Siapa dah yang Taken.
Aku pun mendongak untuk melihat siapa yang memanggil namaku.
Dan sesuai dugaanku, si keparat Samantha—kau tahu apa nama belakangnya—dan tangan kanannya melingkar pada tangan kiri seorang laki-laki ber-rambut pirang dan bermata biru yang sering berada dalam gerombolan para Badboy abal-abal di sekolah. Siapa lagi kalau bukan Niall.
"Oh, hai! Miss Vanilla Latte, dan kakak-kelas-doyan-makan." Kataku, malas. "Pesanan kalian?" sanggahku.
Niall pun tertawa, "Hahahaha ya ya ya... aku memang sudah sangat terkenal doyan makan, ya?" "tentunya," sanggahku lagi.
"Okay, aku ingin Cupcake Strawberry mu, satu sliced Red Velvet Cake dan Chocolate Milk Shake. Kau Sam?" katanya lagi sambil menatap Samantha.
"Oh, aku. Vanilla Latte seperti biasa dan aku ingin Chesee Stick mu."
"Okay, satu Cupcake Strawberry, satu sliced Red Velvet Cake, satu Chesee Stick, satu Chocolate Milk Shake, dan Vanilla Latte. Totalnya $15." Kataku sambil menyodorkan bill pada mereka.
"Yup, akan kubayar." Sanggah Niall seraya mengambil bill dari tanganku.
Akupun mengambil uang yang ia serahkan sambil tersenyum, "Terimakasih. Amore Latte menunggu kunjunganmu lagi."
. . .
Seusai menutup café aku pulang bersama Louis menggunakan motornya.
"Mana mobil tangguhmu, Tuan?" candaku.
Louis pun tertawa, "Hahahaha.. Itu bukan mobilku, Sher. Itu mobil Mark. Aku meminjamnya. Jika aku sudah punya uang banyak, aku akan membeli satu mobil yang lebih tangguh dari milikinya."
Aku hanya mengangguk pelan, "Ya, jangan gunakan harta orangtua jika mau berpacaran denganku."
Louis pun terdiam sejenak. "Ah, Lou." "Ya?" jawabnya.
"Soal pertanyaanmu beberapa hari yang lalu, kurasa itu penting dan tak mungkin aku menggantungkanmu."
Louis's POV
Oh tidak, Sher membahas soal penembakanku kepadanya kala itu. Aku takut dia akan menolakku, lagi pula aku sudah lupa akan hal itu dan menikmati waktu-waktu ku dengannya yang seperti ini.
Jangan-jangan dia mau mencampakkanku, dia mau menolakku dan mempermalukanku malam ini. Atau malah lebih parah? Dia ingin menyuruhku untuk menjauhinya mulai dari saat ini?
"Lalu?" kataku, samar. "Ya." jawabnya gemetar.
HA???? YA??? INI SEBUAH YA?? BENARKAH??"
"Ehm, maksudmu Sher?" tanyaku berusaha memastikan.
"Oh Louis kau memang bodoh, tuli atau memang berniat mengerjaiku? Aku malu jika harus mengatakannya sekali lagi." Jawab Sher tersipu.
"HAHAHAHA... tidak Sher. Itu sudah cukup jelas. Terimakasih." Jawabku sambil meraih tangannya dan melingkarkannya di pinggangku. Tangannya yang lain pun melingkar dengan sendirinya. Ah! Malam yang Indah.
Sher's POV
Aku mengatakannya, benar-benar mengatakannya. Ini sungguh gila.
Aku baru satu minggu bertemu dan mengenal Louis, tapi sudah merasakan banyak kupu-kupu di dalam perutku ahkir-ahkir ini. Senyum dan tawanya juga selalu mengganggu pikiranku. Aku juga sangat merasa nyaman berada di dekatnya.
Bahkan anehnya, rasanya aku sudah mengenal Louis bertahun-tahun dan dia sudah sangat mengenaliku luar-dalam secara keseluruhan. Bahkan dia tau kebiasaanku, candaanku, makanan kesukaan hingga warna kesukaanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Those Badboy.
Fiksi Penggemarshe said she doesn't like badboy. but when she met him? their life going to change. [✔ No Mature Content ] Bahasa Indonesia.