Why You - 33

7.7K 397 25
                                    


Awas typo!!!

Davian kembali ke dalam rumah dan menemukan Haruna yang sedang berkutat di dapur. Gadis itu sepertinya sedang membuat minuman hangat.

Ia melihat baju yang tadi Haruna berikan ada di atas sofa. Segera ia berjalan menuju kamar yang tadi Haruna masuki.

Saat masuk, Davian terkagum melihat kamar Haruna yang rapi dan bersih. Bahkan aroma Haruna memenuhi indera penciuman Davian. Hal itu tentu saja menciptakan senyum pada bibirnya.

Segera ia mengganti pakaian basah dengan yang baru. Selesai. Davian segera keluar kamar dan menyusul Haruna di dapur.

"Membuat apa?" tanya Davian. Ia tersenyum samar melihat Haruna yang terkejut.

"Kau mengagetkan aku!" desis Haruna kesal.

"Makanya jangan terlalu asik dengan kegiatanmu,"

Haruna mendengus, "mau coklat hangat?"

"Aku lebih butuh kopi. Kopi yang pahit," ujar Davian. Untuk mengalihkan pikiranku darimu.

"Benarkan? Kau tau ini tengah malam dan kau tidak akan bisa tidur nanti," tegur Haruna.

"Itu yang aku inginkan. Aku tidak butuh tidur malam ini." Ujar Davian menciptakan kerutan pada kening Haruna.

"Terserah kau saja," ucap Haruna pada akhirnya. Kembali ia berkutat pada kegiatannya. "Sebaiknya kau menunggu di ruang tamu."

"Kenapa? Aku suka melihatmu dengan kegiatanmu," Davian menarik kursi dan duduk sambil bertopang dagu ia terus memperhatikan kegiatan Haruna.

"Itu membuatku risih!" tekan Haruna. Ia berbalik ke arah Davian. Membawa segelas coklat dan meletakan di meja tepat di seberang Davian. Kemudian ia kembali untuk membuat kopi untuk Davian.

Davian menyeringai. Dengan gerakan cepat ia memasukkan sebutir pil ke dalam gelas coklat milik Haruna. Gadis itu terlalu sibuk dan hal itu tentu memuluskan rencananya.

Lihat reaksi pil ini untuk beberapa menit ke depan gumannya dalam hati. Kemudian ia bersikap seperti semula seolah dirinya tidak melakukan apapun tadi.

"Sepertinya aku harus menambahkan kegiatanku, yaitu memperhatikanmu. Kau tau, ada rasa tersendiri ketika aku melakukannya," ucap Davian.

Haruna kembali berbalik. Membawa segelas kopi dan meletakan kopi tersebut di hadapan Davian dan ia duduk di kursi seberang lelaki itu.

"Kau aneh. Benar kata Arvon, kau seperti sedang dirasuki!" ujar Haruna.

"Ck," Davian berdecak kesal. "Jangan bawa nama sepupu bodoh itu dalam percakapan kita."

"Why? Arvon baik dan juga menyenangkan. Dia orang luar pertama yang menerimaku setelah keluargamu," ucap Haruna.

"Kau menyinggungku!!" tuduh Davian.

"Kau tersinggung?" ucap Haruna cepat. "Itu benar 'kan?  Kau yang pertama kali memperlakukan aku seolah aku adalah hama dalam hidupmu. Sikapmu, surat perjanjian dan mempekerjakan aku di kantormu sebagai bagian kebersihan. Tapi itu bukan masalah bagiku. Aku menerima semuanya. Yang tidak aku inginkan adalah sikapmu yang sekarang."

Untuk sejenak Davian terdiam. Apapun yang Haruna ucapkan semuanya benar. Memang sikapnya awalnya pada Haruna sangat buruk, namun sekarang setelah melihat kepribadian gadis itu, sikapnya yang ramah dan entah apapun itu dalam diri gadis itu membuat dirinya merasakan sesuatu yang berbeda. Hal yang tidak pernah ia rasakan ketika bersama Viona.

Viona? Jujur, akhir-akhir ini kekasihnya itu tidak pernah ada dalam pikirannya. Lagipula Viona akan sibuk dengan urusannya.

