Chapter 9 : Masalah

726 124 8
                                        

Kini aku kembali berada di ruangan Mrs. Violetta. Aku menghela nafasku berkali - kali sembari mendengar omelan pedas yang keluar dari mulut sang kepala sekolah paruh baya tersebut. Ia mondar - mandir di belakang meja kerjanya, membuatku semakin pusing akan semua ini. Aku semakin tertekan, asal kau tahu.

"Maafkan aku, Mrs." ujarku lirih. Sungguh aku menyesal. Kenapa juga aku harus memenuhi permintaan Iru yang aneh itu?

"Aku benar - benar sangat menyesal. Aku tidak bermaksud melakukan hal jahat itu pada Iru." lanjutku.

"Hufftt...baiklah. Tapi kau harus menjadi panitia dalam sayembara ini." ujar Mrs. Violetta dengan intesitas suara yang mulai ia stabilkan.

"Sayembara?" tanyaku bingung.

"Jika kita ingin Iru terbangun, maka kita harus mengadakan sayembara untuk mencari cinta sejati Iru. Dengan wajah tampan seperti itu, mungkin akan mudah menemukannya." jelas Mrs. Violetta.

Aku melotot mendengar penjelasannya. Alasan yang tidak logis. Seorang kepala sekolah terhormat seperti Mrs. Violetta, tega mengobral ciuman pertama muridnya sendiri. Dan buruknya, murid yang dimaksud adalah Iru! Iru Delirium sang mantan raja Ebetopia. Pokoknya aku tidak terima. Tidak boleh ada perempuan lain yang seenaknya mencium Iru!

BRAK! Aku menggebrak meja kerja Mrs. Violetta sebagai bentuk tindakan protes atas keputusan gilanya.

"Aku menolak usulan anehmu, Mrs!" sergahku.

"Kenapa? Kau tidak mau dia bangun?" tanya Mrs. Violetta dengan wajah malas.

"..." aku terdiam mendengar pertanyaan itu. Aku tak habis pikir ingin menjawab apa. Aku ingin Iru bangun kembali tapi tentu saja harus dengan cara lain.

"Tak ada cara lain." ujar Mrs. Violetta cepat, seakan ia baru saja membaca pikiranku.

👑

Aku keluar dari ruangan kepala sekolah dengan langkah lemas. Di depan ruangan, aku mendapati murid - murid kelas C tengah asyik berkerumun. Mereka menatapku penuh tanya. Berharap aku akan menjelaskan sesuatu pada mereka. Namun mulutku sedari tadi terkunci. Memikirkannya saja sudah membuatku malas sekaligus merasa bersalah. Jika ditanya - tanya, aku takut akan menangis.

"Apakah sayembara akan dilakukan?" tanya Kurumi tiba - tiba. Ia berjalan mendekatiku.

"Iya." jawabku lemas.

"Hah?"...

"Kejadian ini terulang lagi."...

"Aku jadi penasaran siapakah cinta sejatinya."...

Banyak murid yang bertanya - tanya. Pertanyaan mereka membuat kepalaku semakin berdenyut - denyut. Tanganku bergerak memijat bagian pelipisku, berharap rasa pusing yang tengah kuderita dapat mereda.

"Alyn, ada apa? Kau nampak kusut. Maksudku, kurasa kau terlihat kesal sekali." bisik Kurumi.

"Aku tidak ingin Iru dicium oleh gadis lain." jawabku pelan. Entah kenapa rasanya hatiku terbakar.

"He? Kenapa begitu, bukankah kau ingin dia bangun?" tanya Kurumi pelan.

"Aku ingin dia bangun tapi bisakah dengan cara lain?" kesalku.

Kurumi menggeleng pelan. Manik mata emasnya menatapku sendu. Kemudian ia merangkulku dan mengajakku kembali ke kamar asrama. Dia menjelaskan bahwa kegiatan belajar akan ditunda sampai sayembara berakhir.

"Tunggu!" sahut seseorang.

Aku dan Kurumi otomatis menghentikan langkah kami. Kami berbalik ke arah sumber suara dan terlihatlah seorang gadis bersurai perak dengan pita biru besar di belakang kepalanya. Ia menunjuk kami dengan lantang.

"Ada apa?" tanyaku malas.

"Jadi kau ini gadis itu, ya?" tanyanya. Pertanyaan yang sungguh ngaco.

"Hah?" gumamku bingung.

"Itu lho...gadis yang berharga bagi si Iru Delirium itu." terangnya kemudian.

Semburat rona merah kini sukses menghiasi wajahku. Terbukti dengan suhu panas yang kurasakan di wajahku. Aku mencoba menutupi rona merah memalukan itu dengan kedua tanganku.

"Berharga?" tanya Kurumi.

"Iru yang mengatakannya padaku. Namamu Alyn, kan?" tuturnya cepat.

Aku mengangguk pelan.

"Kamu siapa?" tanyaku.

"Namaku Ame Lilium. Seorang murid yang menggemari kisah cinta romantis." jawab gadis itu bersemangat, Ame.

"Alyn, aku akan membantumu!"

👑

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang