Seperti kesepakatan mereka pagi tadi, mereka berenam kembali ke sekolah tengah malam tepatnya pukul 00.07 kini mereka sudah berada di depan gerbang Universitas Erlondara. Mereka menatap gerbang tersebut dengan perasaan takut, jantung berdebar, keringat dingin juga tercetak jelas di dahi mereka masing-masing. Entah kenapa bangunan didepan mereka itu terlihat sangat angker di tengah malam seperti ini tidak seperti saat di pagi hari.
"yakin nih kita masuk" Via membuka suara setelah mereka terdiam cukup lama. Sambil terus memperhatikan bangunan tua didepannya dengan pandangan takut. Masuk enggak? Masuk enggak? Itulah kata yang kini berkecamuk di otak mereka masing-masing.
Dengan ragu Gabriel melangkah terlebih dahulu dengan perlahan. CRA dan SIVA saling pandang satu sama lain sebelum akhirnya mereka mengangguk mantap untuk mengikuti Gabriel dari belakang. Dengan perlahan mereka mulai memasuki halaman Universitas Erlondara desir angin berhembus dengan kencang saat mereka berada di tengah-tengah lapangan dengan posisi melingkar dan saling membelakangi. Tengkuk mereka juga merinding menerima desiran halus angin yang sedari tadi berhembus dengan sangat kencang. Mereka semua memutar badan hingga mereka kini saling berhadapan dengan posisi yang masih sama. Rio menatap temannya satu persatu ia bisa melihat rasa takut yang tercetak jelas di mata mereka masing-masing bahkan di mata Gabriel, karena yang Rio tahu Gabriel adalah yang paling berani diantara mereka. Tapi untuk kali ini Rio melihat raut wajah ketakutan dari Gabriel.
"siap?" pertanyaan sederhana dari Rio tapi cukup membuat bulu kuduk mereka berdiri seketika. Mereka hanya diam tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka. Lidah mereka seakan keluh, kedua kaki mereka seakan kaku tak mau berjalan, mata mereka masih dengan pandangan yang sama. Penuh ketakutan.
"siap nggak siap kita harus siap" ucap Alvin mantab, semuanya menatap Alvin lantas mengangguk. Gabriel berjalan paling depan kemudian diikuti oleh SIVA sedangkan CAR berjalan di belakang mereka, Rio berada di posisi paling belakang. Gabriel menyalakan senternya saat mereka sudah memasuki koridoor utama, saat malam hari seluruh lampu diruangan akan di matikan dari pusat jadi tempat ini sekarang gelap gulita. Hanya senter yang jadi penerangnya, mereka masih berjalan dengan perlahan menuju perpustakaan sekolah.
"Fy gue takut" lirih Via sambil terus memegang tangan Ify erat, Ify berada didepan Via."husstt udah tenang aja" Ify mencoba menghibur Via, meski tak bisa dipungkiri ia sebenarnya juga takut. Terdengar dari nada bicaranya yang bergetar.
Mereka terus melangkah sampai-sampai mereka berhenti dengan mendadak saat senter yang dipegang Gabriel tiba-tiba mati. Mereka mulai panik rasa takut itu kini kembali menjadi, Gabriel memukul-mukul senternya berharap senternya kembali menyala tapi sial senternya tak kunjung juga menyala.
"ada yang bawa senter?" semua hanya diam mendengar pertanyaan Gabriel. Sudah dapat dipastikan mereka tidak ada yang membawa senter satupun. Gabriel mengumpat sambil terus memukul senternya berharap senternya itu akan menyala lagi, mengingat hanya dia lah yang membawa senter disini.
Senter Gabriel kembali menyala, tapi ada yang aneh sekarang. Bukannya di depan Via tadi Adalah Ify? Kenapa sekarang jadi Gabriel? Via menolehkan kepalanya ke belakang. Agni, Shilla, Cakka, Alvin, Rio. Mana Ify? Ia tak menemukan Ify berada di antara mereka?
"Ify mana?" pertanyaan singkat Via membuat mereka semua menatap Via kemudian mencari keberadaan Ify diantara mereka tapi mereka tak melihat Ify. Gabriel mengarahkan senternya ke berbagai tempat siapa tahu Ify ada di salah satu tempat itu, tapi sayang ia tak menemukan tanda-tanda Ify dimanapun.
SHIT! Rio menggeram kesal sekarang, belum apa-apa Ify sudah hilang. Kini ia mengacak rambutnya frustasi pandangannya yang tadi biasa-biasa saja kini mulai menajam saat mengetahui Ify sudah tidak ada bersama mereka.
"Gabriel, Cakka kalian ke perpustakaan dulu sama Via, Agni, juga Shilla" suruh Rio
"biar aku, Alvin nyariin Ify" baru beberapa langkah Rio dan Alvin melangkah Via sudah memanggil mereka mengatakan bahwa ia juga akan ikut mencari Ify. Rio hanya berdehem kecil mengisyaratkan bahwa Via boleh ikut dengannya. Rio merogoh saku celana bagian depan dan mengambil ponselnya kemudian menyalakan senter yang ada di hpnya. Mereka kembali berjalan mencari keberadaan Ify.
Sementara itu Gabriel dan yang lain sudah berada di depan perpustakaan, tapi sayangnya pintu perpustakaan di kunci. Sekarang bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam? Pikir mereka. Shilla yang tahu kebingungan mereka lantas maju mendekati pintu kemudian mengambil jepit hitam dari rambutnya. Dimasukkannya jepit itu kemudian diputarnya seperti membuka kunci pada umumnya.
Cklek, pintu berhasil di buka dengan bantuan jepit rambut Shilla. Mereka melangkah masuk kedalam. Shilla yang saat itu merasa ada yang memperhatikannya lantas mendongak ke atas, lebih tepatnya mengarahkan pandangannya ke salah satu rak buku bagian atas. Wajah Shilla kembali pucat sama seperti pagi tadi. Hantu itu, hantu yang sama yang membuatnya takut saat di kelas tadi, hantu yang membuatnya memiliki beribu pertanyaan. Shilla terlonjak saat ia merasa ada yang memegang bahu kanannya dari belakang.
"kenapa?"
#####
Udah di next ya maaf nih lama maklum anak (sok) sibuk 😂
Jangan lupa voment guys 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Ruang Musik
Mystery / ThrillerUniversitas Erlondara adalah universitas yang amat terkenal dikotanya. Tapi siapa sangka jika kampus terkenal ini menyimpan suatu hal yang misterius. Rio, Cakka, Alvin, Gabriel, Shilla, Via, Agni, dan Ify mahasiswa baru yang memiliki kelebihan diban...