Haruna meringis kecil, merasakan rasa nyeri ketika dirinya terjatuh di lantai. Ia sangat terkejut karena jarak Davian yang begitu dekat di tambah lagi lelaki itu hanya mengenakan handuk.
Dan lagi, seolah baru bangun dari tidur yang panjang, kepala Haruna rasanya berputar dan rasa dingin menelusuri sekujur tengkuknya.
Ah, apa yang sebenarnya terjadi? Ingatan terakhir Haruna, mereka tiba di rumah panti dengan cuaca yang buruk. Kopi. Coklat dan... Davian yang menciumnya. Hanya itu saja. Setelah itu semuanya terasa gelap.
Cepat-cepat Haruna memeriksa pakaiannya, ia menghela napas lega karena pakaiannya masih utuh. Ia takut Davian melakukan suatu hal ketika dirinya tidak sadar.
Ia tidak berharap, namun ia harus waspada. Karena mengingat kata-kata Arvon, bahwa Davian merupakan lelaki playboy.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Davian.
Suara lelaki itu membuat Haruna mendongak dan ia harus menyesal karena matanya langsung terarah pada perut liat dan dada bidang Davian. Dan matanya naik ke atas, sial, tulang selangka lelaki itu yang indah di matanya.
Haruna menggeleng dan berdehem sebentar, "tidak ada." ia berbohong seraya mengalihkan tatapannya pada dinding.
Namun Davian seolah tidak mengerti situasi. Lelaki itu malah mendekat ke arah Haruna. Tanpa peduli ia hanya mengenakan selebar handuk, ia berjongkok di depan Haruna.
"A-apa yang k-kau lakukan?" tanya Haruna terbata. Ia bergerak mundur, namun segera merutuki dinding di belakang tubuhnya.
"Jawabanmu kurang tepat, nyonya Jade." ucap Davian. Mengurung Haruna dengan tubuh serta kedua tangannya.
"Apa maksudmu?" tanya Haruna lagi. Sementara matanya mencari objek lain agar tidak menatap pada Davian.
Davian tersenyum, ia menyelipkan rambut Haruna ke belakang telinga, hal itu membuat Haruna berjengit kecil. Ia tertawa dalam hati melihat reaksi Haruna.
Kemudian Davian mengangkat dagu Haruna dengan jari telunjuknya, "aku dengan jelas melihat matamu yang tertuju pada tulang selangkaku. Kenapa? Kau ingin menyentuhnya?"
Mata Davian mengunci Haruna. Ia mendengus dalam hati karena bisa menbaca apa yang akan Haruna utarakan.
"Aku tidak!" bantah Haruna. Ia menelan ludahnya, berusaha agar tidak terlihat gugup.
"Pembohong!" Davian menyeringai, jenis seringaian yang paling Haruna tidak suka. "Aku bisa melihatnya dengan jelas, kau terlihat antusias dengan tulang selangkaku dan kau gugup sampai menelan salivamu sendiri."
"Aku. A-aku..." Haruna kaget ketika Davian meraih tangannya cepat dan membawanya untuk menyentuh tulang selangka lelaki itu.
Dingin dan liat. Dua hal itu yang pertama kali terlintas dalam otak Haruna ketika tangannya sudah mendarat di sana. Dan, lagi-lagi ia menelan saliva.
Seolah tersadar ia bergerak menarik tangannya, namun Davian menginginkan hal lain dan itu membuat Haruna menjerit dalam hati.
"Kau menyukainya?" tanya Davian remeh. Ia menahan tangan Haruna, bahkan ia mengerakan tangan mungil itu untuk menelusuri kedua sisi tulang selangkanya.
Haruna mendengus dan kembali menarik tangannya keras. Ia benci ketika Davian melayangkan tatapan meremehkan khas lelaki itu.
"Masih mengelak?" tanya Davian.
"Kau yang memaksaku!" ucap Haruna tegas.
