BOY TOY 8

8.3K 1K 68
                                    

"Tar, ke mana aja lo, katanya bakal ke atas sebentar lagi, itu udah hampir sejam yang lalu. Kok lama banget?" omel Erik yang sudah bangun dan jelas-jelas kelaparan karena mukanya kelihatan ngambek berat.

Ooops, sepertinya Taran ngobrol lebih lama dengan Bel daripada perkiraannya. Yep, si Mbak Snoopy meminta Taran memanggil namanya saja. Tapi mau bagaimana lagi, dia sedang mencoba mencari kesempatan mengobrol dengan Lea, yang sayangnya seperti orang gagu di hadapan Taran, atau betul-betul tidak suka padanya meskipun Taran masih tidak tahu kenapa. Ini membuat Taran superbingung dan jujur saja agak kesal. Tidak ada perempuan bersikap sedingin itu terhadapnya.

"Yang lain ke mana?"

"Nico sama Mbak Astrid pergi antar Adam ke rumah sakit. Pierre lagi mandi."

Sambil mendengarkan Erik, Taran mengirim pesan WhatsApp ke Mbak Dewi, memintanya mengirimkan dua tiket VVIP dan backstage pass ke kamar Lea siang ini. Tak peduli bahwa Lea dan Bel kemungkinan tidak bisa datang karena harus mengejar pesawat besok pagi, dia tetap akan mengirim tiket itu. Mudah-mudahan Lea muncul nanti malam, karena kalau tidak Taran akan... akan... oke, sementara waktu dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan, tapi dia akan melakukan sesuatu.

Mbak Dewi membalas WhatsApp dengan: 'Utk sapa?'

'Orang.'

'Ya iyalah orang, masa setan!'

'Hehe...'

'Bukan fans, kan? Inget terakhir kali kamu ngasih backstage pass ke fans?!'

Taran terkekeh. Terakhir kali dia meminta tiket VVIP dan backstage pass adalah untuk fans Pierre. Itu juga atas permintaan Pierre, karena Pierre tahu kalau dia sendiri yang minta, nggak bakalan dikasih. Fans Pierre memang terkenal jauh lebih ganas daripada fans personel lain, tapi fans satu itu membawa kata "ganas" ke level yang lebih tinggi. Tubuh Pierre penuh luka cakaran selama beberapa hari setelah kejadian itu.

Taran membalas: 'Bukan fans.'

Well, pada dasarnya dia tidak seratus persen berbohong karena pada saat ini Lea jelas-jelas bukan fansnya.

"Lo mau mandi dulu baru sarapan apa gimana?" tanya Erik. Dia kelihatan sangat tidak sabar.

"Kasih gue sepuluh menit," pinta Taran.

"Bel, bilang ke gue sekali lagi kenapa gue temenan sama elo?" Lea mengatakan ini sambil mendongak karena Bel sedang mengobati luka baret di wajah Lea.

"Karena gue awesome banget orangnya?" balas Bel sambil mengoleskan antiseptik ke luka itu. Lea agak meringis.

"Sori," ucap Bel.

Lea tidak percaya tadi siang dia berangkat untuk presentasi dengan muka penuh baret. Untungnya panggung tempat dia memberikan presentasi cukup jauh dari penonton sehingga mereka tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. "Kalau lo awesome, lo nggak bakalan maksa gue pergi ke konser ini," kata Lea setelah Bel selesai mengobatinya.

"Gue nggak maksa kok."

"Jadi gue boleh nggak ikut?"

"Nggak boleh. Lo mesti ikut."

"Lha... katanya lo nggak maksa, tapi kok gue mesti ikut kemauan lo?"

"Le, mana pernah sih gue maksa, gue cuma ngebujuk. Dan karena lo cinta banget sama gue, lo bakalan menuhin permintaan gue. Terutama yang satu ini."

"God... you are insane," geram Lea.

Bel hanya terkekeh. "Omong-omong, lo kenapa sih tadi pagi kayak orang musuhan gitu sama Taran, padahal dia udah baik banget sama elo? Dia udah nganterin elo ke kamar, ngirimin tiket konser, dan tadi dia WhatsApp gue nanyain kabar lo."

Lea mendesah panjang. Dia masih tidak percaya Taran betul-betul mengirimkan tiket VVIP dan backstage pass kepada mereka. Dan kalau tidak melihat pesan WhatsApp di HP Bel, Lea mungkin berpikir Bel berhalusinasi. Dia masih ingat tiga kata yang membuat perutnya jumpalitan:

Lea ikut, kan?

Tiga kata itu sebetulnya biasa saja. Dan seharusnya tidak membuatnya merasa spesial. Tapi... arrrggghhh! Brondong satu ini betul-betul membuatnya... ugh... dia bahkan tidak tahu apa ada nama yang tepat untuk apa yang dia rasakan. Dia ingin ketawa ngakak, tapi pada saat bersamaan juga mau muntah.

"Kan gue udah bilang kenapa, Bel." Untuk menutupi wajahnya yang dia tahu akan memerah sebentar lagi, Lea berdiri dari tempat tidur menuju sofa untuk mengenakan sepatu.

"Iya, bahwa lo nggak suka boyband dan lo nggak suka brondong, bla bla bla...."

"Nah, itu tahu."

"Tapi apa lo nggak setidaknya penasaran sama dia? Ini Taran lho, Le. Dia mungkin bukan Pierre, tapi dia tetap ganteng. Dan dia jelas-jelas interested sama elo."

"Tapi gue nggak interested sama dia."

"Tai kucing."

"Heh?"

"Gue kenal elo udah lama, Le. Dan gue tahu tipe cowok yang lo suka. Yang gue nggak ngerti adalah kenapa lo mesti pura-pura nggak interested sama dia, di depan gue."

Lea terdiam memikirkan bagaimana cara menjawab Bel. Tentu saja Bel benar, tapi dia tidak tahu bagaimana mengungkapkan pendapatnya tanpa terdengar bodoh.

"Leaaa...?"

"Ya, Isabella adalah kisah cinta dua dunia," balas Lea.

Yang langsung dibalas dengan, "Mau mati lo?!"

Lea terkekeh, tapi Bel sepertinya tidak mau berbagi humor Lea dan hanya menatapnya dengan wajah serius, masih menunggu jawaban pertanyaannya tadi. Lea mendesah. Sepertinya Bel tidak akan melepaskannya dari pembicaraan ini sampai dia mengaku dia menyukai Taran.

"Oke! Gue emang mungkin agak sedikit suka sama dia."

"Hah!!! I knew it!" teriak Bel penuh kemenangan.

"Tapi gue nggak akan ngelayanin perasaan gue ini."

"Lho, kenapa?"

"Karena gue sama dia bedanya delapan tahun. Gue punya PhD dan gue nggak tahu apakah dia bahkan lulus kuliah. Dia artis dan gue akademisi. Yang jelas kami berdua udah kayak bumi sama langit."

"Ya ampun, Le, untuk orang yang bergelar PhD, gue nggak nyangka pikiran lo segini dangkalnya."

"Maksud lo?!" Lea paling sebal kalau orang menuduhnya dangkal, dan Bel tahu itu.

"Pertama, umur itu cuma angka yang nggak ada artinya kecuali elo ngasih arti ke angka itu. Lihat aja Madonna dan Guy Ritchie..."

"Cerai," potong Lea.

"Demi Moore dan Ashton Kutcher."

"Cerai juga."

"Michael Douglas dan Catherine Zeta-Jones."

"Yeee... itu mah Michael Douglas-nya yang lebih tua dari Catherine. Situasinya beda sama sekali dengan gue dan Taran."

Bel berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "Hugh Jackman sama istrinya," dengan penuh kemenangan.

"Bel, istri Hugh Jackman itu artis di Australia."

"So?"

"So, mereka datang dari dunia yang sama. Setidaknya mereka punya bahan pembicaraan dan bisa memahami satu sama lain. Lha, gue sama Taran? Gue nggak bakalan ngerti kalau Taran ngomong soal musik dan Taran nggak bakalan ngerti kalau gue ngomong tentang jenis-jenis fungi."

Lea tidak percaya dia melakukan percakapan ini dengan Bel. Tentang laki-laki yang hanya baru mungkin "interested" padanya, seakan mereka akan menikah besok. Gah!!! Nikah? Nenek moyang lo bangun dari kubur!

"You know what... gimana kalau kita pergi aja ke konser supaya lo bisa ketemu Pierre. Setelah itu kita bisa lupain percakapan tentang Taran ini, oke?"

Bel tampak siap membuka mulut, tapi dia melihat tatapan tajam Lea, dan menutup mulut kembali.

***

Publisher Notes: bonus satu part di hari Selasa karena banyak yang bilang kemarin pendek banget :)) Enjoy, teman-teman!

BOY TOY - aliaZaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang