semalam, hari ini Haruna akan menjenguk Mischa. Ia sudah memberitahu Mischa melalu pesan dan perempuan itu sangat senang menunggu kedatangannya.
Pagi ini, Haruna bangun lebih awal. Setelah selesaikan menyiapkan sarapan, ia berjalan menuju kamarnya untuk membangunkan Davian.
Saat membuka pintu kamar, senyum Haruna terukir melihat Davian yang masih tidur.
Ia bergerak mendekat. Duduk di sisi ranjang dekat dengan lelaki itu. Biasanya, jika dalam keadaan terjaga, wajah Davian selalu kaku dan jarang tersenyum, namun saat sedang tertidur, di matanya Davian jauh lebih menarik.
Tampan dan polos.
Ide jahil melintas dalam otaknya. Haruna terkekeh kecil, lalu menyelusup ke dalam selimut dan memeluk Davian.
Ia mengelus rahang suaminya, sesekali memberikan kecupan-kecupan pada tempat yang sama.
Haruna makin terkekek melihat Davian yang terganggu.
"Davian, ayo bangun," bisiknya seraya mencium telinga suaminya.
Haruna yakin Davian akan segera bangun, saat melihat kelopak mata lelaki itu bergerak pelan. Dengan segera Haruna naik dan duduk pada perut Davian.
"Ayo, bangun," Haruna mengecup hidung lelaki itu bertubi-tubi.
Haruna mendengus kesal, karena ia tau jika Davian sengaja berpura-pura mengabaikan apa yang ia lakukan.
"Dav,"
Dirinya kaget saat kedua tangan Davian mencengkeram pinggangnya dan mendorong tubuhnya ke bawah. Belum lagi rasa kagetnya hilang, wajah Haruna seketika memerah karena merasakan bagian intim lelaki itu mengeras di bawah pantat.
"Bercinta di pagi hari bukanlah hal buruk, sayang,"
Suara Davian membuat Haruna tersentak. Ia ingin segera menjauh, namun sayangnya Davian lebih dulu membalik posisi mereka, menyebabkan dirinya sudah berada di bawah tubuh besar suaminya.
"Eh, Davi, kau harus segera bersiap-siap. Kau bilang ada meeting pagi ini," ucap Haruna, ia sengaja tersenyum lebar agar Davian melunak.
"Tidak sayang, setelah apa yang kau lakukan barusan dan kau menyuruhku untuk bersiap-siap," ucap Davian dengan seringaiannya.
"Tapi,"
"Haruna dengar," Davian menyelipkan rambut Haruna pada telinganya, lalu mengelus pipi perempuan itu. "Jangan pernah menggoda pria di saat pagi hari," ia menurunkan daster Haruna, tapi mendapatkan penolakan dari yang punya. "Karena pagi hari, para pria akan jauh lebih sensitif." lanjutnya. Tangannya sudah bergerak menuju pinggang Haruna, lalu mengelus perut rata perempuan itu yang kembang kempis karena ulahnya. Ia tertawa dalam hati.
Davian menoleh pada Haruna ketika tangannya sudah puas bermain di perut istrinya. Ia tersenyum kecil melihat wajah gelisah sekaligus merona perempuan itu.
Dan Haruna sendiri, ia sungguh menyesal menjahili lelaki itu. Niatnya malah membuat Davian membalik keadaan.
"Ohh," desah Haruna saat merasakan jari-jari Davian di area pribadinya. "Da-Davian, hentikan..." ia menggelinjang karena Davian menyentuh tepat pada titik sensitifnya.
Saat sekali lagi Davian menyentuhnya, Haruna malah berteriak karena mendapatkan puncaknya. Tubuhnya bergetar kuat dengan mata terpejam erat saat menikmati pelepasannya pagi ini.
Bercinta dengan Davian selalu terasa luar biasa, Haruna akui ia hanya sekali merasakan sakit ketika percintaan pertama mereka, selebihnya Haruna akan di bawa pada titik kenikmatan paling tinggi oleh Davian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? 🔚
General FictionMereka menikah tanpa didasari oleh cinta. Mereka di satukan karena dijodohkan. Akankah cinta bisa hadir pada dua hati itu? Sementara perjalanan pernikahan mereka dipenuhi berbagai masalah.