"Kak, Haru." panggil seorang anak berusia lima tahun saat Haruna sedang menata pot bunga yang akan ia gunakan untuk menanam tanaman hias. Di samping anak itu ada bocah berusia empat tahun sedang terisak-isak."Ada apa, Alonna?" tanya Haruna sambil tersenyum.
Bagaimana tidak senang, enam minggu yang lalu Davian memberikan kejutan padanya. Ternyata map yang lelaki itu sodorkan adalah map berisi tentang panti asuhan baru, yang di dirikan sendiri oleh Davian. Dan lebih mengejutkan adalah hak atas kepemilikan panti asuhan ini ternyata atas nama dirinya. Ya atas nama dirinya.
Bahkan setelah ia mengetahui semuanya, ia tidak sabar untuk berkunjung.
Saat pertama kali datang, Haruna langsung terkesima. Melihat bangunan besar lengkap dengan anak-anak dan para pengurus panti. Mereka menyambut kedatangan Haruna dengan berbagai ucapan selamat datang yang lucu hasil karya anak-anak panti sendiri.
Bagaimana mungkin Haruna tidak menangis haru karenanya. Ia terus berguman dalam hati, mengucapkan rasa terima kasihnya pada Davian. Haruna tidak pernah berpikir lelaki itu akan melakukan hal sejauh ini. Ia pikir Davian adalah orang kejam yang tidak punya perasaan, tapi pada kenyataannya, lelaki itu penuh kejutan.
Ibu panti juga bercerita padanya mengenai kejadian secara detail. Pada awalnya semua penghuni panti ketakutan karena begitu banyak orang-orang datang dengan tiba-tiba. Bahkan anak-anak semua menangis, mereka terkejut saat pagi sebelum matahari terbit di bangunkan. Untuk berkemas dan harus meninggalkan panti.
Tapi ada akhirnya ibu panti mengerti karena ada penjelasannya dari salah satu orang mengenai rencana Davian.
Mereka di bawa ke sebuah bangunan baru, yaitu tempat yang Haruna kunjungi saat ini.
Saat panik, ibu panti ingin memberitahu Haruna, tapi dia di larang, dengan alasan ini atas perintah Davian.
"Elle tadi terjatuh dan lututnya berdarah," jelas Alonna.
Haruna langsung mengalihkan pandangannya ke arah Elle. Benar saja lutut gadis kecil itu lecet dan mengeluarkan darah.
"Kemarilah, sayang," ujar Haruna. Ia meraih tangan kecil Elle. "Kau boleh kembali bermain, Alonna.
Alonna mengangguk dan tersenyum, kemudian berlari menjauh.
"Ayo, sayang. Kita harus mengobati lukamu," Haruna menuntun Elle masuk ke dalam rumah. Ia mendudukan Elle pada sofa, sementara dirinya mencuci tangan dan setelahnya mengambil kotak obat.
Mata bundar indah Elle mengikuti setiap gerak Haruna. Ia sangat kagum pada sosok perempuan cantik itu.
"Jadi, kenapa Elle bisa terjatuh?" tanya Haruna. Tangannya dengan cekatan menuangkan antiseptik pada segumpalan kapas. Lalu mulai membersihkan luka Elle.
"Elle ingin ikut main bola, kak Haru, tapi Damian melarang. Tapi Elle memaksa, jadinya Elle terjatuh ketika berlari mengejar bola," jelasnya.
Haruna terkekeh, "anak gadis kan memang tidak cocok bermain bola, sayang. Coba kamu ikut kegiatan kakak perempuan yang lainnya, pasti lebih seru."
Bibir mungil itu mengerucut lucu, "kan Elle suka bola."
"Iya, iya. Lain kali harus hati-hati. Jangan sampai terluka lagi," nasihat Haruna.
Elle mengangguk setuju.
.
.
.
Setelah berbincang sebentar dengan Cassie dan Joana, Haruna segera menuju ruangan Davian.
Mulai seminggu yang lalu, ia punya jadwal khusus. Memasak dan mengantarkan sendiri bekal makan siang untuk Davian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? 🔚
General FictionMereka menikah tanpa didasari oleh cinta. Mereka di satukan karena dijodohkan. Akankah cinta bisa hadir pada dua hati itu? Sementara perjalanan pernikahan mereka dipenuhi berbagai masalah.