Namun bukan berarti ia melepaskan pengawasan pada Viona, tapi Haruna dan segala sikapnya sangat menyita dirinya.

"Seharusnya kau merasa senang karena aku perhatian padamu!" seringai ia lemparkan ke arah Haruna karena gadis itu berbicara sambil terus menyeruput coklat hangatnya.

"Kau tidak perlu repot. Aku senang dengan keadaanku dan akan lebih senang dengan sikapmu yang seolah menganggapku tidak ada," ujar Haruna.

"Sayangnya keingananmu dan keinginanku berbeda!" ucap Davian.

"Apa maksudmu?" tanya Haruna.

Davian menghitung waktu. Sudah lebih dari sepuluh menit. Ia beranjak dari kursi. Berdiri menghampiri Haruna. Merendahkan wajah ke arah gadis itu yang spontan bergerak menjauh, namun Davian terlebih dulu menahan tengkuknya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Haruna pelan. Karena posisi Davian begitu dekat, sedikit saja gerakan akan membuat bibir mereka bersentuhan.

Aroma parfum lelaki itu seketika menusuk indera penciumannya, namun entah kenapa ia sangat suka aroma lembut itu. Dan lagi, Davian tidak menjawab pertanyaannya, lelaki itu malah melemparkan sebuah seringaian padanya.

Waktu bergerak lambat. Haruna merasa risih. Ia berniat mendorong Davian menjauh, namun tangan lain lelaki itu malah mengunci kedua tangannya.

Dan seketika, ia merasa matanya mulai memberat. Namun tanpa Haruna sadari, Davian sudah menciumnya, dengan ciuman lembut dan gerakan menggoda dan basah.

Ia masih bisa merasakan bibir dan aroma kopi dari mulut Davian, namun matanya sudah tidak bisa di kontrol. Rasa kantuk itu semakin menjadi dan semua terasa ringan sambil perlahan merengut kesadarannya.

Merasa tubuh Haruna terkulai tak bertenaga yang artinya gadis itu sudah jatuh dalam tidurnya. Baru Davian melepaskan ciumannya.

"Tidur yang nyaman, Haru," gumannya di iringi senyuman miringnya.

.

.

.

Seorang perempuan mengeram kesal. Bagaimana tidak, ia sudah cukup lama menunggu, tapi gadis buruk rupa itu masih selalu berada di dekat Davian.

Seharusnya ia sudah mulai menjalankan semua rencana yang sudah ia susun dengan matang.

Tapi gadis buruk rupa itu selalu di dampingi, baik oleh Davian sendiri maupun oleh bodyguard sewaan Davian.

Ia benci harus menunda dan ia paling benci melihat gadis itu masih bisa tersenyum.

.

.

.

Haruna merasa tidurnya terusik. Ada jemari yang mengelus pipinya dan itu sangat mengganggu.

Ia menyingkirkan jemari itu dan kembali merapatkan selimutnya. Sampai sebuah suara yang ia kenal berkata...

"Sampai kapan kau akan bergelung dalam selimutmu yang nyaman itu, nyonya Jade. Tidakkah kau tau ini sudah pukul tiga sore,"

Suara itu dan terlebih lagi berkata mengenai waktu, membuat dirinya seketika membuka mata. Dan seketika ia terbelalak kaget karena wajah Davian begitu dekat dengannya.

Satu hal yang membuat Haruna harus menahan napas adalah ketika Davian yang duduk di pinggir ranjang hanya mengenakan handuk yang melekat manis pada pinggulnya tampak sangat liat.

Segera saja Haruna berteriak sambil mengumpati Davian. Ia secepat mungkin bergerak menjauh. Karena gerakan yang terlalu ekstra itu ia bahkan tidak sadar sudah terjatuh dari ranjang.

Bersambung

Updet tengah malam. Kayak kalong aja  hehe...

Yang nagih updet, harus kasi bintang yahh 😳😆

Btw, aku ganti nama lagi ya, jadi kalo ada notif updet dari nama ini jangan diabaikan, wkwk #maksa

Why You? 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang