9

1.3K 82 4
                                    

"eh kalian ngapain disini?" ucap lelaki yang tadi membunuh pacarnya.

"dia bisa ngelihat kita?" bisik Alvin pada Via.

"aku nggak tahu" ucap Via.

Lelaki itu berjalan melewati pot yang menjadi tempat persembunyian Ify, Via, Alvin, dan Rio. Lelaki itu mengacungkan pisau lipatnya.
"apa yang kalian lihat?" Ify, Via, Alvin, dan Rio yang sedari tadi menutup matanya rapat-rapat memberanikan diri untuk membuka mata. perlahan.

Lelaki itu berjalan ke arah utara menghampiri kedua teman perempuannya, kemungkinan mereka berdua melihat apa yang baru saja terjadi.

"lo bu bunuh....." lelaki itu langsung membekap mulut cewek berkacamata sebelum cewek itu menyelesaikan kata-katanya.

"sssttt diem, jangan sampai kebongkar semua ini. Atau kalian akan bernasib sama seperti teman kalian itu" ucap lelaki itu sambil menunjuk ruang musik.

Kedua gadis itu bergidik ngeri, tak bisa membayangkan jika mereka harus mati dengan cara yang tidak-tidak.

"eh tapi, kamu nggak ngubur dia?" tanya cewek berambut pirang.

"enggak, biarin nggantung gitu aja"

"nanti kalau ketahuan gimana? Polisi bisa aja nangkep kamu. Ya meski kamu udah ngilangin bukti, tapi sidik jari di tali tambang itu nggak akan bisa ilang"

Lelaki itu langsung menarik kedua gadis itu ke dalam ruang musik.

"bantu aku ngubur dia"

Ify, Via, Alvin, juga Rio saling tatap. Mereka seakan memiliki pikiran yang sama.

"kita ikutin dia, kita harus tahu dimana gadis itu di kuburkan" ucap Ify, yang diangguki oleh lainnya.

"aaaaaaaaa"

Lingkar hitam itu kembali muncul dan menarik mereka kembali ke alam mereka yang sebenarnya. Sebelum mereka mengetahui dimana gadis itu dikuburkan.

****
Orang tua CRAG dan SIVA sudah berkeliling sekolah, setiap penjuru sekolah mereka lewati tapi tak kunjung menemukan anak mereka.

"bagaimana ini pak Umari? Kita sudah mengelilingi setiap sudut sekolah ini. Tapi anak-anak kami tak kunjung ditemukan" ucap pak Aziz, ayah Via.

"papa/ayah" teriak Gabriel, Agni, dan Cakka. Sedangkan Shilla ia hanya berjalan dengan pandangan kosong.

"Kalian? Selamatlah kalian sudah ditemukan. Ada dimana kalian? Kita semua mencari-cari kalian" ucap Pak Dama, ayah Gabriel.

"loh, Shilla? Kamu kenapa sayang? Nggak biasanya kayak gini?" tanya pak Zaenal, papa Shilla"

"mungkin Shillanya capek om. Mending dibawa pulang aja, biar bisa istirahat" saran Agni.
Setelah itu papa Shilla menuntun anaknya masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah.

"oh iya Rio, Ify, Alvin, Via dimana? Kok om nggak ngelihat?" tanya pak Haling, ayah Rio.

"ehhmm anu ii itu mereka...."

"ayah/papa" Cakka bernapas lega saat mereka sudah tiba.

"ya sudah, karena kalian sudah ditemukan lebih baik sekarang kita pulang. Hari sudah subuh dan kalian harus sekolah" ucap Djo, kakek Alvin.
"yaahhh kok sekolah? Kan kita capek"

######

Agni berjalan menaiki tangga kayu yang mulai retak dan berdecit. Ia tak berniat untuk mengikuti mapel pagi ini. Ia justru ke ruangan yang hanya berukuran sepetak yang tidak diketahui oleh mahasiswa Erlondara.

Agni mengeluarkan sebuah kotak yang kemarin sempat ia temukan di perpustakaan. Saat dibuka tak ada yang istimewa didalamnya hanya sebuah batu permata berwarna merah.

Tunggu....

Sepertinya ada aneh dengan batu permata ini? Agni melihat setiap detail batu permata itu. Sempurna, permata itu masih terlihat indah meski sudah lama didalam kotak.

Saat Agni ingin menaruh kembali permata itu, tiba-tiba saja ia melihat sepotong kertas yang terselip didalam kotak.

'gelap tak ada cahaya, berdebu, dan kotor'

Agni mengernyit bingung saat membaca kata-kata tersebut.

"apa maksudnya coba?" pikir Agni.

****

Via memasang headsetnya dan menyalakan musik dengan volume penuh. Ia sudah jengah jika setiap hari eh ralat maksudnya setiap saat mendengar bisikan-bisikan ghaib itu.

Ify? Dia masih berkutat dengan pikirannya, mengingat kejadian semalam saat ia dan beberapa temannya di tarik masuk oleh lingkaran hitam yang membawanya ke kampusnya sekitar 21 tahun lalu.

Dan Shilla? Gadis itu tak masuk hari ini, kata bu Ida dosen bhs Inggris dia sakit. Mungkin karena semalam atau karena hal lain?

***
"hahahaha kalian semua harus mati hahahah aku penguasa kampus ini hihihihi" salah satu mahasiswi bernama Nova berteriak, tertawa, dan berbicara tak jelas, ia kerasukan.

Semua teman se-fakultasnya tak tahu harus apa. Bahkan pak Tri selaku dosen yang mengajar juga tak tahu harus berbuat apa. Beliau justru meninggalkan mahasiswinya yang masih kerasukan itu.

"Kka bantuin, disini kan cumam kamu yang bisa komunikasi dengan makhluk gaib" bisik Rio.

Cakka menimbang-nimbang ucapan Rio, jika ia membantu semua temannya akan tahu kelebihannya tapi jika ia tak segera bertindak temannya itu bisa mati kerasukan.

"heyy tenang tenang. Sekarang sebutin nama kamu dan kenapa kamu masuk ke dalam tubuh teman saya?" ucap Cakka sambil memegang kepala Nova.

"hihihihihi setiap sudut bercahaya ditemani sang bulan. Air bergerak dengan tenang, disitulah kau menyimpan rahasia hihihihi"

"lah nih hantu malah baca puisi" celetuk Patton yang mendapatkan tatapan tajam dari Gabriel, Patton menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"maksud ucapan mu?" tanya Cakka.

Hantu itu tidak menjawab, ia justru keluar dari tubuh Nova. Terlihat dari tubuh Nova yang lemas kemudian pingsan. Cakka langsung menggendong Nova dan membawanya ke ruang kesehatan.
###

Misteri Ruang MusikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang