BOY TOY 14

8.5K 1K 43
                                    

Publisher's Note: teman-teman, maaf ya tadi siang kami salah update. Nggak pakai lama, yang benar kami posting malam ini! *nunduk-nunduk nggak enak*

***

LEA sedang mendengarkan penjelasan Adam mengenai kondisi pergelangan tangan laki­-laki itu ketika seseorang menepuk bahunya. Otomatis dia menoleh dan menemukan Taran. Berbeda dari Pierre, Taran masih mengenakan kaus yang sama dengan yang dia kenakan di panggung, meskipun agak lengket di badan­nya oleh keringat. Lidah Lea langsung kelu dan satu-­satunya kata yang bisa dia ucapkan hanyalah, "Hei."

Taran membalas dengan senyuman, tapi berbeda dengan tadi pagi, senyumannya ini kelihatan dipaksa. Kemudian tatapan Taran jatuh ke tangan Adam dalam genggaman Lea sebelum laki-­laki itu mengalihkannya ke wajah Adam. Mereka seolah melakukan percakapan telepati, karena sedetik kemudian Adam menarik tangan. "Hei, Tar," sapa Adam, memotong keheningan yang tiba-­tiba hadir di lingkaran mereka.

Taran hanya mengangkat dagu sedikit. Menyadari Taran tidak akan mengatakan apa­apa lagi, Adam mengalihkan perhatian kepada Lea dan mengatakan, "Seperti yang tadi saya bilang, cuma keseleo doang. Nggak seberapa sakit juga, cuma agak nggak nyaman aja. Kata dokter udah bisa berfungsi sempurna lagi dalam dua minggu."

Meskipun Adam menjelaskan ini semua dengan penuh se­ nyum, Lea tetap meringis juga. "Amin kalau begitu. Tapi saya tetap minta maaf," mohon Lea.

Adam hanya melambaikan tangan seakan mengatakan itu bukan masalah besar. Selesai dengan topik pembicaraan ini, Lea kemudian menghadap Taran. "Makasih buat tiket konsernya dan buat mastiin Bel bisa ketemu Pierre, dia happy banget."

"No problem," balas Taran dan senyumannya yang tadi pagi kembali. Dan si kupu­-kupu bangsat tadi pagi kembali juga.

"Habis dari Bali tur ke mana lagi?" Lea sadar suaranya bernada lebih tinggi dari biasanya dan dia harus menenangkan diri.

"Balikpapan."

"Terus?" Oke, suaranya sudah tidak terlalu tinggi lagi.

"Ada beberapa kota lagi di Kalimantan, terus ke Sulawesi. Manado..."

"Gorontalo," Adam ikut nimbrung.

"Oh. Masih banyak juga kota yang mesti dikunjungi, ya? Ka­pan berangkat ke Balikpapan?"

"Lusa. Kami masih mau liburan ke Lombok dulu."

"Oh, pasti seru tuh."

"Pastinya," balas Adam dengan cengiran, yang membuat Lea tertawa.

Adam ini ternyata cute juga, terutama kalau sedang nyengir begitu. Berbeda dari Pierre yang pasti blasteran bule dan personel Pentagon lain yang Indonesia sekali, Adam kelihatan blasteran Arab. Tulang wajahnya cenderung tirus dan hidungnya mancung sekali. Tapi seperti juga Pierre, wajah dan suara Adam tidak membuat Lea panas­-dingin dan tidak bisa bernapas. Tidak bisa dimungkiri lagi, dia memang naksir Taran... Yang sekarang sedang berdiri di hadapan Lea, memperhatikannya dengan saksama. Ugh! Tatapannya itu lho! Membuat Lea merasa seperti makhluk paling menarik di muka bumi ini.

Dari sudut mata Lea dilihatnya ada yang melangkah mendekat. Bel dengan Dewi. Sepertinya sepuluh menit mereka sudah habis. Untung saja. Kalau masih harus berdiri di depan Taran lima menit lagi, dia tidak akan bertanggung jawab atas apa yang akan dia lakukan. Ingin rasanya dia melompat ke pelukan Taran, lalu menciumi wajahnya. Blechhh, ancur dunia!!!

"Siap balik hotel?" tanya Lea pada Bel.

Wajah Bel masih merah dan matanya kelihatan agak siwer, efek samping dari berpelukan dengan Pierre, mungkin. Gah!!! Lea yakin tidak akan ada habisnya dia mendengar Bel mencerocos tentang Pierre selama setidaknya sebulan ke depan. Tapi setidak­ nya Bel cukup sadar untuk mengangguk. "Taran, makasih ya tiket konser dan backstage pass­-nya. Konsernya oke banget. Kalau nanti udah balik Jakarta, jangan lupa mampir ke Kafe Velvet. Bisa makan sepuasnya. Pokoknya, Pentagon dan semua krunya bisa makan gratis di kafe," tutur Bel.

Berbeda dengan Lea yang sama sekali tidak bisa memasak, Bel jago memasak sampai bisa membuka kafe sendiri. Meskipun kafenya relatif baru, karena dessert yang disajikan enak, pengun­jungnya cukup banyak. Dan atas bantuan Facebook dan Twitter, pamor kafe mulai naik, bahkan liputannya muncul di beberapa majalah.

"Sama-­sama," jawab Taran.

Dan tanpa Lea sangka, Taran bergerak memeluk Bel, yang tentunya membalas dengan antusias. "Kalian tadi ke sini naik apa?" tanya Taran setelah melepaskan pelukan.

"Oh, tadi naik taksi," jawab Lea.

Lea melihat Bel sedang mencondong­condongkan tubuh, minta pelukan dari Adam. Untungnya Adam cukup baik dan melayani keinginan Bel. "Terus taksinya nunggu di luar gitu selama konser?"

"Oh, nggak. Kami mesti telepon sopirnya minta dijemput."

"Kalau gitu balik hotelnya diantar sama mobil kami aja." Hah???!!! Maksud lo??!!

"Aduh, tolong nggak usah repot­-repot. Kami bisa pulang sendiri kok. Ya kan, Bel?" Tapi Lea tidak mendapatkan dukungan dari Bel, yang sekarang sedang sibuk ber­-selfie dengan Adam.

Mampus bener deh si Bel!!!

"Udah, nggak pa­pa. Lagian udah malam dan hotel lumayan jauh dari sini. Lebih aman kalau diantar," balas Taran, dan tanpa menunggu balasan dari Lea, dia meminta Dewi mengurus se­muanya.

Dewi menatap Taran dengan alis terangkat sebelum menge­luarkan HP dan meneriakkan perintah kepada entah siapa. Sete­lah percakapan telepon selesai, dia berkata, "Oke, mobil sudah siap di pintu samping. Ayo, Mbak Lea dan Mbak Bel, saya antar ke mobil."

Whoa!!! Jelas saja para artis banyak yang merasa diri mereka dewa, karena ternyata mereka diperlakukan seperti itu oleh orang di sekitar mereka. Hanya dengan satu perintah, semuanya beres. Bel, yang tiba-­tiba sudah berdiri di samping Lea, mengucapkan terima kasih yang kesekian kalinya sebelum melambaikan tangan pada Adam. Dia belum sempat mengucapkan "Bye" kepada Taran ketika Bel sudah menarik tangannya. Detik selanjutnya Lea mene­mukan diri digiring melewati kerumunan orang menuju pintu samping stadion, tempat sebuah SUV sedang menunggu. Saat akan menaiki mobil, dia merasa ada seseorang memperhatikannya, dan ketika menoleh, dia melihat Taran berdiri tidak jauh dari mereka. Meskipun tidak bisa melihat dengan jelas, dia tahu tatapan Taran tertuju padanya. Lea melambaikan tangan dengan agak kaku. Dia tahu dia tidak akan bertemu Taran lagi setelah ini.

***

BOY TOY - aliaZaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang