BOY TOY 13

7.3K 1K 61
                                    

Ya, dapat dipastikan dia penguntit yang memperhatikan tingkah laku Lea dari jauh seperti ini. Dia sudah melakukannya semenjak Lea masuk ke  ruangan dan tidak bisa mengalihkan perhatian hingga sekarang. Lea kelihatan smart dan seksi dengan kacamata bingkai hitamnya. Entah kenapa, dia selalu suka perempuan berkacamata, terutama kacamata berbingkai hitam. Mungkin karena dia selalu punya fantasi tentang naughty librarian. Dia juga suka cara Lea bergerak, fokus dan penuh percaya diri, tanpa berusaha menarik perhatian orang.

Tapi satu hal yang membuatnya semakin menyukai Lea adalah berbeda dengan wanita pada umumnya, Lea tidak kelihatan tertarik sama sekali pada Pierre. Tidak ada pelukan, ciuman, atau bahkan selfie paksaan dengan teman band-nya itu. Lea justru kelihatan menjaga jarak, seperti dia menjaga jarak dengan dirinya. Entah kenapa, tapi ini membuat Taran sedikit senang, karena kini dia tahu bahwa Lea bersikap "cool" padanya bukan karena Lea tidak menyukainya, toh Lea juga begitu dengan Pierre. Dan nggak mungkin kan Lea melakukan itu karena dia tidak menyukai Pierre? Karena tidak ada orang yang tidak menyukai Pierre. Tua, muda, laki-laki, perempuan, gay atau straight, semua orang tergila-gila pada Pierre.

Semakin dia memperhatikan Lea, semakin penasaran dia dibuatnya. Lea seperti patung Matryoshka Rusia karena setiap kali Taran membuka lapisan luar, masih begitu banyak lapisan lain di dalamnya. Dan Taran ingin mengupas seluruh lapisan itu untuk mengungkap semua rahasia Lea, termasuk kualitas apa yang Lea cari dari laki-laki, karena jelas ketenaran bukan salah satunya. 

Taran menoleh ketika mendengar suara Erik. "Lo lagi ngeliatin apa, Tar?"

"Nothing," jawab Taran pendek dan mengalihkan perhatian kembali ke Lea.

Tiba-tiba pemandangan di depan wajahnya tertutup oleh sebuah kepala dengan jambul tinggi. "Itu bukannya cewek yang lo ajak omong di konser? Siapa namanya?"

Dengan agak kesal Taran mendorong kepala Erik ke samping. "Lea."

Erik tidak terlibat dalam insiden tadi pagi dan tidak pernah bertemu Lea, tapi setelah apa yang Taran lakukan di konser barusan, tidak ada gunanya bagi Taran untuk menyembunyikan perasaannya. Lagi pula dia yakin personel yang lain sudah menceritakan semuanya kepada Erik tentang insiden tadi pagi.

"Oooh.... Terus lo kenapa berdiri di sini, bukannya ngobrol sama dia?"

Taran juga memiliki pertanyaan yang sama, tapi dia hanya berkata, "Bentar lagi."

Selama beberapa menit dia dan Erik memperhatikan Lea tanpa berkata-kata. Kemudian Erik bertanya, "Lo suka sama dia?"

"Mungkin."

Erik mendengus. "Kalau cuma mungkin, lo nggak bakalan ngeliatin dia kayak punuk merindukan bulan begini."

"Resek lo!" omel Taran, yang malah membuat Erik tertawa.

"Eh, dia udah kelar tuh sama Pierre."

Erik benar, dilihatnya Lea melangkah pergi meninggalkan Pierre menuju... Adam? Adam kelihatan agak terkejut ketika dihampiri Lea, tapi kemudian wajahnya dihiasi senyuman ketika mengenalinya. Adam mengangkat tangannya yang diperban dan Taran melihat Lea melangkah mendekat dan menggenggam tangan temannya itu dengan hati-hati dan berbicara dengan wajah prihatin. Melihat kedekatan jarak Adam dan Lea dan reaksi pada wajah Lea ketika berbicara dengan Adam, timbul rasa yang mirip kecemburuan di benak Taran. Kenapa Lea tidak menjauh dari Adam? Apa yang membuat Adam spesial? Oke, mungkin karena tangan Adam sedang sakit, maka dia memerlukan perhatian lebih, tapi Taran mendapati penjelasan itu tidak cukup. Dia harus tahu apa yang sedang mereka bicarakan.     

Tanpa sadar, kakinya sudah melangkah menuju Lea. Dia mendengar Erik mengatakan sesuatu yang terdengar seperti, "Good luck, man," tapi dia tidak pasti.

***

Publisher's Note: bonus kedua, masih dalam rangka memperingati HUT Gramedia Pustaka Utama! Enjoy 😘

BOY TOY - aliaZaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang