Dulu kita saling berangapan memilih jalan untuk saling mulupakan. Anggapanmu terlalu mudah akan hal itu, namun tidak dengan ku. Aku terlalu bodoh menunggumu dulu, meski sekarang sudah ada dia yang mengantikanmu, tapi aku masih saja memikirkanmu yang masih tetap berdiri didepan ku.
Dia terlalu polos-- membiarkanku untuk tetap kembali kepelukanmu yg nyata-nyatanya sudah membuat semuanya hancur.
Aku tau dia memang laki-laki yang baik. Tapi meskipun dia baik aku tak begitu tertarik dengannya. Aku hanya melewati hari-hari yang sangat membosankan. Aku tau ini jahat, aku egois karena masih mengharapkan orang yang sudah menyakitiku dulu.
Aku sudah nyaris melupakanmu karna ada dia yang datang mengisi semua kekosongan itu. Tapi sekarang perubahan datang lagi. Dia membiarkan genggamanku lepas hanya untuk membiarkan aku memilih kebahagianku sendiri. Apakah kali ini aku ditinggalkan lagi? Kali ini aku benar-benar egois karnamu dav.
Kau membuat semuanya berubah. Kau datang dan beranggapan seakan-akan kamu sulit melupakanku. Lawakanmu tak lagi lucu.
Apakah aku harus kembali mengenggam tanganmu dav? Atau berbalik untuk dia yang sudah berjuang agar aku bisa melupakanmu, dia yang sudah menyembuhkan luka yang pernah timbul karnamu.
Aku tak tau harus memilih siapa. Jujur aku masih berharap kamu kembali dav, tapi rasa takut untuk kekecewaan itu selalu ada. Dia-- dia memanglah baik, tapi aku tidak tau kenapa aku dengannya begitu sangat bertolak belakang. Bahkan saat bersamanya pun aku masih memikirkan dava.
Maaf aku bukan egois. Ini semua karena aku selalu tersakiti karenanya. Kali ini aku bukanlah harus memilih--
Tapi aku berharap agar segera melupakan merekaa..
-dear
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Usaha Melupakan (Completed)
PoetryKu akui kemahiranmu dalam mematahkan hati, aku tau kamu bukan lelaki yang hebat bukan juga lelaki yang baik, tapi kamu selalu punya cara untuk membuat orang yang kau sayangi terus merasa bahagia dengan caramu yang berbeda. Begitupun denganku, setela...