15

1.4K 78 11
                                    

Gabriel sedang berada di kamarnya sekarang setelah pulang dari rumah Shilla, entah kenapa pikirannya jadi tidak tenang. Semoga saja Shilla baik-baik saja disana.

Gabriel membuka laci yang ada di samping kiri tempat tidur. Ia mengambil map yang berisi daftar anak kampus tahun 93 dengan inisial DG. CRA dan SIVA memang memberi tugas pada Gabriel untuk menemukan orang berinisial DG itu, karena Gabriel diyakini handal dalam memecahkan hal seperti itu. Gabriel membaca satu persatu nama yang berinisial DG, sambil memutar otak bagaimana caranya agar ia bisa menemukan orang yang mereka cari.

Dani Gilang
Deonal Gio
Dave Gaza
Dana Gilbert

Gabriel mengamati setiap orang itu, mulai dari biodata hingga foto. Tapi ia tak menemukan bukti apapun yang mengarah pada pembunuh wanita itu.

"bentar, bukannya tuh hantu pernah kasih petunjuk lewat Agni sama Nova ya?" tanya Gabriel pada diri sendiri.

"ah iya aku ingat kolam sugoi, ku rasa ada kaitannya dengan pembunuh itu, mungkin sih" opini Gabriel.

LINE

Gabriel mengetik kata sandi hp ketika ada line masuk, dan ternyata itu grup indigo yang dibuat Agni 2 hari lalu agar mereka bisa memberi kabar soal hantu itu.

Alvin : guys ke rumah ku sekarang, nggak pakai nolak. Ini penting!!!

Cakka : ya elah baru aja di depan halaman rumah suruh pergi lagi. Ya udah otw nih.

Ify : ada hal penting apa emang Vin?

Alvin : soal kakek yang aku kejar tadi.

Ify : oh, aku otw

Rio : otw Vin, Fy aku jemput jangan nolak.

Agni : ekhem

Via : ekhemmm

Alvin : cepet woy -_-

Gabriel hanya membaca tanpa membalas, kemudian ia menyambar jaket jinnya dan jalan ke rumah Alvin.

*****

Selesai mengirim pesan lewat grup line Alvin duduk di sofa menunggu kedatangan mereka sambil memainkan ponselnya.

"kak aku pergi, latihan tari" pamit Deva yang hanya dibalas deheman oleh Alvin. Deva merengut kesal untung kakak, coba kalau bukan. Sabar Dev sabar. Pikir Deva.

25 menit kemudian semua sudah berkumpul di rumah Alvin, Alvin membawa mereka ke sebuah ruangan santai miliknya yang ada di lantai 2. Ruangan bercat serba putih dan lantai yang hanya beralas karpet. Karena ruang ini adalah tempat Alvin mengosongkan pikirannya, dalam artian menjernihkan pikirannya.

"mau ngomong apa? hal penting apa?" tanya Via tanpa basa-basi.

"kalian inget kan waktu ditaman tadi, yang kakek-kakek nguping pembicaraan kita" kata Alvin sambil memandang satu persatu temannya.

"iya, terus?" tanya mereka hampir bersamaan.

"Jadi gini...." Alvin mulai bercerita soal kakek yang dikejarnya itu.

Flashback

"hei berhenti" teriak Alvin sambil terus berusaha mengejar kakek yang menguping tadi.

Alvin menambah kecepatan larinya, meski napasnya sudah tersengal-sengal.

"tunggu" Alvin berhasil menjangkau pundak kakek itu. Mau tidak mau kakek itu harus menoleh.

"kakek, tua-tua larinya cepet juga hoosshh" kata Alvin sambil mengatur pernapasannya.

"dulu waktu masih muda kakek atlet lari" cerita kakek itu, tanpa ditanya Alvin.

Misteri Ruang MusikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang