Why You - 26

9.4K 421 15
                                    


Typo!!!

Haruna mendesah berat, sudah lebih dari lima belas menit ia berada di kamar mandi super besar milik Davian. Ia memilih mengganti pakaian di kamar mandi dari pada di walk in closet.

Dia sudah berpikir beberapa menit selama di kamar mandi, bagaimana cara dia bisa keluar dari kamar Davian, sementara Haruna tahu sendiri jika kunci kamar ada pada Davian dan menyebalkan ada dalam saku celana lelaki itu.

Haruna yakin jika Davian tidak akan membiarkan dirinya keluar dari kami ini, mengingat betapa keras kepalanya penerus Jade Company itu.

Dan satu-satunya cara yang paling masuk akal adalah menunggu Davian tertidur, lalu Haruna akan mengambil kunci dari saku Davian. Finally, ia akan langsung keluar dan menuju kamarnya.

Oh, sial. Satu lagi keluhan yang membuat Haruna ingin menjerit dalam hati, yaitu piyama yang diberikan Davian. Betapa bodohnya Haruna menerima begitu saja piyama tadi, tanpa melihat ukurannya.

Alhasil hanya bajunya saja yang Haruna pakai, itupun panjangnya sampai di lutut Haruna, sementara celananya akan melorot untuk ukuran pinggangnya.

Baru Haruna sadari, begitu mungilnya tubuhnya ketika memakai piyama Davian.

"Hei, jelek! Cepat keluar!" teriak Davian dari luar kamar mandi.

Sejenak Haruna tersentak, kemudian mendengus kesal. Tanpa perlu menunggu lama, ia keluar dengan cepat dan hampir menubruk tubuh besar Davian yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Apa kau tidur di dalam? Kenapa begitu lama?" tanya Davian kesal.

"Apa aku terlihat seperti orang tidur?" Haruna balik bertanya.

Mata Davian menjelajahi tubuh Haruna dari atas sampai bawah dan seketika senyum miring tercetak pada bibir Davian, "pendek. Kau pendek sekali. Lihatlah tubuhmu." nada ejekan itu mampir di telinga Haruna.

Haruna tidak fokus pada ejekan yang dilontarkan oleh Davian, namun matanya tertuju pada handuk yang melingkar pada leher lelaki itu. Yang artinya Davian akan mandi, otomatis kunci kamar pasti di simpan di tempat lain.

Bukankah itu menjadi kesempatan besar untuk keluar dari kamar ini.

Davian sendiri mendengus dalam hati ketika mata Haruna tertuju pada handuknya, "terlalu mudah dibaca." ia mengetuk pelipis Haruna pelan sehingga gadis itu tersentak. "Kau menginginkan ini?" Davian menyodorkan kunci tepat di depan hidung Haruna.

Seketika rasa kesal menjalari hati Haruna, bagaimana Davian begitu pintar membaca gelagatnya.

"Untuk apa kau menahanku disini?" tanya Haruna.

"Kau tuli? Tadi aku sudah menjawab pertanyaanmu," jawab Davian.

"Davian, hentikan semua ini! Lalu kembalilah pada sikapmu saat pertama kali kita bertemu. Karena kau membuat semuanya semakin rumit," ucap Haruna perlahan. Dalam dirinya ia mencoba untuk tidak berteriak di depan Davian.

"Apa untungnya aku jika menuruti kata-katamu? Dengar, kau sudah terlanjur memasuki hidupku, kau pikir bisa mudah lari begitu saja!" Davian berkata seraya mendekati Haruna perlahan. Sementara Haruna melangkah mundur dengan hati-hati.

Sampai tubuhnya oleng ke belakang karena kakinya membentur ranjang Davian, untungnya Davian cepat meraih pinggang Haruna sehingga tubuhnya tidak jatuh pada kasur.

Namun posisi ini lebih membuat Haruna risih karena wajah Davian terlalu dekat dengan wajahnya.

"Sekali lagi aku tanya, jelek. Apa untungnya bagiku jika menuruti perkataanmu?" tanya Davian lagi.

Dengan gugup sambil berusaha mendorong Davian menjauh, Haruna menjawab, "kau tidak akan terusik dengan keberadaanku, bukankah itu yang kau inginkan. Sekarang lepaskan aku?"

"Kau bahkan sudah terlanjur datang padaku dengan sendirinya, Miura!"

"Dengar, kalau bukan karena nenekku aku tidak akan mau menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai, kurasa kau pun begitu,"

"Haruskah aku bertepuk tangan akan alasan halusmu itu?" wajah Davian makin mendekat.

"Kau bisa menganggap apa pun itu. Lepaskan aku!" ucap Haruna mulai panik karena jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa senti saja. Bahkan napas hangat Davian sudah memenuhi seluruh wajah Haruna. "Davian, menjauhlah!" seraya mengalihkan pandangan pada objek lain.

Namun bagi Davian gerakan itu salah satu kesalahan fatal Haruna karena memamerkan leher kecilnya, apalagi dengan piyama kebesaran miliknya yang melorot dan hampir memperlihatkan sebagian bahunya.

Oh sial, dan aroma cherry itu selalu menciptakan sensasi tersendiri untuk Davian.

"Sepertinya aku tidak jadi mandi. Kurasa menghabiskan malam menyenangkan denganmu terdengar begitu menggoda,"

"Ap..." tubuh Haruna sudah jatuh ke kasur karena Davian melepaskan pegangan pada pinggangnya. "Kau..."

Haruna tersentak kala tubuh besar Davian melingkupi tubuhnya, tepat berada di atasnya dan kepalanya sudah menunduk sejajar dengan leher Haruna.

"Apa yang kau lakukan!" pekik Haruna penuh kepanikan. Dapat ia rasakan napas hangat Davian menerpa lehernya. Dan tangan kecilnya berusaha mendorong Davian menjauh.

Bukannya berhenti, Davian malah menghujani kecupan-kecupan kecil pada leher Haruna. Davian menyeringai merasakan tubuh Haruna yang menegang. Dan ia semakin bersemangat untuk mengerjai gadis keturunan Jepang ini.

"DAVIAN, APA KAU SUDAH GILA!" teriak Haruna. Tangannya terus mendorong Davian, namun semakin kuat ia mendorong Davian menjauh semakin banyak kecupan yang Davian berikan.

Ya tuhan, entah apa yang merasuki Davian sekarang jerit Haruna dalam hati hampir menangis.

"Kau, aromamu sangat enak,"

Haruna terbelalak mendengar penuturan Davian. Enak, dia pikir Haruna makanan.

"Kalau kau tidak melepaskanku, aku akan mengigitmu!" ancam Haruna. Dan ia patut merasa lega karena seketika Davian menjauh.

Haruna menghela napas lega dengan mata masih terpejam.

"Mengigitku? Tapi apa kau bisa mengigitku setelah aku melakukan ini?"

Haruna membuka mata, keningnya berkerut merasakan napas Davian tepat di depan wajahnya.

Dan.

Tanpa jeda, bibir Davian membungkam Haruna ketika gadis itu hendak menjerit.

Ini diluar otak Haruna, sudah dua kali dalam satu hari Davian menciumnya dan kali ini. Oh, apa ini? Haruna bahkan tidak pernah dicium seintim ini oleh seorang lelaki.

Otaknya terasa kosong, karena rasa lembut dari bibir Davian memenuhi setiap motorik syaraf pada tubuhnya, menghantarkan aliran darah menuju wajahnya, sehingga menyebabkan wajah Haruna terasa memanas.

TBC

Halo, aku datang bawa Haru ama Davi.

Part ini full mereka berdua loh.

Makasih ya, bagi teman2 yg masih mau nunggu Why You?
😊😊

Why You? 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang