[Arc] : Ai Part 2

219 40 11
                                    

"Hei, psst!" Seseorang menyikut perutku di dalam kerumunan siang itu.

"Eh, ada apa?" tanyaku sambil berbalik ke arah si penyikut. Seketika pikiranku tentang diskon ikan tuna di toko depan pun menghilang.

Alhasil, kudapati seorang gadis cantik bersurai biru muda. Pakaian yang ia kenakan sangat mewah dan berkelas. Kontras sekali dengan pakaian para penduduk di sekitar kami yang cenderung sederhana dan biasa saja.

"Anda penyihir agung Ana, kan?" tanyanya memastikan.

"Kau benar. Tapi aku sudah terbiasa dipanggil Alyn. Jadi panggilnya Alyn saja," balasku.

"K--kalau begitu, bisakah kau ikut aku sebentar, Penyihir Alyn?" ucapnya sembari menarik tanganku keluar dari kerumunan penanti diskon ikan tuna.

Sial. Padahal aku sangat menantikan diskon ini sejak lama. Sekarang jam berapa, ya? Huhu. Pasti aku sudah kehabisan stok!

Si gadis bersurai biru muda tersebut, kemudian membawaku ke daerah yang lebih lapang dan agak sepi. Aku sempat curiga kepadanya namun kecurigaanku tersebut seketika lenyap begitu ia memperkenalkan diri.

"Perkenalkan, namaku Yuki Frezelia. Aku adalah putri tunggal dari Keluarga Bangsawan Frezelio," ujarnya.

"Aku ingat. Dulu Keluarga Frezelio adalah keluarga bangsawan yang paling dekat dengan Raja dan Ratu. Wah,tidak kusangka keluarga kalian masih bertahan sampai zaman ini," timpalku terkagum-kagum.

"Yaa, begitulah tapi bukan itu yang ingin kubahas denganmu! Erm.. itu..aku ingin tahu banyak tentang Raja Iru," ujarnya malu-malu. Rona merah muda perlahan menghiasi wajahnya yang putih seperti salju.

"Raja Iru?" ulangku. Kurasakan dadaku langsung berdebar begitu kusebut namanya.

"Iya. Aku datang ketika hari penobatan resminya sebulan lalu. Dan aku jatuh cinta kepadanya sejak pandangan pertama. Dia bersikap begitu baik kepadaku, jadi..ermm.. yaa itu..," ujarnya gelagapan. Kedua jari telunjuknya ia pertemukan menjadi satu. Sepertinya ia gugup.

Aku menghela nafas berat lalu tersenyum. Dalam hati aku begitu bersyukur, bahwa nantinya pasangan Raja Iru adalah seorang wanita yang polos dan baik hati seperti Yuki Frezelia ini. Apapun yang terjadi aku harus mendukung hubungan mereka berdua.

Lalu di sisa hari itu, aku habiskan dengan berbincang mengenai Raja Iru dengan Yuki. Di setiap perbincangan, nampaknya Yuki sangat teliti mendengarkan. Dan terkadang tingkah cerobohnya membuatku hampir tertawa. Tidak kusangka, ternyata ada juga bangsawan yang bisa bertingkah begitu.

"Terimakasih banyak, Alyn! Aku jadi merasa lega karena sudah mencurahkan semuanya," ujar Yuki dengan nada lembut.

"Ah, jangan sungkan begitu. Aku senang bisa membantumu," balasku.

"Kalau begitu, sampai jumpa di pesta dansa nanti, ya!" ujar Yuki sembari menghampiri kereta kuda milik keluarganya yang sudah satu jam lalu terparkir di depan cafe tempat kami mengobrol.

"Iya," jawabku. Meskipun aku berkata begitu, tapi aku tidak akan menghadiri pesta dansanya.

Dan, tanpa sadar debaran yang sejak awal kurasakan telah berubah menjadi sebuah rasa sakit.

🌸

"Alyn, cepat ganti pakaianmu!" seru Ame sambil menarik lenganku agar aku bangkit dari kasur.

Malam ini, pesta dansa akan digelar di aula istana. Dan aku sama sekali tidak berniat untuk datang. Malam ini aku ingin menghilangkan perasaan terlarangku dengan cara banyak-banyak mengintropeksi diri.

"Kau tidak ingin melihat Raja Iru bahagia, hah?" tanyanya.

"Tentu saja aku ingin," jawabku yang masih menenggelamkan wajah di dalam bantal.

"Pokoknya, kami akan menunggumu sampai jam tujuh!" seru Ame yang langsung berjalan cepat keluar dari kamarku.

Silahkan saja, aku tidak akan datang!

BRAK! Baru saja Ame keluar, sekarang pintu kamarku kembali terbuka. Namun kali ini pintu itu terbuka dengan kasar.

"Alyn, ganti bajumu!" ujar suara seorang gadis yang sudah familiar di telingaku.

"Kurumi, apakah kau tidak mengerti?" tanyaku sambil bangkit terduduk di atas tempat tidur. Berharap Kurumi bisa mengerti seperti yang sebelum-sebelumnya.

"Aku mengerti, Alyn. Perasaanmu kepadanya masih sama, kan?" balas Kurumi dengan suara pelan.

Aku mengangguk pelan sembari menatap kosong selimutku.

"Tapi kurasa dia akan merasa sedih jika kau tidak hadir disana. Kau tahu kan, dia itu seperti apa?" ucap Kurumi mencoba membujukku.

Seketika wajah sedih milik Raja Iru yang kulihat waktu itu di balkon kamarku, kembali tergambar jelas. Aku begitu sakit ketika membayangkannya. Pernah sekali aku mengabaikannya dan aku begitu menyesal setelahnya.

"Baiklah," ujarku. "Aku akan ganti baju."

"Biarkan aku mendandanimu," ujar Kurumi. Ia tersenyum lebar ke arahku dengan sebuah gaun berwarna putih yang melayang di sebelahnya.

Ya, satu lagi percobaan dandan milik Kurumi terhadapku--si kelinci percobannya.

🌸

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang