Davian tersenyum puas, menatap Haruna yang sudah terlelap di atas ranjang dengan selimut menutupi tubuh sampai ke bahunya. Wajah gadis itu terlihat lembut dan damai. Kulit pipinya merona karena coklat hangat yang sempat dia minum tadi.Ya, Davian licik. Dengan sengaja memasukan pil tidur ke dalam coklat hangat milik Haruna.
Bukan tanpa tujuan, ia hanya tidak suka jika gadis keturunan Jepang itu harus bergerak mudah sesuai keinginannya, apalagi ruang gerak Haruna harus berada di kelilingi oleh Arvon.
Baiklah. Kini saatnya ia mulai bekerja agar esok hari ia bisa melihat wajah Haruna bersimbah airmata.
"Tidur yang nyenyak, nyonya Jade." Davian mengecup kuat bibir Haruna. Kemudian berlalu keluar kamar.
Ia meraih ponselnya dan menghubungi Arvon.
"Apa kau gila. Ini waktu untuk tidur dan kau pikir ini jam berapa, Dav."
"Terlalu banyak bicara!" ujar Davian santai. "Dengarkan ini baik-baik, Ar, karena aku hanya berbicara satu kali saja." jeda sebentar. "Mulai besok nama atas kepemilikan pantimu sudah beralih padaku. Akan ada orangku yang datang untuk mengurus proses semuanya besok."
"Well, Dav. Aku mencium aroma yang tidak asing di sini." goda Arvon dari seberang, namun mempunyai makna sindiran yang tidak di tutupi.
"Singkirakan omong kosong yang ada dalam otakmu itu!"
"Davian... Davian... Dengar, kau tidak pernah menyentuh asetku selama ini. Jangankan untuk menyentuh, peduli saja tidak ada dalam kamusmu. Jadi, bisa aku katakan sekarang. Kau hanya tidak ingin mainanmu memberontak bukan?!"
"Apa maksudmu?"
"Cih, orang bodoh pun tau jika yang aku maksud adalah Haruna. Kau tidak perlu berkilah, sepupu!"
"Tidak ada sangkut pautnya dengan, Haruna. Kau pikir sepenting itukah dirinya bagiku?"
"Terlalu culas, dude, atau kau hanya mengingkari hati kecilmu saja untuk menutupi rasa di hatimu yang mulai bersemi dari bibit yang pada awalnya kau abaikan. Teruslah seperti itu, sepupu dan kau akan mati perlahan."
"Jangan mengguruiku, Ar!"
"Aku tidak menguruimu. Kau sudah sangat pintar untuk menebak isi otakku dan mengendalikan situasi serta menjalankan semua rencana yang sudah kau susun rapi di isi kepalamu. Aku hanya berbicara tentang sebuah fakta."
"Seperti aku peduli saja dengan ocehanmu!"
"Haha, maksudmu kau tidak peduli? Omong kosong, Dav. Kau bisa membodohi gadis polos seperti Haruna, tapi tidak denganku."
"Cih, tidak perlu banyak berbicara. Aku hanya tidak ingin kau mempersulit."
"Ckckck... Sekarang aku tanya, apa artinya Haruna bagimu?"
"..."
"Tidak bisa menjawab? Baiklah, tapi karena sekarang aku sudah tau jawabannya. Well, sepupu. Aku ingatkan, hati-hati dengan rasa yang mulai bertumbuh pada dirimu, karena jika kau salah mengartikan kau bisa saja terjerat semakin dalam tanpa bisa kau cegah."
Klik.
Sambungan terputus.
"Sepupu, sialan!" umpat Davian.
Dengan kesal ia mengetik pesan di ponselnya dan mengirimkan pada asistennya.
Aku ingin panti milik Arvon rata dengan tanah sebelum jam 12 siang besok!!
.
.
.Haruna seakan tersentak. Kesadaran membawanya pada kenyataan. Matanya menatap sedih lahan kosong di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? 🔚
General FictionMereka menikah tanpa didasari oleh cinta. Mereka di satukan karena dijodohkan. Akankah cinta bisa hadir pada dua hati itu? Sementara perjalanan pernikahan mereka dipenuhi berbagai masalah.