"Tapi matamu tidak bisa berbohong," Davian mendekat. "Baiklah, lupakan hal itu. Bagaimana kalau gantinya aku yang menyentuhnya?" lanjutnya ambigu.
"Apa maksudmu?" Haruna bertanya karena bingung.
Davian memajukan wajahnya dan berbisik di telinga Haruna, "gantian menyentuhmu."
Haruna berjengit kala tangan besar yang terasa dingin menyentuh tempat yang sama percis seperti yang ia lakukan pada Davian tadi.
"Kau!" ucap Haruna.
"Kenapa?" tanya Davian santai. Telunjuknya dengan gerakan perlahan menelusuri tulang selangka Haruna. "Tidak adil jika hanya kau saja." ia tersenyum samar merasakan tubuh Haruna bergetar pelan.
Haruna meraih pergelangan Davian dengan kedua tangannya, "hentikan! Aku tidak menyentuhmu, karena kau yang memaksakan itu."
"Oh, ya. Seolah aku peduli. Intinya ketika kau menyentuhku, walapun itu sebuah paksaan, tetap aku harus menyentuhmu balik." desis Davian tepat di depan wajah Haruna.
Haruna memejamkan mata sesaat lalu membukanya kembali. "Peraturan macam apa itu?" ia segera menahan tangan Davian yang berniat bergerak kembali.
"Aturan? Itu bukan aturan, itu namanya timbal balik. Kau menyentuhku dan aku menyentuhmu!" ujar Davian. Ia senang dengan sensasi ketika tangan Haruna menahan pergelangannya.
"Omong kosong yang kau pelajari dari mana itu!" ucap Haruna. "Hentikan tanganmu, Jade!"
Bukannya mendengarkan Haruna, Davian malah menggenggam kedua tangan Haruna dan melepaskan dari pergelangannya. Ia menarik tangan Haruna, membuat gadis itu yang awalnya terduduk menjadi berlutut.
Karena pergerakan itu, tubuh Haruna semakin merapat pada Davian. "Lepaskan."
Davian terkekeh, "coba saja kalau bisa!" sambil mengelus bekas luka pada pipi Haruna. Gadis itu berusaha menghindar namun gerakannya dapat Davian baca, sehingga ia harus menahan punggung Haruna. "Aku suka tantangan. Dan kau tau..." ia sengaja memberi jeda, namun tangannya terus mengelus pipi Haruna. "Kau yang mulai memberontak, menciptakan tantangan tersendiri bagiku."
Haruna terpaku.
Davian tersenyum dan mencium sudut bibir Haruna. Lalu kemudian berdiri, "segera mandi dan bersiaplah, kita akan pulang setelah kau mendapatkan asupan untuk perutmu."
"Apa maksudmu? Kalau kau ingin pulang, pulang saja. Hari ini aku akan berada seharian di panti." ucap Haruna.
Davian mendengus remeh, "seharian di sini? Silakan saja berada di tempat yang sudah rata dengan tanah!"
Mata Haruna terbelalak. Sontak saja ia langsung berdiri berlari keluar kamar dan menuju keluar rumah.
Matanya melotot melihat tidak ada yang tersisa dari bangunan panti di sekelilingnya.
Bersambung
Btw, aku senang karena ada yang menunggu Why You updet. Jujur aja saat baca komentar kalian, aku senyum2 sendiri. Wkwk...
Tenang saja, komentar kalian yang hanya sekadar menyuruh next atau lanjut aja udah bikin aku senang. Hehe...
Tapi gak janji bisa updet cepat, hehe...
Kalo suka, tinggalkan vote, komentar yang banyak ya, jangan lupa share juga 😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? 🔚
General FictionMereka menikah tanpa didasari oleh cinta. Mereka di satukan karena dijodohkan. Akankah cinta bisa hadir pada dua hati itu? Sementara perjalanan pernikahan mereka dipenuhi berbagai masalah.