LEA harus menutup kedua telinga agar bisa lebih berkonsentrasi pada presentasi yang terbentang di layar laptop daripada mendengar teriakan yang semakin lama semakin keras itu. Meskipun kamarnya terletak di lantai empat, dia masih bisa mendengarnya dengan jelas. Sama sekali tidak membantu karena kamarnya menghadap ke depan hotel tempat kerumunan orang itu.
"Pen-ta-gon! Pen-ta-gon! Pen-ta-gon!" Itulah teriakan mereka. Hanya satu kata yang diteriakkan dengan sangat nyaring dan bernada tinggi, karena 99 persen orang yang meneriakkan itu adalah cewek-cewek ABG. Sumpah mati, beberapa di antaranya bahkan masih mengenakan rok merah. Apa mereka bisa dikategorikan ABG? Peduli amat! Yang dia inginkan adalah agar mereka berhenti berteriak-teriak seperti orang gila dan membiarkannya menyelesaikan presentasi.
Dia datang ke Bali untuk menghadiri konferensi ilmiah dan menikmati sedikit liburan dari jadwalnya yang sangat padat. Semenjak dia setuju memimpin proyek riset besar setahun lalu, hidupnya porak-poranda. Dia tidak sepatutnya mengambil posisi itu, toh masih banyak orang lain yang bisa melakukannya. Tapi masalahnya, tidak ada yang mau menduduki posisi itu karena tanggung jawabnya yang selangit.
Lea mendengar pintu kamar hotel dibuka dan suara teriakan sedikit mengeras. "PEN-TA-GON! PEN-TA-GON! PEN-TA-GON!"
"Arrggghhhh! Bisa diam nggak sih???!!!" omelnya putus asa.
Bel terlihat kaget mendengar omelannya dan buru-buru menutup pintu sambil berbisik, "Sori."
Lea hanya melambaikan tangan menandakan dia tidak mengomel pada Bel. "Sumpah, kalau ini hotel bukan tempat konferensi, gue udah pindah hotel dari tadi siang," lanjutnya.Dia sudah bertanya ke front desk apakah dia bisa pindah ke kamar yang menghadap pantai supaya lebih tenang, tapi kamar-kamar itu fully booked oleh para peserta konferensi.
"Presentasi lo belom kelar?" tanya Bel sambil melepas sandal dan mendekat. Dia hanya mengenakan pakaian renang dengan handuk meliliti pinggang. Wajahnya terlihat ceria dengan rambut agak basah setelah berenang.
"Tinggal sedikit, tapi gue nggak bisa konsentrasi selesaiin gara-gara sejam lalu si Pentagram itu kayaknya masuk ke hotel dan fansnya nggak mau berhenti teriak-teriak kayak orang gila."
"Pentagon," kata Bel pelan.
"Hah?"
"Nama bandnya Pentagon, bukan Pentagram."
"Bodo amat deh, mau Pentagon kek, Pentagram kek, Pentameter kek, gue cuma mau mereka nggak nginap di sini," gerutu Lea.
Bukannya kasihan, Bel malah terkekeh. "Lo mungkin satu-satunya cewek yang berpikiran begitu. Kebanyakan cewek bakalan mati berdiri kalau bisa sehotel sama band yang lagi ngetop-ngetopnya di Indonesia."
"Bel, kalau mereka band sih mungkin gue masih bisa terima, tapi mereka boyband. BOY... BAND... Sumpah, gue bahkan nggak tahu kok mereka bisa sengetop ini.""Mungkin karena lagu-lagu mereka lumayan enak dan para personelnya juga ganteng-ganteng. Yang jelas mereka bisa nyanyi, kan mereka menang X-Factor Indonesia lima tahun lalu," jelas Bel, yang langsung disambut dengan kerutan dahi Lea.
"Gue ada tiga album mereka di iPod kalau lo mau dengar," sambung Bel.
"Pft... makasih, tapi gue udah bukan ABG lagi."
"Gue jamin lo bakalan suka deh meskipun lo bukan ABG. Fans mereka banyak ibu-ibu lho."
"Termasuk elo, kan?" dengus Lea.
Bel langsung tersipu-sipu, membuat Lea ngakak. "Abis gimana dooong... gue suka sama yang namanya Pierre," jelas Bel.
"Pierre tuh yang mana?" tanya Lea.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY TOY - aliaZalea
ChickLitTerbit 26 April 2017. Novel terbaru aliaZalea. Buku pertama seri Pentagon. Nukilan akan ditampilkan di Wattpad mulai bulan Maret sampai April. *** Ada tiga kata yang Lea yakin tidak akan pernah diasosiasikan dengan dirinya: BOYBAND, BRONDONG, dan AB...