Chapter 11 : Ana Fredella

654 112 7
                                    

Angin kencang berhenti bertiup. Sosok itu berjalan menghampiri podium. Tak ada yang berani bersuara selain suara jarum jam yang terus berdetik. Hening.

Mrs. Violetta, sang kepala sekolah, membungkuk hormat ketika sosok bersurai merah muda itu berdiri tepat di hadapan kami. Kemudian seluruh makhkuk yang menyaksikan kejadian itu ikut membungkuk hormat.

"Kehadiranmu sangat ditunggu untuk memusnahkan kegelapan di Ebetopia, penyihir agung." ujar Mrs. Violetta.

Pada akhirnya aku ikut membungkuk hormat. Takut si penyihir agung ini akan bertindak yang macam - macam terhadapku. Lalu aku ikut bersuara "Terimakasih telah datang, penyihir agung."

"Kalian ini apa - apaan? Tak ada kegelapan di sini." ujar sosok Ana Fredella itu.

Sontak, Mrs. Violetta bangun dari posisi membungkuk hormatnya. Keningnya berkerut menatap Ana. Aku yakin ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada sosok penyihir agung tersebut. Tapi sebelum sempat bertanya, Ana segera memasuki tenda dan mengeluarkan mantra sihir ke arah Iru.

"Clodihora!" ujarnya. Maka tubuh Iru seketika terbaring di atas kasur awan yang nyaman.

"Kau akan membawanya pergi kemana?" tanyaku. Ada sedikit maksud protes dalam nada suaraku.

"Aku ingin membawanya ke kerajaan." jawab Ana enteng.

DEG! Apa sih, yang dia pikirkan? Maksudnya kerajaan itu...rumah Raja Yuusaku!? Yang benar saja?

"Tapi kenapa?" tanyaku.

"Tenang saja, Koizumi Alyn. Kerajaan Drangar tidak seburuk yang semua orang kira. Selama ini kita hanya salah paham pada ras vampir itu." jawab Ana menjelaskan.

"Itu mustahil. Selama ini Raja Yuusaku selalu berlaku jahat pada rakyat Ebetopia, khususnya kepada orang miskin. Apa menurutmu, itu adalah perlakuan baik?" protes Mrs. Violetta tidak terima.

Ana hanya terdiam sembari melirik Mrs. Violetta sekilas. Nampaknya ia sama sekali tidak berniat menjawab protes dari si kepala sekolah cerewer itu.

"Lagipula apa maksudmu dengan Iru - mu?" tanya Mrs. Violetta lagi.

Ana menyeringai tipis. Kemudian ia menjawab "Kau mungkin tidak akan percaya, tapi anak laki - laki ini adalah Raja Iru dari masa lalu."

"He!?" semua orang heboh.

"Raja Iru? Tapi bukankah kau yang menyegel Yang Mulia di dalam Mirror? Tidak mungkin dia bisa terbangun sendiri." sanggah Mrs. Violetta.

Ana nampak menghela nafas sejenak. Kurasa ia merasa lelah atas segala pertanyaan beruntun yang menyerangnya.

"Dengan izinku, aku telah mengizinkan seseorang membangunkannya dari segelku." jelas Ana lalu ia menunjuk ke arahku.

"Kenapa aku yang kau pilih?" tanyaku pelan.

"Entahlah, iseng saja." jawab Ana menyeringai kecil.

Setelah mengatakan hal itu, Ana berjalan cepat ke arah pintu keluar. Diikuti dengan awan sihirnya yang membawa tubuh Iru yang masih tertidur.

"Tunggu!" teriakku.

Dan, Ana akhirnya menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arahku.

"Kenapa kau tidak segera membebaskan Iru dari mantraku?" tanyaku.

"..." Ana terdiam.

"Cepat cium dia!" lanjutku.

"Dasar cerewet." gumam Ana tanpa mempedulikan apa yang baru saja kukatakan.

Seketika angin kencang kembali menyerang aula. Pandanganku menjadi kabur akibat debu - debu yang berterbangan kesana kemari. Nafasku tersenggal - senggal.

Lima detik kemudian, angin kencang tersebut kembali menghilang bersamaan dengan hilangnya sosok Ana dan Iru.

Tes...

Dan pada akhirnya aku, Koizumi Alyn, hanya bisa menangis dalam diam. Tanpa suara.

Sejak dulu, aku selalu saja menyerahkan orang yang kusukai kepada orang lain. Apakah aku sebegitu mudahnya dilangkahi? Apa aku ini lemah? Kurasa, iya.

Tunggu, suka?

Apa aku baru saja menyatakan... bahwa aku menyukai Iru?

👑

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang