Chapter 20 : Jantung

664 109 12
                                    

Yuusaku menyeringai lebar mendengar kalimat tantangan dari Iru. Kemudian ia ikut mengeluarkan pedangnya. Untuk beberapa saat mereka saling terdiam dalam posisi masing - masing. Lalu dalak waktu satu kedipan mata, kedua bilah pedang mereka telah saling beradu.

Awalnya Yuusaku nampak memimpin pertarungan. Ia berkali - kali hampir berhasil melukai Iru. Namun dengan cekatan Iru melompat dan menghindari setiap serangan.

"Apa kau yakin bisa membunuhku dengan kemampuan seperti itu?" tanya Yuusaku meremehkan.

"..." Iru tidak menjawab.

"Kau tahu? Aku lebih pantas bersanding dengan Alyn dibandingkan dirimu. Dengan kemampuan rendah seperti itu mustahil kau bisa melindunginya." ujar Yuusaku.

"Kau benar..." gumam Iru pelan. Susah payah ia menahan serangan pedang dari Yuusaku.

"Lalu apa yang membuatmu terus berjuang, heh?" cibir Yuusaku.

SHING!

Dengan sekuat tenaga, akhirnya Iru berhasil mendorong Yuusaku beserta dengan pedangnya ke depan. Melihat kejadian itu, Yuusaku terdiam melongo beberapa saat.

"Sejak awal aku memang raja yang payah. Aku tidak bisa melindungi nyawa orang - orang yang kusayangi. Aku selalu membiarkan mereka direnggut begitu saja dariku." ujar Iru menunduk. Kedua telapak tangannya mengepal kuat, berusaha menahan emosi.

"Untuk itulah, aku tidak akan gagal kali ini."

Iru menengadahkan wajahnya. Manik langit malamnya nampak berkilat - kilat menatap Yuusaku. Kemudian dengan gerakan cepat dan gesit, ia berlari menyerang Yuusaku. Kini suara pertarungan terdengar lebih sengit dari sebelumnya.

Yuusaku berhasil terpukul mundur. Pedang kesayangannya kini telah terlontar jauh dari posisinya. Dengan dinginnya, Iru mengacungkan pedangnya ke depan wajah Yuusaku. Ia tersenyum miring.

"Beraninya kau.." gumam Yuusaku nanar.

"Aku tak akan kalah darimu untuk kedua kalinya." gumam Iru puas.

CTAK!

Yuusaku menjetikkan jarinya keras. Lalu angin besar muncul menerpa seisi ruangan. Aku yang berada di dekat ambang pintu hanya bisa memeluk tubuh Nina yang masih tidak sadarkan diri. Kemudian dari sisi gelap ruangan, muncul sosok seorang gadis bersurai merah muda. Gadis itu berjalan menjauhi sisi gelap hingga sosoknya dapat terlihat jelas. Angin besarpun berhenti.

"Hei, Iru. Kita bertemu lagi rupanya." ujar gadis itu.

"Siapa kamu? Kamu Alyn atau..." ujar Iru tak sanggup melanjutkan.

"Aku adalah Ana Fredella." jawab gadis itu datar.

"Tapi bukankah kamu..?" tanya Iru terbata.

"Ana?" tanya Yuusaku.

"Ya, tuan?" Ana bertanya balik.

DEG! Tu..tuan katanya?

"Bunuh Iru Delirium." lanjut Yuusaku sembari menyeringai lebar.

"Baik, tuanku." jawab Ana lalu melesat ke arah Iru. Kulihat tangan kanannya membawa sebuah belati.

"A..Ana..?" gumam Iru tercekat. Ia sungguh tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.

JLEB!

Cairan merah perlahan merembes menodai gaun pengantinku.

"Alyn!?" pekik Iru dan Yuusaku bersamaan.

Yah..sebelum Ana sempat melukai Iru, aku berlari dengan sekuat tenaga untuk melindunginya. Sehingga akulah yang tertusuk oleh belati milik Ana. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhku. Darah segar tidak henti - hentinya keluar dari mulutku. Nafasku jadi agak tersenggal - senggal.

"Tidak mungkin!" Ana ikutan terpekik kaget. Wajahnya nampak pucat sekarang.

JLEB!

Dengan cepat ia menarik kembali belati yang tadi sempat menghunus jantungku. Membuatku meringis kesakitan sampai akhirnya tubuhku jatuh ke lantai. Melihat hal itu, Iru langsung duduk dan memeluk tubuhku ke dalam dekapannya.

"Ana, apa yang kau lakukan?" tanya Iru dengan suara bergetar.

"Apa yang kau lakukan, dasar bodoh!? Aku menyuruhmu untuk membunuh Iru, bukan Alyn!" bentak Yuusaku marah.

Sedangkan yang dibentak hanya diam tertunduk. Wajahnya masih pucat. Kemudian perlahan, ia menengadah menghadap ke arah Yuusaku. Bibirnya bergetar ketakutan.

"Tuan.." ujarnya.

"Apa lagi, hah!?" bentak Yuusaku.

"...jantungnya tidak ada..." ujar Ana bergidik ngeri.

👑

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang