Typo, berhati-hatilah!!-----
Tidak pernah sekalipun terlintas dipikiran Haruna jika dia akan menikah dengan lelaki dingin seperti Davian.
Selama ini hidupnya selalu terpaku pada nenek dan pekerjaannya.
Tapi hanya karena perjanjian orang tuanya di masa lalu serta keinginan sang nenek, Haruna mau tidak mau harus menerima pernikahan ini.
Neneknya adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya setelah orang tuanya, maka dari itu sebisa mungkin dia akan memenuhi semua permintaan sang nenek.
Termasuk dengan menikahi Davian.
Tapi apa yang dijalani oleh Haruna tidaklah mudah.
Apalagi dengan menghadapi tingkah angkuh Davian.
Juga mendengar cemooh dari pegawai di kantor.
Haruna tidak tuli saat para wanita disini mengatainya. Hinaan dan caci maki seringkali dia dengar dari mulut pegawai wanita yang membencinya. Padahal dia baru hari ini bekerja, tapi sudah banyak yang tidak suka padanya.
Tidak apa?
Haruna harus berjuang demi neneknya.
Haruna, gadis itu masih terduduk.
Sudah empat jam dia terkurung di toilet tanpa ada bantuan.
Dia sudah lelah. Dia lapar. Dia mengantuk.
Matanya sudah terlihat sayu dengan bibir membiru karena dingin dan tubuh yang bergetar.
Dengan perlahan kelopak mata itu menutup dan Haruna jatuh pada kegelapan.
.
.
.
Sudah lima jam Davian berkutat dengan tumpukan berkas penting didepannya.
Untungnya pekerjaannya dapat diselesaikan saat ini.
Lelaki itu melepaskan kacamata bacanya kemudian bangkit berdiri lalu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Bahunya pegal karena terlalu lama menunduk.
Dengan segera lelaki itu memasuki kamar mandi.
Setelah beberapa menit menghabiskan waktunya dikamar mandi, Davian keluar dengan handuk yang melekat pas pada pinggangnya.
Tubuhnya yang basah semakin menambah kesan maskulinnya.
Otot-otot perut itu tercipta dengan sempurna. Oh jangan lupakan dada bidang serta bahu lebarnya yang bakalan bisa menbuat para wanita mimisan.
Sempurna.
Apalagi ditambah dengan tato salib dibagian atas dada kanannya.
Setelah mengenakan pakaian, Davian beranjak untuk turun kebawah.
Perutnya sudah keroncongan minta diisi.
Tapi saat keluar dari kamar, kening Davian mengernyit bingung kala kegelapan menyapanya.
Apa gadis itu lupa menyalakan lampu atau dia sudah tidur?
Tapi ini baru jam sepuluh malam.
Biasanya Haruna jam seperti ini masih duduk manis didepan televisi.
Mengangkat bahu acuh, Davian melanjutkan langkahnya menuju kedapur setelah menekan saklar lampu.
Seketika ruangan menjadi terang.
Tapi saat langkah Davian sampai didapur, lagi-lagi keningnya mengernyit.
Saat melihat meja makan yang kosong.
"Ck, menyebalkan!" decaknya kesal.
"Apa yang dilakukan gadis itu sehingga dia tidak menyiapkan makan malam?"
Dengan kesal Davian menuju ke kamar Haruna.
Dia mengedor pintu didepannya dengan kencang.
Tapi tak ada sahutan sama sekali.
"Oiiiii, gadis menyebalkan! Cepat keluar dan buatkan aku makan malam!" teriak Davian kencang.
Seperti pertama kali tadi, tetap tak ada sahutan dari Haruna.
Dengan tidak sabaran Davian membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.
Kesunyian menyapanya. Tidak ada tanda sedkitpun dari pemilik kamar itu.
Kemana perginya gadis itu?
Davian kembali menutup pintu kamar Haruna, dia berkeliling mencari gadis itu di setiap ruang yang ada, tapi Davian tidak mendapatkannya.
Rasa resah mulai melanda hatinya.
Apa jangan-jangan gadis itu belum pulang?
Karena tadi sore Davian pulang sendirian, setelah tiba dirumah dia langsung berkutat dengan tumpukan berkas kantor.
Dan dia tidak menyadari jika gadis itu tidak ada pulang.
Davian cepat menuju ke kamarnya dan meraih ponselnya untuk menghubungi Haruna, tapi gerakan tangannya terhenti kala dia tidak mempunyai nomor ponsel gadis itu.
"Sial!" umpatnya kasar.
Kemana dia harus mencari Haruna? Tidak mungkin dia berada dikantor saat ini.
Mengingat dia melarang siapa saja untuk tidak berada dikantor diluar jam kerja kecuali petugas penjaga keamanan.
Disaat rasa bingung semakin menjadi, tiba-tiba ada sebuah pesan masuk.
Dengan segera Davian membuka pesan tersebut.
Datang ke Jade Company, tepatnya di toilet lantai delapan dan lihatlah bertapa jalangnya istrimu.
Rahang Davian setelah membaca deretan kalimat layar ponselnya.
Entah karena apa dia merasa begitu marah karena pesan itu.
Tapi apa perlu dia mempercayai hal ini?
Bisa saja ini hanya tipuan dari orang-orang yang membencinya, tapi kenapa hal inii bersangkut paut dengan Haruna.
Dengan rahang yang mengeras Davian menyambar kunci mobilnya dan berlalu menuju kekantor.
.
.
.
Lelaki itu berjalan cepat dengan wajah dinginnya setelah keluar dari mobil.
Dia terus berjalan melewati petugas keamanan malam tanpa menanggapi salam dari mereka.
Kaki panjangnya dengan cepat membawa dirinya memasuki lift. Lalu dia menekan tombol delapan untuk memenuhi rasa ingin tahunya tentang pesan yang diterima beberapa waktu lalu.
Tak lama dia sampai di lantai delapan dan dengan cepat menuju kearah toilet yang dimaksud.
Saat dia sudah berjarak sekitar sepuluh langkah dari pintu toilet, matanya melihat dengan jelas saat Haruna mengalungkan kedua lengannya dileher Arvon dan tubuh kecilnya langsung tenggelam dalam pelukan sang sepupu.
Sesaat dia masih bertahan pada posisinya, tanpa diketahui oleh Haruna dan Arvon.
Wajahnya yang semula menampilkan raut dingin itu bertambah menjadi datar.
Tanpa perlu repot menoleh kearah keduanya, Davian membalikan tubuhnya dan berlalu pergi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? 🔚
General FictionMereka menikah tanpa didasari oleh cinta. Mereka di satukan karena dijodohkan. Akankah cinta bisa hadir pada dua hati itu? Sementara perjalanan pernikahan mereka dipenuhi berbagai masalah.