Chapter 29 : Kekalahan

513 84 6
                                    

Yuusaku menyeringai. Deretan taring runcingnya lagi - lagi membuat bulu kudukku meremang. Kemudian dengan satu tangan ia menarik kerah baju milik Iru ke udara.

"Apa yang kau lakukan!?" aku menggertak.

"Hei, penyihir Ana telah menyegel raja sialan ini di dalam cermin itu, bukan?" Yuusaku bertanya.

"..." aku mematung dengan mata terbelalak.

Jangan - jangan...

"Akan kumasukkan kembali dia ke tempat yang seharusnya!" Yuusaku melanjutkan bicaranya.

"Tidak akan kubiarkan!" seruku nanar.

Kemudian di telapak tanganku muncul bola api berukuran sedang. Dan tanpa pikir panjang, kutembakkan bola api itu ke arah Yuusaku.

Namun Yuusaku berhasil menghindarinya. Ia kemudian membaca sebuah mantra atas nama setan. Dan... POOF! Iru terhisap ke dalam lubang dimensi yang mantra itu ciptakan.

"Sialan! Kau apakan Iru, hah!?" seruku marah. Perasaanku campur aduk.

"Tenang saja, Alyn sayang! Aku hanya menyimpan Iru di dalam kantung sihirku. Jika kau ingin mantranya hilang, maka bunuhlah aku!" jawab Yuusaku dengan nada enteng.

Aku mendecih kesal. Kemudian kubalas ucapan sok hebatnya itu, "Akan kukabulkan permintaanmu!"

Setelahnya, aku mengangkat tangan kananku ke udara. Dan dalam sekejap semua elemen alam berubah menjadi cahaya dan berkumpul di atas tanganku. Membentuk sebuah benda memanjang.

Pedang.

"Cih!" Yuusaku meremehkanku.

"Kita lihat saja siapa yang akan jadi juaranya!" ujarnya.

Kemudian dengan gerakan super cepat ia melesat ke arahku. Aku sempat terkejut namun dengan sihir elemen angin dan bumi, aku dapat mengetahui jarak keberadaannya.

SHING!

Aku berhasil menangkal serangan pedangnya. Mata Yuusaku membelalak lebar. Seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

SHING!

Kemudian aku balas menyerangnya. Seketika aku mendapatkan kekuatan berpedang. Aneh, padahal aku belum pernah belajar memainkan pedang. Tapi kenapa aku bisa menggunakannya tanpa ragu?

Yuusaku sedikit demi sedikit terpukul mundur. Nampaknya ia mulai kelelahan. Tapi...

JLEB!

Aku meringis kesakitan. Pedang Yuusaku berhasil menembus betisku. Darah mengucur deras dari sana. Kepalaku mulai pusing.

"Ha! Penyihir murahan sepertimu tak akan mampu melawanku!" ledeknya puas.

"Rupanya kau memakai cara curang," gumamku kesal.

"Yang penting aku bisa menang darimu!" ujarnya terkekeh geli.

JLEB!

"A-" ia terbata. Darah segar mengucur dari mulut dan juga hidungnya.

Sebuah akar pohon berdiameter cukup besar sukses menembus jantungnya. Aku tersenyum sinis.

"Kalau begitu, aku juga boleh memakai cara curang," ujarku.

Yuusaku menyeringai dalam kesakitannya. Lalu dengan sisa tenaga yang masih ia punya, ia berkata,"Sayangnya, kau tidak securang diriku..."

DEG!

Aku berbalik ke belakang. Di sana kulihat bayangan hitam memanjang yang berdiri memegangi sebelah kaki Iru. Dan di bawahnya bertengger manis si cermin segel milik Ana.

"Keterlaluan!" gerutuku.

Aku mencoba meraih Iru dengan kekuatan sihirku tapi tidak berhasil. Bayangan itu memiliki semacam pelindung yang dapat menangkis sihir elemen.

SET!

Dengan rasa sakit tak terhitung di bagian kaki, aku mencoba berlari mendekati Iru. Berharap bisa menyelamatkannya.

"Kumohon...kumohon...," gumamku panik.

"Aku hanya ingin..."

Terlambat. Bayangan itu telah melepaskan jeratannya. Kini Iru sukses terjatuh ke dalam permukaan cermin itu. Lalu beberapa saat kemudian bayangan itu menghilang. Pertanda bahwa si pemilik sihir telah mati.

"...menolongnya,"

👑

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang