TARAN tidak tahu kenapa dia melakukan ini, tapi dari tatapan bingung Adam, semburan air dari mulut Nico sebelum dia terbatuk-batuk, dan Pierre yang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut, jelas ini sama sekali tidak lazim. Dia tidak bisa melihat ekspresi Erik yang berdiri di seberang panggung, tapi dia yakin tidak akan berbeda dengan yang lain. Jujur saja, Taran memang tidak pernah melakukan hal segila ini sebelumnya. Dia terfokus pada tatapan Lea yang sedang membakarnya hidup-hidup. Sepertinya rencananya membuat Lea kagum gagal total! Tapi sudah telanjur. Dia tidak bisa berhenti sekarang. Taran berjanji akan membuat Lea tersenyum padanya dalam lima menit, dan memaafkan kegilaannya.
"Lea ternyata ada di sini, Saudara-saudara sekalian!" teriaknya kepada penonton sambil mempersembahkan Lea dengan satu sapuan tangan.
Tatapan para penonton langsung tertuju kepada Lea yang di bawah sinar lampu sorot kelihatan pucat. Berbeda dengan Taran, Lea kelihatan lebih baik mati daripada menjadi pusat perhatian. Ini membuat Taran merasa sedikit bersalah, tapi kemudian dia melihat Lea melambaikan tangan meskipun dengan agak kaku, dan Taran tertawa. Dia tahu dengan memfokuskan perhatian pada Lea, pada dasarnya dia akan kehilangan berpuluh-puluh fans cewek, tapi dia tidak peduli.
"Tepuk tangan dulu dong untuk Lea yang udah menyempatkan datang malam ini." Suara tepuk tangan bergemuruh. Itulah yang dia sukai dari fans Pentagon. Mereka sangat suportif dan akan melakukan apa saja yang diminta oleh personel Pentagon.
Setelah tepukan tangan mereda, dia menatap Lea lagi dan bertanya, "Lea, gimana, suka nggak konsernya?"
Taran mendapati jantungnya berdetak lebih cepat menunggu jawaban Lea dan dia tidak bisa menghentikan diri dari tersenyum lebar ketika Lea mengacungkan kedua jempolnya. "Amin," ucap Taran sambil mengelus dada, membuat penonton tertawa. "Tapi kalau suka sama konsernya kenapa keliatan bosan begitu?" lanjutnya.
Satu-satunya reaksi yang diberikan Lea pada Taran adalah mata Lea yang melebar, yang diikuti gelengan kepala kuat-kuat. "Jadi nggak bosan?" Sekali lagi Lea menggeleng. Kemudian Lea mengatakan sesuatu kepada beberapa orang di sekelilingnya, seakan mencoba meyakinkan mereka bahwa dia tidak bosan.
"Ah, saya nggak percaya," canda Taran dan dia tidak bisa menahan diri dari tertawa terbahak-bahak ketika Lea mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah sambil mengucapkan sesuatu. Taran tidak bisa mendengar apa yang Lea ucapkan, tapi dari gerakan bibirnya sepertinya Lea mengatakan, "Suweerrr."
"Yakin?" Lea mengangguk antusias. "Kalau gitu senyum dong." Tanpa disangka-sangka Lea mulai tersenyum dan Taran tidak bisa menahan diri dari mengatakan, "Hah! Dia senyum, Penonton." Ketika dia melirik Lea lagi, dilihatnya Lea sedang berbicara dengan Bel, yang baru Taran sadari berdiri di sampingnya. Senyum masih menempel pada wajah Lea yang agak merah.
Sebetulnya Taran masih mau ngegodain Lea lagi, ketika mendengar Nico mengatakan, "Eh, playboy cap kadal, berhenti gangguin penonton, kita mesti kerja," yang disambut gemuruh tawa penonton.
Taran berbalik menatap Nico yang sedang menyengir padanya. Kalau bisa sebetulnya dia ingin melempar mikrofon kepada Nico, tapi dia tahu Nico benar. Mereka harus menyelesaikan konser ini tepat waktu. Dengan berat hati dia melangkah pergi setelah memberikan lambaian tangan pada Lea.
"Oke, lagu selanjutnya datang dari album terbaru Pentagon..."
"Yang sekarang tersedia di pasaran," potong Pierre, yang selalu siap mempromosikan produk Pentagon di konser.
Sambil tertawa Taran melanjutkan, "Lagu ini ditulis oleh teman Pentagon, Revel Darby. Judulnya Waktu."
Seiring dengan penonton yang berteriak, "ARRGGHHH!" Erik memetik chord pertama lagu itu dan konser berlanjut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY TOY - aliaZalea
ChickLitTerbit 26 April 2017. Novel terbaru aliaZalea. Buku pertama seri Pentagon. Nukilan akan ditampilkan di Wattpad mulai bulan Maret sampai April. *** Ada tiga kata yang Lea yakin tidak akan pernah diasosiasikan dengan dirinya: BOYBAND, BRONDONG, dan AB...