Sebelumnya
Cklek, pintu berhasil di buka dengan bantuan jepit rambut Shilla. Mereka melangkah masuk kedalam. Shilla yang saat itu merasa ada yang memperhatikannya lantas mendongak ke atas, lebih tepatnya mengarahkan pandangannya ke salah satu rak buku bagian atas. Wajah Shilla kembali pucat sama seperti pagi tadi. Hantu itu, hantu yang sama yang membuatnya takut saat di kelas tadi, hantu yang membuatnya memiliki beribu pertanyaan. Shilla terlonjak saat ia merasa ada yang memegang bahu kanannya dari belakang.
"kenapa?"
Shilla menoleh mendapati Gabriel dibelakangnya sambil tersenyum.
"kamu kenapa?" tanya Gabriel sekali lagi, Shilla hanya menggeleng sambil tersenyum menandakan bahwa ia tidak apa-apa.
"ya udah kalau gitu ayo kita bantu anak-anak yang lain cari data alumni sini.
Shilla hanya mengangguk dan mengikuti Gabriel dari belakang yang berjalan mendahuluinya.
***
Rio sedari tadi hanya bisa mengumpat, karena Ify tak kunjung di temukan. Sama halnya dengan Via dan Alvin yang sedang bingung menyari Ify, mereka bahkan sudah memeriksa semua tempat, tapi mereka tak menemukan Ify sama sekali.
Hiks hiks
Rio menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara isakan dari salah satu ruangan yang ada di kooridor belakang.
Hiks hiks hiksSuara itu semakin terdengar dengan jelas, Via melirik Alvin dari pandangannya ia seolah bertanya 'kenapa berhenti' sedangkan Alvin hanya mengendikkan bahu.
"kalian dengar suara cewek nangis nggak?" tanya Rio tanpa menoleh ke arah mereka berdua.
Alvin dan Via menajamkan pendengaran mereka, apa benar yang dikatakan Rio jika ada suara cewek menangis? Tapi mereka tidak mendengarkan apapun sedari tadi.
Hiks hiks hiks
Suara tangisan itu semakin kencang bahkan sekarang Alvin dan Via juga bisa mendengarnya.
"Iya Yo, aku denger" kata Via, Alvin mengangguk menyetujui ucapan Via.
"kira-kira suara itu dari mana?" tanya Rio.
"bekas ruang musik" ucap Alvin tiba-tiba, membuat Rio dan Via menoleh ke arahnya.
Perlahan Rio melangkahkan kakinya menuju bekas ruang musik, diikuti oleh Alvin dan Via dari belakang. Via yang memang orangnya penakut terlebih jika berhubungan dengan hal gaib merangkul lengan Alvin, sedangkan Alvin hanya bergeleng kepala melihat ketakutan gadis disampingnya itu.
Kini mereka bertiga sudah berada di depan pintu bekas ruang musik, Rio menolehkan kepalanya kebelakang menatap Alvin dan Via sejenak kemudian ia alihkan pandangannya ke daun pintu yang sudah berkarat itu. Dengan tangan sedikit gemetar Rio membuka pintu tersebut dan kebetulan tidak terkunci, terdengar suara cicitan dari pintu yang sudah tua yang bergesekan dengan lantai yang kotor dan berdebu.
Uhuk uhukMereka terbatuk-batuk saat debu-debu tersebut terhirup oleh mereka. Alvin mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya dan Via sibuk menutupi hidung dengan jaketnya. Sedangkan Rio ia malah mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan mencari sosok yang menangis itu.
Hiks hiks
Suara itu kini jelas terdengar, Rio melangkah mengitari ruangan tersebut. Tak lama ia menjumpai sosok cewek yang sedang duduk dipojok ruangan dengan kepala menunduk di antara kedua kaki yang ditekuk. Rio terus mengamati cewek tersebut, ia merasa bahwa cewek itu mirip dengan 'Ify'
"Ify?" panggil Rio, cewek tersebut mendongak menatap Rio. Ternyata benar dugaan Rio dia Ify.
"hiks Rio" Ify langsung berlari ke arah Rio dan memeluknya erat, Rio membalas pelukan Ify.
"Yo, kamu udah nemuin..." kalimat Via terhenti saat ia melihat Rio dan Ify tengah asyik berpelukan. Alvin yang saat itu juga melihat adegan berpelukan itu menatap Rio dengan pandangan tak percaya. Nggak biasanya Rio suka dipeluk-peluk gitu, batinnya.
"Ifyyy" Via merentangkan kedua tangannya dan mengambil ahli pelukan Rio ke Ify. Via memeluk Ify dengan sangat erat sampai-sampai Ify tidak bisa bernapas.
"Fy, lo kok bisa ada disini?" pertanyaan Alvin membuat Ify melepas pelukannya, Rio dan Via menatapnya seakan meminta penjelasan.
Ify bergeleng lemah, air mata kembali menetes diiringi dengan isakan kecil.
Hiks hiks
Ify kembali terisak, ia tak sanggup jika harus bercerita sekarang. Ia masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Via yang paham dengan kondisi Ify, memegang bahu kiri Ify.
"udah kalau kamu masih belum siap cerita. Kita nggak maksa kok" ucap Via.
"ya udah Fy, ayo kita ke perpus pasti anak-anak udah nungguin kita" Rio menarik tangan Ify, sedangkan Via dan Alvin saling tatap seolah berkata 'ada apa dengan Rio?'
Sementara itu di perpustakaan Cakka, Agni, Gabriel, Shilla sedang sibuk mencari data murid dengan inisial DG.
"kita udah nyari semua data alumni sini, tapi nggak ada yang inisialnya DG. Yang ada cuma AG, DGT, AK, AJ, KL intinya nggak ada yang inisialnya DG" ujar Agni yang mulai frustasi.
"ada tahun 2002, kita belum lihat tahun itu" ujar Cakka ia langsung berjalan menuju rak bertulis tahun 2002. Cakka mencari data yang dibutuhkan dengan bantuan Gabriel. Sedangkan Agni dan Shilla duduk di lantai karena mereka sudah lelah.
"gue nemu" ujar Cakka sambil mengangkat buku bersampul hijau tua dengan tulisan 'data fakultas psikologi'
"gue juga nemu" ujar Gabriel, buku yang dibawanya sama dengan Cakka hanya saja berbeda judul 'data fakultas kedokteran'
"jadi mana yang kita butuhkan? Tapi di buku ini banyak inisial DG" ucap Cakka.
"kalau di sini hanya satu anak yang punya inisial DG, udah aku tanya ke Agni sama Shilla dulu" ucap Gabriel kemudian menghampiri Agni dan Shilla.
Cakka terlihat membuka buku tersebut sambil berpikir siapa orang yang mereka cari, ia melirik ke arah Gabriel yang sedang bertanya kepada Shilla dan Agni.
"udah Yel, bawa dua-duanya aja" saran Shilla, Gabriel hanya mengangguk menyetujuinya.
"ya udah kalau gitu aku ke Cakka dulu" ucap Gabriel, namun langkahnya itu harus terhenti saat ia melihat rak buku yang ada dibelakang Cakka tiba-tiba terdorong ke depan yang akan jatuh menimpa Cakka.
"Cakka awaaasss" teriak Agni, tapi sayang Cakka terlambat menghindar. Rak buku itu menimpa kaki kanan Cakka.
"arrgghh" erang Cakka saat ia merasa kaki kananya patah.
Tiba-tiba suasana menjadi tegang, lampu gantung yang tadi hanya diam tiba-tiba bergerak kesana kemari kemudian lampu tersebut mati.
Shit, Gabriel mengumpat melihat kejadian yang barusaja menimpanya juga teman-temannya. Gabriel mencari-cari senternya, sial senternya tak ada padanya mungkin ia meninggalkan di salah satu tempat yang ada di sini.
"Gab, aku takut" lirih Shilla
"tenang Shill" ucap Agni sambil memeluk Shilla, ia tahu bahwa Shilla takut dengan gelap.
Hihihihihihi
###
Maaf banget kalau updatenya lama, soalnya aku lagi UTS.Oke jangan lupa voment 😊
![](https://img.wattpad.com/cover/89792624-288-k265154.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Ruang Musik
Misteri / ThrillerUniversitas Erlondara adalah universitas yang amat terkenal dikotanya. Tapi siapa sangka jika kampus terkenal ini menyimpan suatu hal yang misterius. Rio, Cakka, Alvin, Gabriel, Shilla, Via, Agni, dan Ify mahasiswa baru yang memiliki kelebihan diban...