Akhirnya kita memilih jalan untuk saling melupakan, melupakan semua apa yang pernah menjadi sebab memarnya luka. Kukira kamu akan benar-benar abadi, tapi tidak. Kamu hanya mampir tuk berkenalan dan memberiku luka yang sudah nyaris kau hilangkan dulu.
Kupikir kamulah satu-satunya yang bakalan menjadikan ku sebagai pemeran utama. Namun itu tak lagi berlaku untuk orang yang sering kali berbuat senonoh.
Ternyata kamu sama seperti yang kemarin, hanya saja kamu terlalu ahli dalam menyembunyikan kebohonganmu.
Kupikir kamulah yang akan benar-benar abadi menyembuhkan luka itu. Tapi sayangnya malah kamulah yang membuatnya semakin memar.
Kamu bukan lagi pemeran utama dalam hidupku. Itu juga berlaku untukmu dav, aku tak ingin lagi tau apapun tentang kalian. Kalian hanya pembohong besar yang pernah singgah untuk menebar kebohongan kesemua orang.
Kukira dava orang terakhir yang kukenal sebagai pengkhianat tapi tidak kini personel nya bertambah satu yaitu kamu.
Sangatlah singkat perkenalan kita, bertemu, menyapa, dan akhirnya saling akrab, dan kemudian berpisah.
Dan aku hanya berharap agar kalian tak lagi datang untukku. Aku tak butuh pembohong untuk kujadikan sandaran. Jika kau datang hanya karna sebuah penyesalan? Maaf aku tak bisa sebodoh itu lagi.
Pada akhirnya kita memilih jalan untuk saling melupakan. Bukan untuk melupakan lalu kembali ke penyesalan. Namun ini benar-benar tentang melupakan.
-dear
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Usaha Melupakan (Completed)
PoetryKu akui kemahiranmu dalam mematahkan hati, aku tau kamu bukan lelaki yang hebat bukan juga lelaki yang baik, tapi kamu selalu punya cara untuk membuat orang yang kau sayangi terus merasa bahagia dengan caramu yang berbeda. Begitupun denganku, setela...